Sudah siap dengan part selanjutnya?
Langsung saja, happy reading ❤️
***
"Zel Zel, besok nanti ikut gue yuk?!" tawar Clara tidak sabaran. Cewek itu sedari tadi sibuk menghias sesuatu didalam kotak yang Zella tidak tahu entah itu apa."Kemana?"
"Temen gue ulang tahun."
"Siapa?"
"Banyak nanya lo ah! Ya? Besok gue jemput lo."
"Cewek atau cowok?"
"Cewek!"
Zella nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk, "Oke!"
Clara kembali melanjutkan kegiatannya itu. Sedangkan Zella hanya memandang tangan Clara yang cekatan menghias. Clara jadi teringat hubungan Zella dengan pacarnya itu. Sudah beberapa hari Zella tidak pernah menceritakan tentang Pandu, padahal biasanya selalu ada cerita disetiap hari.
"Zel, gimana hubungan lo sama Pandu? Biasanya lo selalu cerita tentang dia ke gue."
Zella terdiam sebentar. Zella juga tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Pandu, entah cowok itu benar-benar serius atau tidak padanya.
"Nggak gimana-gimana," balasnya.
"Lagi berantem ya?"
"Biasa itu. Nggak besar juga kok masalahnya," balas Zella lalu menidurkan kepalanya diatas kedua tangannya di atas meja dan menghadap kepada Clara.
"Iya sih. Wajar. Nggak wajarnya kalau dua orang itu sama egois. Sama-sama mentingin diri sendiri."
"Gue nggak tahu gimana hubungan gue sama Pandu. Jujur aja, lagi renggang."
"Renggang? Ya nggak papa sih. Yang penting kalau bisa, setiap ada masalah diomongin bareng-bareng. Yang jelas, jangan pernah lo sama Pandu memendam sesuatu satu sama lain. Itu malah akan berakibat buruk buat hubungan kalian."
"Gue rasa, Pandu berubah," cicit Zella membuat Clara menghentikan semua aktivitasnya lalu menoleh dan menatap Zella dengan serius.
"Gimana?"
"Dulu dia baik banget. Sekarang, dia berubah. Dia jadi suka bentak-bentak gue, bilang gue nggak ngertiin dia dan segala macam. Padahal gue selalu diem kalau dia di basecamp suka berduaan sama Sinta."
"Basecamp?" tanya Clara membuat Zella mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Zella lupa. Cewek itu belum memberitahu Clara soal dirinya yang masuk dalam geng Jaxton. Musuh bebuyutan sekolah ini.
"Gue mau jujur ada deh. Gue masuk geng Jaxton," tutur Zella membuat Clara mendelik.
"Kok bisa?!" pekik Clara. Zella menghela nafas lalu menceritakan semua tentang Jaxton, Pandu, dan hal lain yang menyangkut itu. Mulai dari bertemunya dia dengan Pandu, hingga hubungan yang terjadi.
"Lo kenapa nggak cerita?!" tukas Clara tidak terima.
"Gue nggak mau jadi beban lo Cla."
"Beban apasih Zel? Nggak ada beban-beban. Kalau lo ada masalah itu cerita ke gue. Jangan dipendam sendiri. Repot di lo kan jadinya."
"Iya maaf."
"Terus sekarang mau lo gimana?"
"Gue nggak tau. Semua ada ditangan Pandu."
"Emang ngeselin tuh cowok! Bisa-bisanya udah punya pacar malah selingkuh sama yang lain."
"Tapi Pandu bilang, dia cuma nganggap Sinta itu adiknya doang kok."
"Dan lo percaya?" tanya Clara dibalas anggukan pelan oleh Zella.
"Adu duh Zella. Mana ada cowok gitu. Mau nganggap adik sekalipun, pasti ada hubungan khusus. Dari dulu, cewek itu paling nggak suka 'kan menjalani hubungan tanpa status? Mereka itu butuh kepastian. Sama aja kaya Sinta, lama-lama dia pasti nggak betah dengan status dia sama pacar lo sebagai kakak-adik zone. Pasti suatu saat dia bakal nyari kejelasan hubungan dia sama cowok lo itu."
"Terus gue harus gimana Cla? Gue nggak tahu lagi. Setiap gue nanyain hubungan cowok gue sama Sinta, ujung-ujungnya pasti bawa-bawa jabatan dia sebagai ketua geng. Gue capek mau ngasih dia saran sekalipun. Dia nggak pernah mau dengerin gue."
"Lo yakin hubungan lo bakal bertahan lama kalau satu sama lain aja kaya gini?"
"Gue ... nggak tau," lirih Zella.
"Gini Zel. Lo itu harus tegas jadi cewek. Tanya sama cowok lo, gimana sih sama hubungan ini. Kalau emang dia suka sama lo, dia pasti punya banyak cara supaya lo tetap bisa ada disamping dia. Kalau dia nggak suka sama lo atau parahnya dia suka sama Sinta, lo putusin! Nggak usah nabung rasa sakit. Nggak usah punya harapan sama cowok nggak punya prinsip kaya cowok lo itu. Udah jelas-jelas lo butuh pertolongan dia, eh dia malah asyik selingkuh sama temennya dengan label 'sebagai adik'. Lo yakin mau terus-menerus kaya gitu?" jelas Clara membuat Zella lagi-lagi terdiam.
***
Zella sudah menunggu didepan rumah. Yang dilakukan cewek itu hanya memainkan ponselnya yang berwarna black mate tanpa minat. Sesuai janjinya pada Clara, bahwa malam ini ia harus menemani cewek itu datang ke ulang tahun sahabatnya. Zella sudah siap dengan dress yang Clara pilihkan. Berwarna hijau tosca dengan tambahan pita disalah satu bahunya. Rambut Zella ia biarkan tergerai, ia tidak mau repot-repot mencepol rambutnya lalu menghiasnya dengan segala riasan.Zella mendongak kala melihat Alvin datang. Tidak, bukan Alvin yang menjadi objek penglihatan Zella. Tapi cewek yang dibonceng Alvin, Sella. Hari sudah malam, tapi untuk apa tiba-tiba Alvin dan Sella datang ke rumah cowok itu? Ah biarkan saja. Zella mencoba berpikir positif. Mungkin saja Sella punya urusan dengan Alvin. Lagipula mereka satu organisasi disekolah.
Mobil berwarna silver milik Clara datang. Tanpa basa-basi lagi, Zella langsung naik ke dalam mobil. Sama dengan Zella, Clara juga sempat memicing curiga pada rumah Alvin. Sudah tahu ada Sella, bukannya di ajak masuk, Alvin malah diam menatap Zella dan Clara. Clara dapat melihat kalau Sella merasa tidak sabar. Terbukti dengan tangan cewek itu yang sudah menggoyangkan lengan Alvin dengan kesal.
"Ngapain cewek pelakor itu kesini?" sinis Clara.
"Clara ih! Jangan kaya gitu. Positif aja, mungkin mereka ada urusan penting."
"Mana mau Zel cewek diajak ke rumah cowok kalau nggak ada hubungan apa-apa."
"Udah ayo berangkat aja," ujar Zella dibalas anggukan oleh Clara.
Sekitar dua puluh menit, mereka berdua sampai pada tempat yang sudah ditentukan. Zella menganga tak percaya. Besar sekali rumahnya, batinnya. Sama seperti ulang tahun Sinta dulu, pesta kali ini juga tak kalah meriah. Semua ditata rapih sedemikian rupa. Hal itu benar-benar membuat Zella terkesan.
Zella masuk bersama Clara. Baru beberapa langkah, Zella berhenti. Hal itu juga membuat Clara berhenti dan mengikuti arah pandangan Zella. Tidak salah lagi. Pandangan Zella jatuh pada cowok berjas hitam lalu tangannya menggandeng cewek yang lebih pendek darinya. Tak lain dan tak bukan, cowok itu adalah Pandu. Menggandeng Sinta dengan eratnya. Tak sengaja juga, mata Pandu memutar arah lalu melihat Zella. Ia gelisah. Dengan cepat, ia melepaskan tangan Sinta yang sedang digandengnya lalu berlari menuju Zella.
"Zel .... " panggil Pandu dengan lirih.
Zella tersenyum kecut, "Iya tau. Cuma adik 'kan?" tutur Zella membuat Pandu panas dingin. Bahkan untuk meneguk air liurnya saja Pandu terasa sudah. Ini hal yang berat.
***
AN : BANTU KOMEN UNTUK PART INI YUK❤️MAU NGOMONG APA SAMA ZELLA?
MAU NGOMONG APA SAMA PANDU?
MAU NGOMONG APA SAMA SINTA?
JANGAN LUPA UNTUK BANTU VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI YA❤️
SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLA [COMPLETED]
Romansa#Teenfiction #Event Start : 30 September 2020 Finish : 30 Oktober 2020 Pernah berada di fase hidup terendah? Pernah menangis tersedu-sedu karena kehilangan orang yang menjadi alasan tersenyum dan bahagia? Pernah berada di posisi paling tidak berguna...