Prolog

735 26 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Daisy Vania Azahra, gadis kelahiran Bandung, 25 Mei 1998. Berdiri di halte bus dengan rambut sepunggung, kulit putih, matanya tak berhenti henti menelisik sudut jalan yang nampak lenggang. Di rapat kan nya jaket jeans berwarna navy itu setelah merasakan hawa dingin di sore hari. Dia menyesal karena menolak ajakan teman satu kelompok nya bernama Ivan, serta menolak jemputan supir keluarganya. Kalau sudah begini hanya bisa disesali menangis pun seperti nya tak ada arti.

Pandangan nya teralihkan kepada benda persegi yang sekarang mati karena kecerobohan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan nya teralihkan kepada benda persegi yang sekarang mati karena kecerobohan nya. Tadi setelah mengerjakan tugas kelompok dia langsung berlari keluar rumah Mira naas nya dia lupa tas nya belum di resleting sehingga benda yang berharga nya terjatuh ke trotoar jalan sepi. Waktu sedang mengutuk dirinya yang keasyikan ngobrol tetapi di jam hampir menjelang sore tugas nya baru di kerja kan. Padahal tadi setelah semua mata kuliah selesai langsung bubar menuju rumah Mira.

"Kalau tau bakal gini mending tadi gue ikut Ivan. Mana laper lagi kalau balik lagi ke rumah Mira malu lah, masa mau minta makan sama orang," gerutu Daisy.

Jam terus bergerak tapi tak ada niatan bagi Daisy untuk beranjak dari tempat nya berdiri. Berhubung dia tidak terlalu tahu jalan di tempat ini, sekaligus dia takut sendiri untuk beranjak dari halte yang sedari tadi sepi. Tetes air jatuh tepat pada pucuk kepalanya, dia mendongak menatap langit yang semula biru kini di penuhi awan hitam. Hati nya mencak mencak sendiri kenapa meski dirinya yang terjebak disini.

Sial hati nya sekarang ketar ketir bingung mau maju tapi dia sendiri takut, tapi kalau tetap berdiam diri sama saja tidak membuahkan hasil.

Pasti sekarang Mamahnya sedang menggerutu menunggu anaknya pulang. Daisy jadi takut sendiri saat nanti berhadapan langsung dengan sang Mamah yang sudah pasti memberi ceramahan panjang tak berujung. Yang hanya dia tanggapi dengan anggukan kepala, mana berani dia bela diri di hadapan Mamahnya. Walaupun dia memberikan 1001 alasan Mamahnya pasti bisa menyangkal setiap alasannya. Sudah pasti setelah ini dia akan makan di kamar karena marah pada Mamahnya, padahal dia sendiri yang salah. Tapi apa boleh buat sekarang dirinya hanya ingin pulang sudah lelah berdiri di halte kosong, langkah kaki nya mulai berjalan kembali kerumah Mira tak ada pilihan lain, dia hanya ingin minum terus meminta bantuan kepada temannya.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang