1. [Teman Daisy]

346 14 2
                                    

***

Mata kuliah pertama cukup menguras tenaga karena mempresentasikan satu materi yang Daisy sendiri bingung menyampaikannya. Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi masih ada waktu sekitar setengah jam sebelum melakukan wawancara. Sekarang dirinya tidak bukan dirinya saja tapi ada si cempreng Mira yang tidak berhenti henti berceloteh manja, ditemani si mulut pedas Diana yang kerap kali di panggil Di oleh teman teman nya. Mereka sedang berada di kantin fakultas hukum.

Mira Senjani gadis cantik nan baik yang kemarin membantu dia untuk pulang. Ya, dia Mira yang memberikan nya segelas susu dan camilan sebagai ganjal untuk perut yang keroncongan.

Lily Marta Diana si gadis bermulut pedas yang tak segan-segan untuk mengomentari sesuatu dengan kata kata pedas. Seperti sekarang Daisy di buat pusing dengan ke bisingan temannya.

"Eh Di, cantik kan gue," cetus Mira dengan bibir yang di majukan ke depan. Dia baru selesai touch up makeup yang katanya baru dia beli seminggu yang lalu.

"Apa, apa lo kayak ondel ondel?" balas Diana.

Mata Mira melotot tak suka. "Si Diana minta di colok matanya," pungkas Mira siap siap melayangkan kotak tisu di hadapannya. Tapi terhenti karena Daisy memegang tangannya panik.

"Jangan lempar lempar yang beginian." Tangan nya menyimpan kembali kotak tisu dimeja kantin.

"Lempar aja sekalian sama meja nya," celetuk Diana masih terlihat santai.

"Iya nanti gue lempar meja ke muka jelek lo."

"Enggak ngaca si mbaknya. Padahal diri sendiri lebih jelek."

Mata Mira terbelalak. "Kesel ih, Di lo kok ngeselin," ucapnya seraya menghentakkan kaki kesal. Dia selalu dibuat kesal jika berhadapan dengan si mulut pedas satu ini, mulut nya minta untuk di sumpel pake petasan banting.

"Halah, sok cantik lo. Muka sebelas dua belas sama keset rumah aja digitu gituin."

"Ish, ck kesel gue. Isi itu tuh temen lo mulut nya sumpel sana, pedes bener kalau ngomong," adu Mira kepada Daisy yang sekarang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Pengadu," cibir Diana kelewat santai.

Mira lagi lagi menghentakkan kakinya kesal. "Isi, jual temen dimana. Gue mau jual si Diana ini." Tunjuk Mira kepada Diana dengan sendok yang dia ambil dari wadah nya.

"Emang lo temen gue?" Mata Daisy terbelalak mendengar jawaban kelewat jujur dari Diana.

Mira memejamkan mata nya sebentar. Lalu memandang sengit Diana. "Oh, bukan temen?" tanyanya kesal.

"Emang gue mau temenan sama lo?" sargah Diana masih bersikap santai.

"Tau ah bete gue." Mira menyadarkan punggung nya di kursi yang ia duduki.

Daisy terkekeh pelan lalu menyodorkan minuman dingin milik Mira yang belum tersentuh sama sekali. "Nih minum dulu berantem butuh tenaga," kata Daisy.

"Enggak biasa minum yang begituan, kan biasanya minum air comberan yang udah di fermentasi kan." Mulut Diana masih saja berucap pedas.

Daisy mengelus dada mencoba untuk sabar. "Jangan gitu dong Di, kasian Mira kesel tuh." Tunjuk Daisy ke arah Mira yang sedang memasang wajah kesal.

"Halah, nanti juga butuh sama gue." Diana mulai memakan bakso yang tadi ia pesan.

Emang sih mana bisa Mira marah kepada si mulut pedas itu. Semarah marah nya pun dia akan dengan sendirinya meminta maaf dan meminta kembali bantuan kepada Diana, yang otak nya terlanjur jenius. Iya, si mulut pedas itu otak nya jenius selalu mendapatkan nilai ideal dan tidak pernah salah dalam mengerjakan. Sekali salah pun dia akan langsung membuka buku dan membaca ulang materi, apalagi jika ulangan dadakan Diana yang kelewat santai sering kali pura pura tidak mendengar.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang