28. [Jacaranda Tree]

44 5 0
                                    

****

Daisy duduk di kursi panjang dekat toko dengan berbentuk outdor, sembari menunggu Rina yang sedang mengambil dompet di dalam mobil. Maniknya menyusuri setiap sudut. Unik, satu kata yang menggambarkan suasana disini.

Ibu hamil dirumahnya katanya ngidam pengen bunga Bakung, jadi merengek minta di belikan. Itu semua karena tetangga baru yang memiliki rumah paling ujung menanam bunga Bakung tersebut.

Dan diminta pun tidak memberikan kan nya. Daisy langsung pencarian seperti apa sih bentuk bunga Bakung itu? Taunya bunga lili putih. Emang ibu hamil kadang meresahkan.

Rina datang lalu duduk di samping nya, kemudian bertanya, "mau ikut kedalam nggak?"

"Mau deh. Penasaran." Daisy bangkit dari duduk nya. "Beli berapa nih Mah?" tanyanya.

"Yah satu aja."

"Kok cuma satu?"

"Emang kamu mau ngerawat nya?"

Daisy tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Males banget Mah, aku setiap nanam apa apa nggak pernah tumbuh," kata Daisy.

Keduanya masuk ke toko tersebut, hal yang paling menarik perhatian Daisy hanya satu. Bunga mawar yang kini sedang di pegang oleh ibu ibu. Entah siapa.

"Mah, Mah. Mbak Ayu pengen bunga lili kan?"

"Iya." Wajahnya mendadak kesal. "Kesel Mamah, itu tetangga pojok medit amat. Pake acara bilang nggak rido ngasih ke orang. Padahal harusnya tau yang hamil kan minta yang aneh aneh," dumel Rina. "Tadi aja Ayu nggak mau di tinggalin Banyu, padahal mau berangkat."

Daisy terkikik geli, melihat Rina mendumel sudah pantas sekali masuk kategori ibu ibu nyinyir. Tapi Daisy langsung menggelengkan kepalanya pelan, berdosa banget dia bilang begitu.

"Kata Ayu, pengen liat Banyu kerja. Yah... Gimana dong? Mau ikut ke kantor apa? Kesel juga," katanya. "Banyu nolak lah, dia masih pegawai biasa pangkat nya gak tinggi tinggi amat kata Banyu. Takut malah ganggu orang sekitar sampe sampe harus bawa istri."

"Kan orang ngidam atuh Mah."

"Iya sih, em... Cuma kesel aja. Untung Papah tadi nyaranin buat video call aja. Beres deh."

"Iya Mah, kita nyari ribuan alesan biar mbak Ayu nggak ikut. Tapi Papah, emang the best kenapa nggak kepikiran yah Mah?"

"Iya aneh Mamah juga." Perlahan mengambil satu pot berisi bunga lili putih. "Ini bukan sih Dek?" tanyanya ragu. "Tapi, emang ini deh yang di rumah Bu Pur. Warnanya putih bukan sih?"

Daisy mengernyit kemudian menganggukkan kepalanya. "Kayaknya itu deh Mah, em... Bunga Bakung."

"Halah Bakung Bakung, bunga lili ini mah kebanyakan gaya Bu Pur. Bunga lili di sebut Bakung, bikin pusing aja!"

"Aduh Mamah yah jangan di perjelas."

Keduanya asyik mengobrol tapi langsung terhenti saat ada seseorang menghampiri mereka. "Eh ibu, mau beli apa?" tanyanya.

Rina menoleh lalu tersenyum. "Ini bunga lili Bu, berapa yah?"

"Biar saya tanya dulu Bu.. em saya belum tau semua."

Setelah orang tersebut pergi Daisy langsung pamit ingin melihat lihat sekeliling, dan duduk di bangku panjang yang berada di bawah pohon besar. Di salah satu ranting terdapat kertas yang tergantung bertulisan 'pohon jacaranda' matanya masih menilik setiap sudut. Lalu beralih menatap laki laki yang tak jauh dari dia. Tampak sedang duduk sembari bermain game.

Daisy kenal orang itu. "Van?" ucap nya sedikit berteriak.

Orang tersebut menoleh mencari orang yang memanggil nya. Kemudian balas tersenyum. "Apa? Gue kesana yah?" sahut Ivan.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang