7. [Biar Waktu Yang Menjawabnya]

71 7 0
                                    

***

"Assalamualaikum ukhti!" teriak Rosi diiringi langkah serampangan.

"Waalaikumsalam," sahut Rina.

Rosi tersenyum lebar kemudian menyalami punggung tangan Rina. "Eh Tante. Maaf suaranya lupa di kecilin." Rina terkekeh kemudian merangkul bahu Rosi. "Gakpapa kan Tante, aku nginep disini?"

"Gakpapa." Wajah Rina mulai mendekat ke telinga Rosi berbisik manja, "Tante suka. Kamu itu cantik banget sih." Tanyanya mencubit gemas pipi tembem Rosi.

"Bisa aja Tante."

Deheman membuyarkan keduanya. Daisy menyambar lengan Rina dari bahu Rosi. "Apa sih. Giliran anak sendiri di marahin." Di ganti kan bahunya kemudian berkata, "jahat banget Mamah. Aku juga mau di rangkul gini." Daisy memeluk pinggang Rina erat.

"Hihi... Kayak nggak pernah di peluk aja."

"Iya nih. Isi lo mah syirikan."

Daisy mengerucut bibirnya kedepan kemudian membalas, "berisik."

"Sok sok an di luar kelihatan jutek, sombong, dih aslinya kayak bocah."

"Apa sih?" kilah Daisy.

"Iya nih Tante. Isi kalau di luar sombong banget," adu Rosi di balas senyum kecil oleh Rina. "Kata Ivan aja, susah buat deketin Isi."

Mata Rina melirik sekilas kearah Daisy yang masih setia memeluknya. "Ivan siapa?" tanya nya.

"Temen sekelas Tan."

"Uluh.. uluh.. anak Mamah ada yang suka."

"Apa sih Mah sakit." Daisy menyingkirkan tangan Rina yang berada di pipinya, setengah merajuk.

"Kapan kapan. Suruh Ivan kesini yah?"

"Siap komandan." Rosi tertawa riang melihat raut kesal Daisy.

Daisy memutar bola matanya malas lalu berucap, "apa apaan, mau ngapain kesini?"

"Yah gak ngapa-ngapain."

"Ish. Ngeselin banget sih Mamah."

"Ivan ganteng gak Ci?"

Bibir Rosi mengembang membentuk senyuman. "Banget Tan. Tau orang Tionghoa gak. Sipit loh matanya. Gak putih sih kulitnya. Tapi, lebih ke sawo matang eh, gak deh kuning langsat. Terus Tan, suara Ivan itu bagus banget."

"Waduh. Penasaran nih."

"Terus Tan, Ivan itu sopan banget. Istilah nya masih meneruskan adat istiadat nenek moyang nya. Kayak, gak boleh ngomong terlalu keras sama orang yang lebih tua. Pokoknya the best deh Tan."

Rina melirik lagi ke arah Daisy yang nampak malas. "Gak mau ngenalin gitu ke Mamah?"

"Ngenalin siapa?"

"Ivan."

"Buat apa?"

"Siapa tau gitu kamu suka."

"Nggak ih."

"Padahal Ivan katanya udah lama suka sama Isi, Tan. Kata Bisma sih. Pas waktu masih Maba, kan pernah Ivan gendong Isi karena pingsan ditengah lapang."

Daisy ingat betul bahwa dia dulu pernah pingsan saat upacara pembukaan penerimaan mahasiswa baru. Karena, memang tubuhnya sedang tidak enak. Alhasil, Ivan yang berada di dekatnya langsung menggendong di bawa ke UKS.

"Kalau di luar. Tante, minta tolong yah jagain Dai. Badan nya emang gampang drop, makanya kalau kemana mana papahnya suka ikut."

"Eh iya Mah. Aku boleh ikut acara kampus gak?"

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang