29. [Potret Keluarga]

48 4 0
                                    

****

Daisy tersenyum lebar melihat seluruh keluarga nya sekarang sedang berkumpul ria di ruang tengah. Karena sofa tidak muat jadi semuanya duduk lesehan di atas karpet, besok ada acara 4 bulanan sehingga seluruh keluarga datang.

Dia sedang duduk disamping neneknya, yang asyik mengelus rambut Daisy. Tiba tiba seorang anak kecil berumur 3 tahun dibelakang nya Rey ikut. Menghampiri dengan berlari meski beberapa kali oleng.

"Kak, kak Nata mau main!" pekiknya riang.

Rey masih dibelakang dengan tenang karena tangan nya di pegang oleh Mata. "Ini lepas tangan Ley dong Nata," keluh Rey karena tangannya menjadi licin oleh keringat.

"Yaudah nih Nata lepas." Lalu pegangan nya terlepas. "Yuk kak, main?" ajak Nata riang.

Marni-Nenek Daisy tersenyum, tangannya berhenti mengelus lalu menepuk nepuk kepala Daisy sayang. "Sana main, jangan jauh jauh," katanya.

"Siap Nek, yuk Nat. Dek Rey mau ikut?"

"Mau dong kak," balas Rey lalu menyambar tangan Daisy. Menggandeng untuk masuk ke kamar nya. Nata yang melihat itu mencebik tapi tak urung ikut masuk. "Kita main ini yah kak, tapi di luar."

"Oke oke."

"Kamu lagi ngapain Dai?" tanya seseorang di ambang pintu. Umurnya selisih satu tahun dengan Daisy, ia lebih tua.

Daisy melongokkan kepalanya sambil mengangkat beberapa mainan. "Eh, Bri. Aku mau main sama anak anak, disuruh bawa dulu mainannya," balas Daisy.

"Semuanya Nat?"

"Iya kak," balas Nata. Brian memang kakak Nata, masih dengan mengambil beberapa mainan. "Sana Kak, ngapain disini?"

Brian mengernyit lalu terkekeh geli. Dia tahu adiknya tidak suka kalau dia datang saat sedang bermain, karena pasti akan di ganggu. "Dih, bocil nyusir. Kakak mau main sama kak Dai kok. Wlee... kasian," ledeknya.

Nata mencebik kesal, menurunkan mainan nya lalu berlari memeluk kaki Daisy. "Kakak, jangan main sama kak Ian. Kakak mainnya sama Nata sama Rey yah?" pinta Nata.

Kekehan terdengar dari mulut Daisy lalu menyahut, "iya kakak sama kamu deh."

"Enggak bisa lah, kamu sama aku Dai."

"Ndak boleh maksa Om," timpal Rey. Tangannya masih mengobrak-abrik isi lemari mainan. "Kata ayah ndak baik."

"Aduh anak nya bang Banyu udah kayak bapaknya aja, nyebelin."

"Ndak boleh gitu Om."

"Iya Rey iya." Brian berjongkok menyamai tinggi Rey lalu berkata, "coba ngomong R?"

Rey mengernyit kan dahinya kemudian membalas, "L."

"R!"

"L!"

"R Rey R bukan L!"

"Susah ih Om!"

"R!"

"L!"

"Au ah gelap," kata Brian lalu bangkit meninggalkan ketiga nya. Tapi sebelum keluar mengatakan sesuatu yang membuat Nata menangis. "Tadi kakak ngambil boneka yang warna putih di kamar kamu. Emm.. terus di kasih sama anak tetangga."

Nata menangis kencang membuat Daisy kelabakan menenangkan tangisan nya. "Cup.. cup.. udah nggak boleh nangis, kan Nata anak pinter jadi nggak boleh nangis."

"-Nanti kita beli es krim, Nata suka es krim kan?" tanya Daisy.

Tapi sebelum Nata menjawab Rey sudah berlarian menghampiri setengah merajuk, "kak, kok cuma Nata yang di tawalin?"

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang