chapter 8.

1.8K 117 2
                                    

Hari yang sangat memusingkan terjadi juga, baru saja berbaikan dengan Aorora, saat pulang kerja, mulai menikmati sore dengan bersantai bersama bintang, Tian tiba-tiba memberiku sebuah bukti yang mencengangkan

Dari mana dia bisa dapat fotoku, ah bedebah.... Rora sudah semakin nekat kali ini, dia berbuat jauh dari dugaanku, ia mengambil foto saat kami bersama dihotel minggu lalu, aku tak pernah berfikir dia bisa jadi segila itu....

Tian masih memiliki bukti lain, chatku membujuk Aorora saat dia ngambek tempo hari, tak mungkin lagi berkilah kali ini, kutarik nafas panjang, Tian memberiku waktu untuk menceritakan semuanya, kali ini ia jauh lebih tenang, tak ada lagi tangisan histeris dan membabi buta, ia jauh lebih dewasa dibandingkan denganku saat ini

Aku masih saja pengecut mengakui semuanya, aku masih memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, setelah hal gila ini, apakah Tian masih mau memberikan ku kesempatan lagi, luka yang ku toreh pasti jauh lebih dalam.. apakah aku bisa hidup tanpa Rora.... Dia candu ku... Aku bisa Sakau Tampa cumbuannya.

Malam itu aku dan Tian bahkan tidak lagi tidur bersama, ku hempasan diriku disofa tengah, mencoba mengistirahatkan mata yang sulit sekali terpejam...

•••••

Pagi itu aku berjanji bertemu dengan Rora yang telihat manis dengan dress biru laut, ia tak bekerja hari ini, ya ini hari cuti yang sudah kami siapkan sebelumnya... Pergi ke luar kota bersama, padahal rencana ini sudah sangat matang kami pikirkan... Tapi karena ulahnya mengirimkan foto gila itu pada Tian... Ku urungkan niat berangkat bersamanya

"Apa madsutmu mengirimkan foto itu pada Tian...." Hardiku dengan mata merah padam padanya saat bertemu

"Mas tau istrimu yang duluan menghubungi ku, dia maki-maki aku, kayaknya dia periska Handphone mas...." Jawabnya memelas..

"Coba liat sini....." Kutarik handphone Rora dari tangannya

Kulihat chat demi chat, sial memang, Tian sudah melangkah lagi, ya.. aku kecolongan lagi, kapan dia memeriksa handphoneku, ah pasti saat malam, saat aku tertidur pulas....

Sudahlah, sudah kepalang tanggung, lebih baik menenangkan otak dulu sembari memikirkan langkah kedepannya, lebih baik aku membiarkan Tian sendiri dulu untuk beberapa waktu.

Ku telepon Tian pagi itu, kukatakan padanya aku harus keluar kota bersama pak Heru, ia menagis terisak meminta kejelasan foto dan semuanya, aku hanya memintanya tenang dan memberikan lagi waktu

Dengan berat ku langkagkan kaki bersama Aurora menuju bandara keberangkatan. Maaf Tian aku harus lari dari masalah kali ini, aku terlalu malu mengakui Semuanya padamu, aku tak sanggup melihat mu terluka dan menangis iba di depanku.... Mungkin memang lebih baik begini....

Hingga saat menunggu di ruang boarding pass, pesan Tian masuk bertubi-tubi, kulihat kearah Aurora dengan tajam, ia sedang tersenyum memainkan handphonenya, apakah baginya semua ini hanyalah lelucon, disaat detik-detik keberangkatan ia malah mengirimkan foto lagi pada Tian yang sedang terluka bersama bayiku disana....

Ku seret koperku dengan kemarahan yang memuncak, dengan langkah sangat gusar keluar dari ruangan bording pass, kemudian setengah berlari menuju pintu keluar lainnya, Rora mengejar Ku, menarik tanganku dan memohon padaku untuk tetap ikut...

"Kau pikir ini lelucon ha...... Sudah untung aku mencoba ikut, kau buat lagi masalah baru....dasar Tai...tau ngak..." ku lepaskan genggaman tangannya dengan paksa

"Jangan ganggu keluargaku lagi.... Sudah cukup sampai disini, semuanya HABIS, SELESAI... JELAS..." Hardiku padanya dengan semua mata tertuju pada kami

Aku tidak lagi memikirkan itu semua, pikiranku sudah sangat kacau, Tian tak menjawab telepon ku, ku coba berkali-kali masih tidak ada respon, ku telepon mama untuk mengecek rumah kami.

Jarak Bandara dengan rumahku lumayan jauh tak akan terkejar menyusul Tian yang tengah marah besar Di sana.

Aku segera masuk dalam taksi yang berada dihalaman Bandara. Dering panggilan masuk menggema dihandphone ku, segera kuangkat

"Arya.... ,Rumah kalian dikunci semua mama panggil-panggil Tian gak ada yang nyahut..... Tian pergi kemana ??? Tanya mama

"Oh ya sudah ma... Mama pulang aja, Tian pergi sama temennya bentar, mama gak usah pikirin, makasih ya ma....."

"Beneran gak ada apa-apanya?? Jangan bilang kamu selingkuh lagi trus Tian pergi Arya...."

Benar saja feeling seorang ibu tak pernah salah. Aku memilih tak membalas ucapan mama kali ini...

"Udah ya ma... Arya lagi dijalan ini...."

Segera ku sudahi sambungan telepon mama. Pikiran ku sudah sangat kacau, ku coba lagi menelepon tian

"Please... Tian angkat telepon nya...," Gerutu ku sambil mengepal tanganku geram

Satu jam berlalu, Tian masih belum mau menjawab, setelah membayar tagihan argometer, ku seret koper menuju halaman rumah, kubuka pintu pagar, pintu utama, kucari Tian di semua sisi rumah, ia memang sudah tak berada disana....

"Kemana kamu sayang, kemana kamu bawa anak kita, dia masih kecil, apa kalian baik-baik saja...."

Ku jemput mobilku digarasi kantor, ku cari Tian di jalan-jalan kota, ku sisir jalanan tempat kami pernah bersama, berharap menemukan nya disana.... Namun nihil sudah hampir dua jam berkeliling, tak kulihat tanda-tanda keberadaan istri dan anakku, mobil Tian tak parkir di manapun disepanjang jalan ini....

•••••

Hingga malam Tian masih tidak menggubris pesan dan juga telepon ku, ku banting semua barang yang ada didekatku, pelampiasan emosiku yang tertahan ini, aku tak bisa berbuat apa-apa

Ku kendarai lagi mobilku menyusuri jalanan kota, ku cari lagi Tian disepanjang tempat kenangan kami, penyesalan teramat dalam membuat hatiku kian tersiksa

Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa Tian dan juga Bintang

Satu jam berkendara badanku sudah sangat lelah, aku tak makan seharian ini, ku pacu mobil  arah pulang setelah membeli beberapa makanan. Ku hempaskan diriku diruang tamu, ku makan dengan tidak selera beberapa potong roti dan meninum sebotol bir, sesekali ku Sibak tirai, menanti kedatangan Tian... Hingga tak sadar, aku sudah terlelap dengan keadaan tak menentu disofa tamu...

Pukul 04:00 pagi, aku tersentak, ku Sibak lagi tirai, masih belum ada tanda kedatangan Tian, kubuka sepatuku, melangkah dengan kepala yang amat berat kekamar, kubuka bajuku dan mencoba tidur kembali walaupun terasa sangat susah...

Kulihat pesanku telah dibaca Tian, tapi belum ada balasan, kuketik lagi balasan meminta dan memohon padanya untuk kembali...

Sudah pukul 07:00 pagi, Tian masih belum membaca pesanku, ku basuh mukaku dikamar mandi, mataku terlihat sangat merah, kusigat gigi kemudian berganti baju.

Setelah selesai mulai melangkah keruang tengah, menghidupkan televisi dan berbaring disofa, pikiranku melayang entah kemana, hatiku terasa kosong tanpa kehadiran Tian dan Bintang dirumah ini.....

Sampai..  Sesaat kudengar bunyi pagar rumah dibuka, terdengar mesin mobil yang tak asing ditelinga ku...

Dengan secepat kilat aku berhamburan keluar rumah, air mataku tumpah ruah.... mendapati sosok itu berada di halaman rumah, benar saja itu Tian dan juga anakku Bintang.....

Aku rindu......

•••••

Hay....

Untuk yang nunggin update bagian Tian sabar dulu ya....

Lagi maraton ngejar bagian Arya dulu

Terimakasih sudah baca ya teman-teman ❤️❤️😍🙏






















To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang