Chapter 4.

2.1K 110 1
                                    

Rumah tangga ku dan Tatiana tidak berjalan semestinya, ia belum juga bisa pindah ke kota ku. Setahun belakangan saat pacaran  status LDR tidak terlalu mengganggu ku. Tapi berbeda jauh dengan menikah...

Bulan kedua pernikahan ku, aku mendapat skorsing karena kelalaian menghilangkan sebuah nota penting dalam laporan bulanan ku. Pemindahan status karyawan tetap ku diundur.

Sebagai kepala keluarga tentu aku cukup tertekan dan stress, rekomendasi kakak Shiza tentu tidak mendukung lagi karier ku di perusahaan ini, pasti mereka sakit hati, karena aku meninggalkan adik bungsunya dan menikahi wanita lain.

Akhirnya aku melamar di perusahaan farmasi lainnya yang juga pesaing berat perusahaan ini. Untuk berjaga-jaga jika Perjalanan karierku berjalan buruk disini.

Sesuatu yang ku takutkan terjadi, kesalahan tak terduga lainnya terjadi di bulan yang sama, parahnya mereka tidak lagi mempertimbangkan kinerjaku disini. Surat pemutusan itu sampai juga ditanganku.

Perusahaan  pesaing yang sudah ku lamar, belum memberi tanggapan, beruntung Tian tidak memusingkan statusku, ia hanya memberi semangat dari jarak jauh, hanya weekend jadwal kami bersama, saat-saat terpuruk seperti ini sebenarnya aku sangat membutuhkan kehadiran istriku.

Pelukan dan belaian tatiana dipundakku, tak hanya ucapan dari sambungan telepon ataupun kata-kata motivasi via SMS dan juga WhatsApp.

Aku butuh istriku. Aku ingin menyentuh fisiknya nyata.

Tapi... aku tak bisa berbuat banyak.

••••

Sore itu, saat aku tengah mengecek email hasil interview disofa tengah, seseorang menghubungi ku. Seseorang yang sudah lama tidak kutemui...

Ridi

"Hallo Bro....." Sambut ku hangat

"Hallo...... Lama gak ketemu nih... Lo dimana?? Terdengar suara berat Ridi memulai obrolan

"Tumben banget lo telpon... Gak sibuk lagi Lo....??"

"Hahaha.... Biasa aja, ayo ketemu...."

"Oke... Gue lagi nganggur ini... Kirimin alamat Lo... Biar gua susulin kesana" ucapku tanpa ragu...

Dari telpon sore itu, aku dan Ridi jadi sering nongkrong bareng, jauh dari Tatiana, kekosongan hatiku mulai diisi dengan kongkow-kongkow bersama teman lama, akhirnya pada Minggu berikutnya Afri pun bisa menyusul kami.

Awalnya kami bertiga hanya reunian biasa, bercerita masa lampau diiringi tawa lepas dan makan bersama, tapi bangkai yang lama terkubur, mulai sedikit memperlihatkan lagi romannya.

Malam itu aku hanya berdua dengan Ridi disebuah cafe, afri tak bisa menyusul karena anaknya sakit. Ridi mulai menceritakan kegilaan yang ia lakukan Tampa kami, disaat aku dan afri sudah berhenti dari dunia kelam  itu, memilih melanjutkan hidup membina keluarga.

Ternyata Ridi yang masih saja jomblo itu, melangkah sangat jauh didepan kami, aku tak menyangka ia bisa berbuat sedemikian rupa, padahal dulu ia paling pemalu diantara kami, Walaupun ya...., birahinya jauh lebih kuat....

Sepertinya dengan berbuat hal gila itu ia mampu bertahan dengan status single akut, bahkan ia menolak berapa kali perjodohan yang diatur orang tuanya. Inilah alasannya....

Ia menjadi lebih liar dari sebelumnya, dia jadi sering jajan, yah karena sekarang dia sudah punya uang dan cukup sukses bekerja di sebuah instansi resmi ini.

Malam ini dia memintaku menemaninya, menemui wanita Yang telah ia pesan online, dia tau aplikasi khusus untuk Jajan itu... Aplikasi yang dipenuhi dengan wanita-wanita muda, anak kuliahan yang butuh uang saku tambahan sampai wanita yang jelas haus belaian.

Aku sempat menganga mendengar semua itu dari mulut Ridi, tapi aku bisa apa, menolaknya dan pulang, pasti ia akan mengatakan ku Cemen.

Sepuluh menit menemani Ridi, tiba-tiba ada perempuan muda datang menghampiri kami.

"Hmmm kak Ridi yang tadi ngubungin ya... Hai.... Aku Laras...." Sapanya

Ia tak seperti wanita nakal, pakaiannya juga tidak memperlihatkan kenakalan nya, zaman memang sudah berubah sangat jauh.

Wanita muda yang manis dengan mididress berwarna navy, polesan wajahnya juga tak berlebihan, mengesankan keimutan wajahnya.

Sepertinya ia berumur 20 tahunan...

Benarkah dia ......

Aku langsung menatap Ridi dengan raut kegusaran... tapi ia tidak menggubris reaksiku...

"Hai Laras.... Mau pesan minum apa... Oya aku Ridi... Ini temanku Arya...."
Ia segera menyalami wanita itu

Aku hanya terdiam dan akhirnya ikut membalas salaman perempuan itu.

Beberapa obrolan dimulai oleh Ridi untuk mencairkan suasana baru kali ini. Laras yang semula malu-malu mulai membalas guyonan basi Ridi dengan senyuman, sesekali tawa

Akhirnya Ridi merangkul Laras untuk menuju mobil miliknya, dia menyikut ku untuk mengikutinya, aku yang dari tadi bengong akhirnya menyusul mereka, akhirnya motor tua yang ku kendarai ditinggal di cafe.

Mobil Ridi melaju kesebuah Hotel berbintang, yang cukup mewah... Tampa pemesanan kami segera meluncur ke sebuah kamar, usut punya usut ternyata kamar itu sudah dipesan Laras.

Aku semakin ternganga dengan semua hal liar ini.

Kamar dengan fasilitas mewah dengan ruang tamu dan kamar utama  yang terpisah. Aku diminta Ridi menemani  di ruang tamu saja, dan mereka mulai beranjak kedalam, melakukan hal yang iya-iya dikamar utama.

Gila memang....

Mereka yang mereguh kenikmatan, aku yang bermandikan keringat di ruangan full AC, menunggu dengan semua kegetiran diruang ini, mendengar lenguhan suara  kenikmatan dari dalam sana dengan gelengan kepala dan juga bagian lain yang ikut mengeras...

Tian.... Andai saja kau disini... Bersamaku.. hasrat ini pasti terpuaskan....

Dasar Ridi permainannya memang sangat lama, dua jam keki juga menunggu disini... Kuputuskan keluar kamar dan menghirup udara di halaman hotel.

Tak lama handphoneku berdering

"Lo main ninggalin aja sik.... Dimana?? Suara Ridi mengawali

"Anjing Lo... Lo ena-ena, gua kesiksa, mana lama banget bangsad..."

"Hahaha.... Gimana... Lo mau juga... hayo gua traktir...." Ucapnya lagi

"Anjing jijik gua bekasan Lo kampret....."

"Laras punya teman kali... Di hotel ini juga mau??

"Gak lah tai... Gua punya istri bangsad...."

"Istri yang jauh Dimata hahahaha...
Udah lah jangan esmosi, gua susulin Lo di parkiran...."

Ucapnya menutup sambungan.

Aku hanya terdiam, duduk di pelataran menyesap rokok ditanganku, lalu menghembuskan asapnya dengan sangat panjang... Mengusir dinginnya malam dengan segudang masalah yang melandaku

•••••











To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang