Kepalaku kian berat dengan kenyataan pahit yang bertubi-tubi datang padaku. Takdir seakaan mengolok-olok nasibku. Mulai dari target teamku yang tak kunjung meningkat dihadiahi omelan panjang via seluler oleh General Manager yaitu pak Sigit. Sitambah lagi dengan ada nota penting yang terselip, menghabiskan waktu yang cukup lama untuk ketemukan kembali dan mobilku yang tiba-tiba mogok saat perjalanan pulang kerumah. Mengumpat seharian ini hanya membuat hatiku semakin sesak dan terpuruk.
Padahal aku sudah berusaha menekan luka dengan menutup rapat aplikasi media sosial beberapa hari ini, karena tak hentinya melihat foto berbahagia Tian menghiasi laman instagram, facebook dan juga Twitter ku.
Ku lempar paksa kaus kaki dan juga sepatu kerjaku ke rak coklat sepulang kerja magrib itu, karena tak mendarat sempurna jadi menjatuhkan bagian sepatu lainnya dan menghasilkan suara bising dari teras. Membuat hatiku kian jenuh dan keki.
"Pulang aja buat ribut.... awan baru aja tidur mas...! bisa gak sih kamu sekali aja buat aku gak emosi... aku tu capek mas, Awan rewel banget seharian ini, pengen di momong aja terus... aku pengen istirahat, kalau sampe Awan bangun, kamu aja yang momong....."
"Omelanmu yang kayak mak lampir itu justru yang bikin dia bangun... "
"Aku benciiii sama kamu mas... benci...!"
"Ya sudah sana pergi... tinggalin Awan sama aku...."
Otakku kian mendidih mendengar suara cempreng dari omelan Rora. Bahkan melihat tampilannya yang kumuh dan tak terurus itu huft...., mengenakan daster dengan warna yang amat tak kusuka, beberapa bagian kancing yang terbuka dan tak beraturan. Sesusah itukah mengurus satu anak baginya. Bahkan ia lebih membuatku tak berselera dibanding Tian dulu.
Kubiarkan ia menangis tersedu masuk kedalam rumah. Entah kenapa dia makin sensitif saja. Kuambil nafas panjang dan duduk dipelataran teras. Membuka kancing kemejaku paksa, menyesap lagi rokok ditanganku. Keadaan dikantor dan di rumah sama saja buruknya. Kemana lagi aku harus pergi untuk menenangkan jiwa dan ragaku yang kalut ini.
••••
Lagi...., hari libur sabtu ini diisi dengan meeting dadakan karena menuju akhir tahun. Dengan badan yang masih lemas ku langkahkan kaki pagi itu kekantor. Menimati sarapan omelan dan hardikan tajam dari atasan yang biasanya amat puas dengan kinerjaku. Belum lagi tatapan mengejek dari beberapa rivalku karena laporan kinerja mereka jauh lebih baik dibandingkan cabangku.
Meeting menghabiskan waktu cukup lama, Pukul 06:00 sore baru kelar. Ku gas kendaraanku menuju rumah dengan uring, Mengambil nafas panjang, membayangkan tampilan dan juga omelan Rora, ingin rasanya aku memutar haluan ke rumah mama, tapi mengingat putriku Awan kutahan jua semua kerumitan hidup yang tengah menganjal di minggu-minggu terberat ini. Inikah karma yang pantas untuk pecundang sepertiku. Ah... semakin lama rasanya semakin berat saja.
Ku langkahkan kaki menuju teras rumah, tak seperti biasanya pintu utama kali ini terkunci. Ku ketuk beberapa kali daun pintu, mungkin Rora sedang Tidur dan tak menyadari kedatanganku. Tapi sudah sepuluh menit berlalu masih tidak ada tanggapan. Segera kubuka pintu utama dengan kunci milikku, mempercepat langkah masuk kedalam rumah kontrakan tersebut. Suasana rumah terasa sangat senyap dan sunyi. Ku cari Awan dan Rora disemua sisi rumah, dikamar tidak ada, di dapur juga tidak kujumpai. Setelah banyaknya masalah yang kami hadapi, baru kali ini Rora berbuat begini. Segera ku cek handpone, mungkin ia meninggalkan pesan. Tapi naas tak ada satupun pesan darinya.
Ku hubungi nomor Rora beberapa kali, tersambung tapi ia tak mengangkatnya. Ah... ya sudahlah, mungkin memang lebih baik tak berhadapan dulu dengannya. Bertemu dengannya justru membuat hariku jauh lebih buruk. Aku memang butuh waktu sendiri dengan segudang masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}
RomansaRang #1 segitiga -Mei 2021 Rang #1 mendua - mei 2023 Pagi yang merubah segalanya Ya....Pagi itu saat ku terbangun dan kau tidak lagi membalas pesanku, tidak lagi menjawab telepon ku. Andai saja... Aku tak bertemu wanita dengan rambut coklat panjan...