Chapter 7.

1.9K 123 9
                                    

Hari itu, Jagoan-ku telah lahir ke dunia, Sang Bintang Persada, ia begitu indah, wajahnya membuatku terharu dan berdecak kagum....

Ia membawa begitu banyak kebahagiaan di tengah keluarga besarku dan Tatiana...

Keluarga, sahabat, rekan kerja mengunjungi silih berganti dikamar inap ini, rasanya sangat lengkap memiliki bayi kecil Bintang..

Disela kunjungan dan kesibukan akan bayi pertama kami, siang itu ku putuskan mengunjungi Aorora di rumah sakit tempatnya dirawat

Ia sedang tidur saat aku datang, bibi yang menemaninya segera beranjak keluar kamar meninggalkan ku disana, kulihat wajah Aorora begitu pucat, selang infus masih tertancap ditangannya.

Aku meletakkan kresek buah di meja sebelah kanan ranjangnya. Rasanya aku begitu iba melihat wanita yang pernah mengisi hatiku, sekilas kenangan itu menari-nari lagi di ingatanku... Semuanya masih terasa indah...

Mata Aorora terbuka, beberapa saat ia menoleh dan menemukan aku yang tengah duduk memandangi wajahnya

"Mas... Aku kira tadi cuma mimpi....." Ia berkata dengan air mata yang tertumpah disudut mata indahnya

"Kenapa bisa senekat itu...... Lo gak bisa pikir pake otak..." Jawabku datar

Ia tertawa ringan mendengar jawaban ku...

"Bisa gak... Gak pake Lo gua.... Gak cocok mas.... Itu bahasa chat aja ya....,"
Sambungnya dengan tawa tertahan

Aku hanya tersenyum simpul menimpali ledekan ya

"Makasih ya mas .. masih peduliin Rora. . "

"Maaf selalu merepotkan.... Maaf juga kalo perasaan aku gak bisa hilang untuk mas...."

Aku hanya bisa menarik nafas dalam, aku tau tujuan Rora berkata demikian, ia menginginkan hubungan yang lama berulang lagi... tapi aku tak bisa memberikan harapan semu...

"Rora... sekarang tanggung jawabku sudah bertambah, aku sudah punya baby... Maaf, semuanya sudah tidak bisa lagi dilanjutkan...  aku tak bisa kehilangan keluarga ku..."

"Kamu pasti kuat, kamu akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku...."

Kudengar ia menangis terisak, aku tau ini sangat sulit untuknya, tapi ini sudah keputusan akhir... Aku tak bisa berada disituasi ini  terlalu lama... Kubiarkan tangisnya reda...

"Rora... Aku harus pergi.... Jaga dirimu baik-baik.."

Aku segera bangkit dan bersiap meninggalkan kamarnya, tapi terhalang dengan tautan tangannya di lenganku....

"Mas... Boleh aku minta dipeluk sekali ini aja... Please" ucapnya dengan air mata masih saja mengalir deras

Ku turuti keinginannya kali ini, segera ku duduk di sisi ranjangnya, iapun duduk dan memelukku erat, hembusan nafasnya terasa hangat di leherku, pelukan yang terasa nyaman dan juga menelisik kenangan lalu...
Cukup lama akhirnya ku tepuk halus pundaknya sebagai isyarat untuk melepaskan pelukan ini...

Pelukan itu kemudian melonggar, aku kemudian bangkit, tapi tangan Rora masih saja menahanku agar tidak pergi, ku kecup pangkal kepalanya, agaknya itu membuat pegangannya terlepas.

Aku kemudian segera pergi meninggalkan Aorora yang masih terdiam didalam sana.

••••••

Sejak saat itu aku tak lagi menemuinya, tak lagi menanyakan kabarnya, mungkin lebih baik begitu, jarak akan membuat nya lebih kuat untuk melupakan segala kenangan bersama ku.

Hari-Hari menjadi lebih indah sejak kelahiran Bintang walaupun awalnya aku dan Tian kewalahan karena shock dengan rutinitas baru ya... begadang, istirahat kami menjadi sangat jauh berkurang, belum lagi pekerjaanku yang kian menumpuk

To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang