"Mau sampai kapan kamu begini terus Arya.... mama sudah putus asa sebagai orang tuamu, berfikirlah dengan jernih, mau gagal berapa kali lagi baru kamu mau bertaubat...... umur itu kita gak ada yang tau.... pikirkan Awan......mama capek arya... capek dengan rumah tanggamu yang hancur berantakan begini..... "
"kalau kamu butuh waktu menenangkan diri sok lakukan, jangan terlalu lama, jangan lari-larian terus dari masalah! ini memang karma. Tapi mengingat Tian udah gak ada gunanya... Tian sudah bahagia dengan keluarga barunya..... ikhlaskan.... coba perbaiki lagi rumah tanggamu dengan Rora.... "
"Tapi ma...... "
"Nggak ada lagi tapi-tapi, kamu itu laki-laki, bertanggung jawablah dengan keluarga mu...."
"Aku gak tau perasaan aku sama Rora gimana, aku capek kelahi terus sama dia.. "
"kamu bukan anak kemarin sore yang ngomong perasaan, cinta-cintaan, rumah tangga itu bukan hanya soal percintaan, ada ranggung jawab yang besar disana, kamu ada anak arya.... ingat masa depannya... belum cukup semuanya.... mama pusing Arya.... mama gak tau lagi mau ngomong apa lagi sama mami dan papi Rora.... "
"Ya ma.... nanti Arya pikirkan lagi.... "
Kali ini mama juga angkat bicara via telepon seluler siang itu mengenai prihara rumah tanggaku. Ah..., rasanya kian dilema, tudingan demi tudingan lagi-lagi memojokkan pilihanku. Tapi apalagi yang sebenarnya aku cari. benar ucapan mama, Tian takkan mungkin lagi bisa kumiliki. takkan lagi bisa! sadarlah Arya, ku tampar diriku sendiri yang tak pernah bisa kumengerti.
"kenapa atuh pak, bengong dari tadi... "
"haah....."
dengan kikuk kualihkan padangan kearah pemilik suara yang tersenyum lebar. Ternyata pak Ucup sudah mengamatiku dari tadi di sisi kiri parkiran. Aku hanya membalas dengan seulas senyuman kegetiran.
"Pak Ucup..., lagi capek aja pak, ya sudah saya langsung pulang ke mess aja ya pak.. "
"Oh baik pak, selamat istirahat pak, Hati-hati dijalan atuh pak.... "
"terimakasih pak Ucup"
Kulangkahkan kaki dengan cepat menuju mobil. Setelah lamunan panjang tadi rasanya untuk saat ini aku sudah memiliki jawaban untuk langkah kehidupanku kedepannya.
•••••
Kali ini kurasa langkah yang sangat tepat untukku dan juga Rora nanti. senyumku terasa lebih longgar dari hari-hari lalu. Ku gas lagi kendaraanku untuk menambah lajunya menuju Kota itu. Tidak ada waktu lagi menunda atau berlarut-larut tampa ada benang merah diantara kedua keluarga kami.
Bebanku terasa ringan dihari yang terasa sejuk ini. Mentari terlalu malu memantulkan kilaunya, lebih memilih menutup diri di balik Awan nan putih bersih.
Kuketuk pintu kediaman orang tua Istri keduaku itu dengan napas tertahan. Dengan cepat pintu terbuka dan disambut raut kaget Mami mertuaku, ronanya dengan cepat merekah, agaknya aku tau aku masih diharapkan disini.
"Assalamualaikum mi... "
"Waalaikumsalam nak arya... "
"Rora.... Awan... lihat ini ada yang datang...... " mami dengan cepat berseru
Tanpa menunggu lama, Rora keluar dari kamar dengan Awan digendongannya. Ia berjalan cepat dengan muka yang masih dominan pucat. Tampa menunggu lama kuambil Awan di gendongannya dengan cepat berganti kepelukannku. Kuciumi durja putriku yang menggemaskan.
"Rora... masukkan dulu bawaan arya kekamar, siapin makannya... arya Pasti lelah sekali.... "
Mami mulai buka suara, dengan segera usulan beliau disetujui oleh Rora. Ia tampak bergegas beranjak kekamar dengan membawa ranselku. Meninggalkan Aku yang masih asik menikmati waktu bersama gadis kecil kesayanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}
Любовные романыRang #1 segitiga -Mei 2021 Rang #1 mendua - mei 2023 Pagi yang merubah segalanya Ya....Pagi itu saat ku terbangun dan kau tidak lagi membalas pesanku, tidak lagi menjawab telepon ku. Andai saja... Aku tak bertemu wanita dengan rambut coklat panjan...