chapter 16

2.3K 142 27
                                    

Kututup layar laptopku sore ini setelah lelah mengerjakan laporan akhir tahun yang menguras tenaga dan juga pikiranku. Ku sesap lagi kopi di atas meja ruang
tengah mess tempat ku menghabiskan libur panjang weekand ini. kuputuskan tetap berada dikota ini dulu, Saat ini aku masih belum ingin bertemu Rora. Kucari ruang kedamaian untuk diriku sendiri.

Kutekan lagi tombol kecil pada remot televisi, mencari tayangan yang lebih menarik dari gosip dan juga show orang yang santer wara-wari di layar kaca karena panjat sosial. Ah sial, Masih juga tak kutemukan tayangan yang menarik.

Kuambil nafas dalam. mencoba menepis lagi kenangan bersama Tian yang masih saja menggoda untuk kuingat. Bagaimana caranya mengalihkan semua ini. Tian sangat jelas takkan lagi bisa kumiliki.

Kutelan lagi pil kekalahan ini dengan kepahitan teramat sangat. Belum lagi rasa Rindu yang kian menggebu ingin segera bertemu Bintang dan Angkasa.

Suara kumandang azan Ashar segera membuyarkan lamunanku yang sudah terbang kian kemari. Aku segera teringat ucapan Pak ucup tadi malam. Mungkin ada baiknya aku menunaikan sholat di mesjid yang pak Ucup bilang sebelumnya.  Tempatnya  juga tak berada jauh dari mess ini.

••••

Senyuman hangat itu tepat beradu pandang denganku. Aku segera membalasnya kemudian menyambut jawatan hangat dan sapaan pak Ucup sesaat memasuki gerbang mesjid. 

"Alhamdulillah pak arya bisa ikut kajian. Ayo pak Arya, kita sholat berjamaah dulu ya... "

"Baik pak ucup, terimakasih "

"Tempat wuduknya disana ya pak Arya"

"saya udah wuduk dari mess pak ucup "

"Oh ya sudah... Langsung masuk aja pak,  ke shaff paling depan aja pak, biar nanti lebih khidmat dengar kajiannya setelah sholat pak"

"hahaha...  Baik pak ucup..."

Kulangkahkan lagi kaki dirumah sang Khalik, terakhir kali aku kerumah suci ini adalah saat mobilku mogok dan mendengar kabar lamaran Tian. Aku masih terlalu malu menghadap Tuhan.  Dosaku begitu banyak, rasanya terlalu malu untuk setor ibadah setiap ada panggilan azan yang berkumandang .

Hari ini kupersiapan jiwa dan ragaku lebih kuat ke rumah suci ini. Kutelan dalamnya malu ini rapat-rapat. Sungguh aku butuh ketenangan jiwa,  kemana lagi harus ku cari kalau bukan menemui Tuhan.

Tak lama khomat telah berbunyi. Sholatpun dimulai. Hatiku kian penuh dengan kedamaian dan juga kepedihan mengingat semua kesalahan dan dosa-dosaju yang menggunung.

Tak lama setelah solat berjamaah selesai.  Kajian dari seorang ustad akan segera dimulai. Tampak laki-laki muda, tampan dengab wajag menenangkan itu mulai naik ke atas mimbar, ternyata ialah ustad muda yang dikatakan pak Ucup tempo hari dan aku duduk tepat didepannya.

Setelah kata-kata mukadimah yang sangat menyenangkan diutarakan oleh pemilik suara serak itu. Aku mulai mendengarkan kajiannya dengan judul mengenal sosok sahabat nabi Umar bin khatab.

aku terlarut dalam. kajian yang dibawakan oleh Ustad muda tersebut,  aku tersentuh mendengar sosok sahabat nabi Umar bin khatab yang dahulunya membenci islam, bahkan sangat keras dan kejam ketika Allah beri ia hidayah dan memeluk islam, ia begitu mencintai islam. ia sangat mencintai rasulullah. Tak terasa air mataku tumpah jua.

Apa ini cara tuhan membuatku mengerti bahwa pendosa sepertiku juga bisa berubah dan beraubat. Kehinaanku ini bukanlah sesuatu yang membuatku ragu menghadap dan bersujud dihadapan sang Khalik. Kajian itu begitu indah dan tak terasa waktu magrib telah datang. Setelah azan berkumandang aku ikut serta Sholat magrib dimesjid itu. Ini adalah sholat terkhusuk yang pernah aku rasakan dalam hidupku. di sujud akhir airmataku tumpah ruah jua.  kuberdoa dalam tangisku mengingat semua dosa-dosaku pada Tian dan anak-anakku.

To My Beloved (BAD) Wife {Bagian Arya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang