Jakarta , 27/11/2019 10.29]

15 3 3
                                    

27/11/2019 10.29]
p eric: Hari Demi Hari Kurajut dengan pasti.. ku ikuti awan berarak menari di atas Gunung memayungi sang dewi yg berjalan dengan Anggunnya..
tak kusadari semenjak ku tatapmu pertama kali hilang sudah sikap wajarku ter halang kagumku hingga sukaku yang jadi Cinta setengah mati.. wajah ayu dengan hidung dan mata nan indah berpeluh membuat ku termangu dalam cinta yang dalam tak terhapusku..
        Bulan sabit nan indah yang jatuh di pelataran Hati suciku.. Bintang terang dengan Cahaya Gemintang..
Langkahku yang tanpa Arah dulu kini mengikuti jalan terang yang kau pancarkan.. Aku terus terlena di buai pelukan dirimu yang begitu ku puja Duhai  Adinda Bunga terindah Yg menjaga Budi pekerti karunia dari langit..
        ingin rasaku tuk selalu membalut Hati sucimu dan memelukmu serta ku balut luka hatimu.. ku bahagia karena hadirmu dalam hidupku.. Anugerah terindah yang teristimewa sehingga seorang ksatria paling tangguh dari gunung manglayangpun  bertanya dalam hatinya pantaskah ku mendapingi dirimu duhai dewi ku yg amat Agung..
kaki indah berjalan dengan anggun dengan mata tulus dan indah.. sungguh dirimu mutiara termulia yang menjadi legenda.. biarlah Bulan dan matahari bicara sendiri, biarlah bintang dan rembulan jadi saksi betapa ku mencinta sampai mati dalam ketulusan dan ketenangan jiwa.
Biarlah engkau lihat duhai Dewi terangung betapa cintaku suci tulus yg mampu menembus Ruang dan waktu yg hanya utkmu.
(Jakarta 27 Nov 2019, Si Burung Cendrawasih dari Gunung manglayang yg berceloteh semaunya).

Senandung Sang Praja WibawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang