Jakarta.
"Yang, besok anak-anak BEM sama Himpunan mau demonstrasi ke gedung DPR/MPR. Kamu mau kan ikut gabung juga?" tanya Ruben ke Karin saat sang pacar sedang ngapel malam ini kerumahnya.
"Demo apaan? ogah akh! ngapain ikut demo-demoan segala kek kurang kerjaan aja," tolak Karin.
"Ituloh yang, demo nolak RUU Tenaga Kerja yang baru aja di sah-in ama DPR. Harus diprotes tuh keputusan yang udah dibuat. Terus ya, kalo bukan kita sebagai kaum muda yang maju, siapa lagi coba yang bakal memperjuangkan nasib negara ini kedepannya?" jawab Ruben menggebu-gebu terasa seperti sedang berlatih menjadi orator nanti.
"Iya yang, aku paham. Tapi kamu tau sendiri kan aku tuh males ikut yang gitu-gituan. Kamu kan juga tau, aku ga ikut organisasi kemahasiswaan sama sekali, jadi ga enak lah kalo harus ikut sama kalian."
"Ini tuh demo untuk umum yang, ga harus jadi anak BEM atau Himpunan buat gabung besok," desak Ruben lagi, meyakinkan Karin untuk kesekian kalinya tapi tetap saja hanya dibalas gelengan kepala dari pacarnya itu.
"Yaudah deh, tapi kalo kamu berubah pikiran kabari aku ya yang. Aku tuh pengen aja kita berjuang bersama-sama buat kesejahteraan negara ini."
Karin hanya mengernyitkan keningnya, sambil memberikan tatapan aneh kepada pacarnya.
Sumpah lebay banget deh cowok gue.
Ting
Notifikasi pesan masuk ke ponsel Ruben.
Setelah melihat isi pesan di ponselnya, tak lama kemudian Ruben pamit ke Karin. Katanya, sekarang anak-anak lagi pada kumpul di kosannya Jimy si Ketua BEM buat ngebahas teknis kegiatan demonstrasi besok.
Setelah pacarnya pulang, Karin lalu menuju ruang keluarga yang disana sudah ada papah, mamah dan abangnya yang sedang menonton tv bersama-sama. Papah dan abangnya juga asyik mengomentari berita tentang RUU Tenaga Kerja yang dibicarakan Ruben tadi.
"Ruben dah balik? kok ga pamit? tanya bang Andre kakak cowok Karin satu-satunya.
"Dah, ne gue yang pamitin," jawab Karin sambil beringsut duduk di sofa di sebelah mamahnya.
"Gue denger besok mahasiswa se-Jabodetabek bakal turun buat demo ke gedung DPR di Senayan. Lo ikutan juga ga?" tanya bang Andre lagi.
Belum sempat Karin menjawab, mamahya yang dari tadi duduk anteng di sofa sambil memainkan ponselnya mengecek WA grup ibu-ibu komplek, sontak ikut bicara.
"Dek, kamu kan cewek ga usah ya ikut demo-demoan itu. Bahaya nak, khawatir mamah," titah bu Anita, mamahnya Karin.
"Yaelah mah, namanya ikut demo ya ga liat gender kali. Malah keren loh, cewek-cewek yang punya inisiatif buat ikut turun ke jalan berjuang untuk kepentingan rakyat," sanggah bang Andre.
"Duh, pokoknya ga usahlah ikut yang begituan. Ngeri mamah, takut kejadian kaya tahun 98 lagi," kata bu Anita sambil mengendikkan bahunya ngeri.
"Iya mah, tenang aja. Karin sih lebih milih ngadem di kamar sambil nonton drama korea aja," jawab Karin berusaha menghapus kekhawatiran mamahnya.
"Hisss, ga keren lo dek! generasi muda macam apa tuh yang ga peduli nasib bangsanya sendiri," cibir bang Andre setelah mendengar jawaban adiknya tadi.
"Bodo! suka-suka gue lah bang. Kalo mau, abang aja sono yang ikut demo besok," balas Karin sambil menjulurkan lidahnya dan melemparkan bantal sofa kearah abangnya sebelum akhirnya beranjak pergi menuju kamarnya di lantai 2.
"Ga makan dulu dek?" tanya pak Helmi papah Karin.
"Engga pah, lagi diet," jawab Karin dari arah anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Demonstrasi [JINRENE] (TAMAT√)
Short StoryKarin cuma bisa diam terpaku dalam dekapan pemuda yang sudah menolongnya kala ada kerusuhan demonstrasi mahasiswa saat itu. Hanya aroma tubuh dan suara pemuda berjas almamater kuning itulah yang selalu terngiang-ngiang dalam benaknya saat mereka ak...