part 9.Sebuah Kenyataan.

884 46 4
                                    

AuliaPOV....




Pagi hari...

Aku berusaha membuka mataku dan membiasakan mataku menerima cahaya yang masuk lewat celah tirai jendela.
Aku merasakan ada lengan kekar yang melingkar di pinggangku, memelukku secara posesive.
Aku langsung membalikkan tubuhku dan aku hampir saja berteriak ketika akau melihat Angga, dia berada tepat di hadapanku, jarak wajah kami hanya beberapa centi saja , bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya, seketika aku merasakan kedua pipiku memanas.
Tiba-tiba saja Angga membuka mata dan menatapku dengan lekat, alhasil membuat pipiku semakin merasa panas.

Chup~

"Selamat pagi sayang." Sapanya seraya mencium keningku lembut.

Aku terdiam memandangnya beberapa saat, dan aku mengingat kejadian semalam seketika aku bangun dan mundur menjauh ketakutan, aku mulai terisak kembali.
Angga yang sadar aku ketakutan lantas ikut bangun, mendekatiku dan menghapus airmataku.
"Sstt~ jangan menangis lagi sayang, aku tidak bisa melihatmu menangis seperti ini." Ucapnya berusaha membuatku tenang seraya mengusap lembut pipiku.
Aku langsung menepis kasar tangannya dan menatapnya benci.
"Jangan menyentuhku! Dasar kau iblis sialan!!! Kau membunuh orangtuaku!!!" Bentakku di depan wajahnya.
Dia terlihat terkejut dengan bentakanku, lantas dia menangkup lembut kedua pipiku dan menatapku lembut.
"Aulia, aku melakukan itu karena aku...sangat mencintaimu, dan aku tidak mau kehilanganmu lagi Aulia." Ucapnya lirih dan menatap dalam kedua mataku.
Dia menggenggam erat tanganku.
"Apa kau tau rasanya di pisahkan dengan seseorang yang di sayang selama bertahun-tahun?" Tanyanya seraya tetap menatapku.

Aku tidak menjawabnya, aku hanya diam menatapnya.
Aku takut, jika aku salah menjawab, dia justru menyakitiku atau bahkan membunuhku.
Kulihat di sedikit menghela nafas dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Rasanya sakit, sesak karena rindu yang sangat dalam....rasanya seperti warna didunia ini pudar dan hilang." Jawabnya pada diri sendiri seraya mengepalkan tangannya kuat dan menatap dalam kedua mataku.

Aku hanya terdiam, aku menatap balik kedua matanya, berusaha mencari sebuah kebohongan di kalimatnya, tapi nihil...aku tidak menemukan sebuah kebohongan disana.

Aku menundukkan kepalaku dan memainkan jari-jariku.
"Angga..lepaskan aku, biarkan aku pergi dan hidup tenang...a - aku berjanji tidak akan membocorkan soal dirimu kepada siapapun." Pintaku memohon seraya meneteskan kembali airmata.

Mendengar permohonanku barusan, dia langsung mencengkram kedua bahuku dan menatapku sedikit tajam.
"Nope! I'll never let you go! Never!" Ucapnya sedikit penekanan kata 'Never'.
Aku terdiam, menatap dalam kedua manik matanya itu.
Dapat ku lihat warna matanya yang terlihat sangat hitam, jarang sekali aku melihat warna mata sehitam itu, dapat kulihat kebencian, dendam tertanam di tatapan itu.

"You'r mine, always be mine Aulia." Ucapnya melembut seraya mengecup keningku dan melepaskan cengkramannya pada bahuku.
Dan entah kenapa secara refleks, aku memejamkan kedua mataku, dan menikmati kecupan dikening dan aroma maskulin yang khas dari tubuh Angga.

'Bodoh! Jangan sampai karena cinta, aku jadi buta dan lupa kalau dia adalah pembunuh!.' Batinku berusaha tetap sadar dan tidak masuk kedalam tipu daya Angga.

"Ya sudah aku akan mandi di kamarku, kamu mandilah dan pakai baju yang sudah kusediakan di lemari, lalu sarapan okay?" Ucapnya lembut yang justru terdengar perintah untukku, aku hanya mengangguk patuh.
Angga tersenyum dan mengecup puncak kepalaku singkat dan meninggalkanku di kamar sendiri.

Saat dia sudah pergi, aku langsung merosotkan tubuhku terduduk di lantai dan memeluk kedua lututku dan menangis pelan.
"Hiks...maafkan aku Ibu Ayah.....hiks...a - aku tidak bisa...hiks..melawannya.." Ucapku lirih seraya memeluk erat kedua lututku.
Akhirnya aku berdiri dan menuju kamar mandi seraya membawa handuk, aku menyalakan keran bathup dan berendam di dalamnya sambil terpejam, berharap....
Semua hanya mimpi semata.
Namun, aku tertarik ke kenyataan lagi setelah mendengar bunyi klakson mobil Angga, aku segera menyelesaikan acara mandiku dan melilitkan handuk ke tubuhku

My Boyfriends is A PyschopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang