Part 14

25 4 11
                                    

Selamat membaca 💙

Kirana terus nenatap malas papan tulis, kali ini pelajaran matematika sedang berlangsung. Membuatnya kesal dan mengantuk. Untungnya ia selalu duduk dibelakang, jadi ia takkan terlihat ketika mengantuk.

Tangan Kirana kini menari-nari di atas buku membuatnya tersenyum indah sesekali. Kafka yang hendak mengambil tipe-x mendadak menatap Kirana. Sebuah nama kini terukir dibalik bukunya Kirana. Kafka tersenyum dan kembali mendengarkan guru. Ia tak tertarik menceramahi Kirana sekarang. Mengingat gadis itu terlihat asik dengan yang ia lakukan.

Beberapa menit kemudian

"Anak-anak kerjakam tugasnya sekarang di buku latihan. Di kumpul sekarang juga ya! . Bapak anggap itu sebagai nilai ulangan. " ucap Pak Setyo.

"Baik Pak," Sahut murid-murid yang lain.

"Astajim, " Kirana menepuk dahinya.lalu kembali melirik ke Kafka. Namun Kafka tetlihat sibuk mengerjakan tugas.

"Kafka gue boleh nyontek gak? " Tanya Kirana memelas.

"Gak, " ucap Kafka tanpa menoleh ke Kirana.

"Dasar pelit! " Kesal Kirana sambil menendang kursi Kafka.

Kafka tak menggubrisnya. Membuat Kirana pasrah untuk mulai mengerjakan tugas. Mata Kirana kini mulai bekerja ekstra. Setiap halaman buku ia balik sedemikian rupa. Membuat Kafka tersenyum senang, Namun tanpa sepengetahuan Kirana. Kirana terus menerus membalik bukunya, sesekali ia menggaruk kepalanya. Padahal tugas yang di beri hanya 10 soal. Itu bukanlah soal yang sulit jika Kirana memperhatikan.

Kirana kesal, sudah dari tadi ia mengerjakan namun ia tak paham. Sementara Kafka hanyalah sibuk melihatinya. Bibir Kirana kini cemberut kesal. Menunjukan dendam yang cepat atau lambat pasti akan dia balas.

"Nyontek ya? " Melas Kirana. "Please! " Kirana kini mengatupkan kedua tangannya. Berharap Kafka memberikannya dengan cuma-cuma. Namun bukan Kafka namanya kalau memberikan sesuatu secara percuma.

"Gak boleh! " ucap Kafka dengan wajah datar.

Kafka pun meraih buku tulis Kirana dan mulai menjelaskan.

"Jadi dimulai dari sini, bilangan ini di kali kan yang ini. Kalau udah dapat di bagi sama yang ini. Baru bisa di jumblahkan. " ucap Kafka sambil menunjuk.

" Gak paham! " ucap jujur Kirana.

" Gini loh." Kafka mulai menunjukan cara mengerjakannya. Sesekali ia menjelaskan dan menjawab pertanyaan Kirana. Saat Kafka menulis sambil kembali menjelaskan mata Kirana menatap mata lembut Kafka. Siapa bilang pria disampingnya ini sangat dingin dan jahat. Dulu jika orang berkata 'Kafka adalah sosok orang yang ingin dan kejam'maka Kirana akan berteriak 'Setuju'. Tapi melihat betapa lembutnya wanita ini hati Kirana terasa bergetar.

"Dah paham? " Tanya Kafka menatap mata Kirana.

"Ha apanya? " Tanya Kirana.

Kafka kini hanya tersenyum kesal dan menggelengkan kepalanya.

* * *

Kirana berjalan keluar kelas, hari ini cukup lama keluar kelas karna ceramah Buk Cahya di kelasnya. Seperti biasa ia akan menemukan Kafka di parkiran. Jadi Kirana memutuskan untuk memotong jalan. Kirana tersenyum saat melihat Kafka kini duduk diatasi motor. Ia mempercepat langkah kakinnya. Namun belum sampai ia disana langkah kakinya berhenti.

Violet naik di motor Kafka dan Arka dengan sigap menjalankan motornya. Diikuti Galang dan Gilang pada motor dibelakangnya. Sementara Bastian dan Bintang masih berdiri di parkiran.

'See You Letter' Bad boy (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang