Selamat membaca 💙_____________
Fahrian menatap langit-langit apartemennya. Semua kenangan dulu saat bersama Lia seolah terputar ulang di kepalanya, layaknya kaset. Kedua bola matanya menutup sekilas sebelum akhirnya ia bangun dari tidur untuk ke kamar mandi.Selepas dari kamar mandi, Fahrian hendak keluar apartemen hanya untuk sekedar mencari angin. Begitu membuka pintu ia mendapati sebuah kotak berwarna cokelat di depan pintu apartemennya.
Kedua tangannya mengambil kotak tersebut, lalu urunglah rencana perginya tadi. Ia sedikit penasaran dengan isi kotak tersebut. Sejak kapan kotak itu ada di depan pintu apartemennya?
Fahrian duduk di kursi yang menghadap balkon kamar. Hari ini sudah pukul lima sore. Jadi, begitu Fahrian duduk di kursi dan membuka kotaknya sinar jingga seolah menyiramnya.
Dalam kesilauan itu Fahrian tersenyum pahit. Ia kira kotak itu isinya apa. Ternyata hanya undangan pernikahan Lia. Hanya tinggal menghitung hari saja. Apakah Fahrian perlu datang ke sana? Rasanya tidak perlu bukan? Memangnya siapa yang mau datang ke acara pernikahan orang yang dulu ia sukai.
Gila! Pikir Fahrian. Itu tidak mungkin.
"Fahri?"
Senyum Fahrian terbit begitu melihat Sami berjalan ke arahnya dan duduk tepat di kursi samping.
Sami melirik sebuah undangan yang dipegang Fahrian. "Jealous?"
Meski kesal Fahrian hanya diam. Ia tak mau kelepasan bicara kasar dan menyentak pada Sami.
"Kejar sana!"
Dengan gemas Fahrian mencubit hidung Sami. "Mana bisa!"
Sami terkekeh pelan. "Eh, sorry."
"Tapi mau datang ke acaranya gak?"
Fahrian menggeleng.
"Datang aja ih," kata Sami geram sambil balas mencubit lengan atas Fahrian.
Fahrian mengacak rambut Sami. "Males ah!"
"Aku temenin yah." Sami berusaha merayu Fahrian agar datang ke acara pernikahan Lia.
"Er ... hah ... iya deh." Meski terpaksa akhirnya Fahrian mau juga datang ke sana.
"Good."
Sekilas Fahrian terlihat lesu. Di dalam lubuk hatinya ia sangat tersiksa. Tapi, melihat tingkah Sami membuat Fahrian tak kuasa menolak. Bagaimanapun Sami adalah orang yang benar-benar sangat rapuh.
"Aku pernah datang ke rumah Lia tahu," cerita Sami.
"Ngapain?" Mata Fahrian seketika membola.
"Jelasin kesalahpahaman antara aku dan Fahri."
Kepala Fahrian seakan berputar layaknya komedi putar. Ia menghela napas, lalu memegang bahu Sami. "Sami, lain kali jangan gitu lagi. Apalagi tanpa seizin aku." Fahrian melepaskan tangannya dari bahu Sami. Lalu berbalik menatap sinar jingga yang menerpa tubuhnya.
"Kenapa?"
"Ada kalanya orang yang sudah benar-benar kecewa tak mau lagi mendengarkan penjelasan apapun dari orang yang menyakitinya. Walau sekalipun itu memang penjelasan yang sebenarnya."
"Aku paham Fahri."
_____________________
Senyuman Lia tak hentinya terbit. Ia menatap dirinya sendiri yang sedang di make up oleh penata rias pengantin. Apa ini saatnya Lia bahagia? Semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry and Thanks 2 [TAMAT]
Ficción General(SEQUEL SORRY AND THANKS) [Disarankan membaca cerita 'Sorry and Thanks' dulu] Luka, air mata, dan sesak menggerogoti hati Amalia. Perasaan cintanya seolah hilang tak berbekas ketika Fahrian datang hanya memberikan luka yang amat menyakitkan. Bagaim...