Selamat membaca 💙_______
Sudah seminggu semenjak Fahrian memutuskan untuk pulang ke Jerman. Sebab masa cutinya sudah habis. Dan ia tak memberitahu Lia sama sekali bahwa ia kembali ke Jerman untuk masuk kerja lagi. Alhasil pagi ini sekitar jam 5 subuh setelah shalat Fahrian mengechat Lia.
Fahrian juga tahu waktu antara Jerman dan Jakarta beda lima jam. Lebih tepatnya Jakarta lebih cepat lima jam dibanding Jerman.
Di apartemen ini Fahrian duduk di kursi yang ada di balkon menatap langit yang masih terlihat agak gelap. Menghirup udara pagi mungkin bisa merilekskan pikiran dan tubuhnya.
Akhir-akhir ini pikiran Fahrian tak tentu, lebih jelasnya ambyar. Ia lelah terus menerus disalahkan oleh Rian. Tentang ia yang terus memilih Sami dibandingkan Lia. Bukannya ia pilih kasih, cuma kalau Rian tahu kondisi dan cerita sebenarnya tentang Sami, pasti dia pun akan melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan sekarang.
Lia melirik ponsel yang belum ada notifikasi apapun. Ah, mungkin saja Lia sedang sibuk kerja. Iyah mungkin saja. Fahrian tak boleh suudzon dulu.
Fahrian mengucek mata beberapa kali begitu sinar matahari tepat menyorot ke arah balkon kamar. Ternyata sudah pagi. Karena menunggu balasan dari Lia ia jadi ketiduran. Ponsel Fahrian bergetar ada chat dari bos.
Tanpa ba bi bu lagi Fahrian bergegas ke kamar mandi. Mandi secepat kilat dan mengenakan jas cepat. Ia hanya makan roti selai coklat sebagai sarapan. Begitu selesai dan hendak menutup pintu apartemen, ada sebuah panggilan masuk dari bos.
Fahrian mengangkat telepon sambil berjalan ke arah parkiran. Masih dengan telepon yang tersambung ia membuka pintu mobil lalu masuk ke dalam.
"Iyah, Pak. Memangnya hari ini, yah?" tanya Fahrian heran.
[Fahrian! saya sudah bilang dari kemarin, besok meeting kantor. Kita bakalan bahas soal client kita dari Indonesia juga]
"Oke, Pak siap. Udah nih, Pak?"
[Yaudah cepet ke kantor. Saya tunggu kamu tiga puluh menit dari sekarang!]
Tanpa menjawab perkataan bos, Fahrian langsung pasang sabuk pengaman, lalu menancap gas dengan kecepatan lumayan tinggi.
Gila aja! Gue harus sampai ke kantor setengah jam.
_______
Setelah melaksanakan shalat dzuhur, Fahrian dan beberapa temen kantor makan siang di salah satu tempat makan. Ia hanya makan dengan khidmat tanpa menanggapi atau ikut obrolan teman-temannya yang ketawa-ketawa gaje.
"Woy! kenapa lo?" tanya Adam seraya menepuk pundak Fahrian.
"Biasalah, si bos pastinya," celetuk Amir yang sibuk minum.
Fahrian hanya mengangguk menyetujui ucapan Amir.
"Yaelah, kenapa? Kesel lo dikibulin sama si bos?" tanya Adam menatap ke arah Fahrian.
"Yah ... lo bayangin dong, gue cuma mandi dan siap-siap sepuluh menit kurang! Gila gak tuh. Eh, ditambah lagi gue ditunggu di kantor tiga puluh menit," ungkap Fahrian kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry and Thanks 2 [TAMAT]
Fiksi Umum(SEQUEL SORRY AND THANKS) [Disarankan membaca cerita 'Sorry and Thanks' dulu] Luka, air mata, dan sesak menggerogoti hati Amalia. Perasaan cintanya seolah hilang tak berbekas ketika Fahrian datang hanya memberikan luka yang amat menyakitkan. Bagaim...