Selamat membaca💙______________
Setelah hari itu Lia dan Ali membahas soal tanggal pernikahan yang dimajukan, keluarga Lia dan keluarga Ali berunding. Dan hasilnya tanggal 25 lah yang menjadi tanggal pernikahan tetap Lia dan Ali. Sekitar dua minggu lagi pernikahannya dengan Ali akan digelar.Minggu pagi ini. Lia menatap seseorang yang baru saja sampai di depan pintu rumah lewat jendela kamarnya yang terletak dekat ruang tamu. Langsung saja ia menutup gorden karena lupa ia belum mengenakan kerudung.
Pintu depan di ketuk.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Lia tolong bukain pintunya ... ini ibu lagi goreng ikan."
"Iya, Bu," sahut Lia. Selepas itu bergegas mengenakan kerudung dan membukakan pintu.
Seketika suasana jadi mendadak canggung setelah Lia membuka pintu. Ali terlihat mengalihkan pandangannya ke dalam rumah. "Ada ibunya?"
Melihat Ali yang tak menatap kearahnya, Lia ikutan menundukkan pandangan. Lalu membuka pintu lebar dan menepi ke sisi kiri.
Setelah menutup pintu, Ali masih terdiam berdiri di dekat sofa ruang tamu.
Lia berjalan mendekat. Kurang lebih jarak dua meter ia menghentikan langkahnya. "Ibu ada di dapur lagi masak, kamu duduk dulu aja. Biar aku panggilin ibu."
Ali mengangguk.
"Eh, Nak Ali. Ada apa? tumben ke sini?" Bu Aisyah langsung memposisikan duduk di sofa yang bersebrangan dengan Ali.
"Lia ... mau kemana? Sini duduk dulu. Ada tamu yang sopan."
Dalam hati Lia mendengus mendengar ucapan ibunya. Lagi pula kalau pun ia ikut duduk memang apa gunanya. Orang yang dicari itu ibunya bukan Lia. Meski begitu, Lia tetap menuruti ucapan sang ibu. Lalu duduk di sampingnya.
"Ini bu, biasa kiriman dari ibu saya." Ali menyimpan sebuah bingkisan di atas meja.
"Iyah, duh ... repot-repot begini."
"Tidak, Bu."
Ali berdiri dari duduknya. "Ibu saya pamit pulang, maaf tidak bisa lama-lama."
Bu Aisyah dam Lia ikut berdiri. "Ke mana? Kok buru-buru sekali?" tanya Bu Aisyah.
"Saya ada pekerjaan kantor, saya lupa bilang, Bu. Kemungkinan seminggu saya tidak mampir ke sini. Ada kerjaan kantor yang mengharuskan saya untuk terbang ke luar negeri." Ali terlihat tak enak.
Bu Aisyah tersenyum. "Ouh, tidak apa-apa. Iya 'kan Lia?"
Lia masih terdiam. Sebelum akhirnya sang ibu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Lia. Akhirnya Lia menjawab, "Iya, kalau boleh tahu terbang ke mana?"
Entah mengapa Lia merasa akan ada sesuatu hal terjadi pada Ali. Perasaan apa ini?
"Ke Jerman."
Deg!
Jantung Lia rasanya berhenti sebentar. Sebelum akhirnya ia kembali bertanya. "Kapan?"
"Besok pagi."
"Kalau begitu, Lia dan ibu saya pamit pulang. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Dada Lia rasanya sedikit sesak. Ia langsung ke kamar dan merebahkan diri di kasur. Kenapa? Kenapa harus ke Jerman? Apa tidak ada negara lain selain itu.
_____
"Ali, kamu sudah siap-siap, Nak?" Bu Ajeng—Ibu Ali membuka pintu kamar anaknya yang sedikit temaram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry and Thanks 2 [TAMAT]
Genel Kurgu(SEQUEL SORRY AND THANKS) [Disarankan membaca cerita 'Sorry and Thanks' dulu] Luka, air mata, dan sesak menggerogoti hati Amalia. Perasaan cintanya seolah hilang tak berbekas ketika Fahrian datang hanya memberikan luka yang amat menyakitkan. Bagaim...