Semilir angin pagi menerpa pepohonan rindang hingga bergoyang, daun-daun basah, embunan yang menjadi saksi jejak hilangnya hujan tadi malam.
Suara merdu terdengar di mana saja, sangat mendu dan sangat terdengar jelas oleh telinga Aryn, Dira dan Maiza. Yang masih terlelap tidur di atas ranjangnya yang mungkin tidak begitu empuk.
Dor dor dor
"ASSALAMUALAIKUM …." seseorang sedari tadi menggedor-gedor pintu asrama Aryn, dengan nyawa yang belum terkumpul penuh Aryn bangkit dari ranjangnya, dan membukakan pintu asramanya.
"Apaan sih, ganggu aja," ucap Aryn yang masih kusut dengan pakaian tidurnya, dan belum menggunakan kerudungnya.
"ASTAGFIRULLAH ARYN!!!" seseorang itu menarik tubuh Aryn ke dalam asrama.
"Paan sih?" tanya Aryn mengucek-ngucek matanya.
"Rambut kamu dosa, heh!"
"Iye, ngapain pagi-pagi kesini?" tanya Aryn kembali duduk ke tempat tidurnya.
"Aku di suruh Ustadzah Laila buat jemput kalian," ucap gadis itu.
"Iye, thank lo pergi aja sana," ucap Aryn sambil menarik selimutnya kembali.
"Cepet Ryn, entar kamu dimarahin sama ustadzah Laila." ucap gadis itu menarik-narik tangan Aryn.
"Cepet sekarang Ryn, Dira sama Maiza juga aku bangunin,"
"Iya, ntar Phia," ucap Aryn, pada gadis dihadapannya. Gadis itu bernama Sophia, yang memang lebih terkenal dengan sebutan Phia.
"Ayo Ryn, nanti kalo ustadzah yang nyusul gimana?" ucap Phia merasa geram.
"LO DENGER GA SIH, YANG GUA OMONGIN?!" teriak Aryn, kedua gadis yang masih terlelap dalam mimpinya tersentak kaget, dan langsung melihat kejadian itu.
"Kamu-kena-pa Ryn?" tanya Phia dengan nada takut.
"GUA BILANG SAMA LO, LO PERGI AJA DARI SINI?! LO NGERTI YANG GW OMONGIN KAN?" teriak Aryn sekali lagi, jari telunjuknya mengarah ke arah pintu, Dira dan Maiza terbangun dan mendekat ke arah Aryn.
"Tenang Ryn, tenang. Napa sih lu," ucap Dira menepuk-nepuk pundak Aryn.
Gadis yang dipanggil dengan sebutan Phia itu langsung pergi keluar, kondisi Aryn semakin tidak stabil.
"Ryn, tenang Ryn …," ucap Maiza sambil menepuk-nepuk pundak Aryn.
"Iya Ryn, sabar," ucap Dira diangguki oleh Maiza.
"KALIAN BERDUA PERGI!!!"
Deg
"Lu kenapa, Ryn?" tanya Maiza yang semakin bingung dengan kondisi Aryn.
"Minum dulu, Ryn." Dira memberikan satu gelas air putih pada Aryn, nihil dengan cepat gelas itu pecah beradu dengan lantai.
Maiza dan Dira sangat takut melihat kondisi Aryn, Dira yang semakin menjauh dari Aryn, dan Maiza yang berusaha tetap menenangkan Aryn.
5 meni berlalu, Aryn semakin sadar dengan kondisinya, iya menarik nafas panjang dan membuangnya begitu saja.
"Gu-gue minta maaf," ucap Aryn lesuh.
Dira yang berada jauh dengan Aryn, sedikit demi sedikit ia memberanikan diri untuk mendekat ke arah Aryn.
"Lo kenapa, Ryn?" tanya Dira dengan nada takut.
•••
Seminggupun berlalu, Aryn berhasil diam di pesantren itu tanpa kehilangan masalah sedikitpun. Seperti halnya sekarang, ia dikejar-kejar oleh tukang kebun yang berada di sebelah pesantren, sudah jelas Aryn mencuri jambu.
Bruak
"Aww," lirih Aryn.
"Eee-maaf," ucap seseorang yang tadi menabrak Aryn.
"Kalo jalan pake mata! Bukan pake dengkul!" cerocos Aryn, menjauh dari seseorang itu.
"Aneh," seseorang itu tersenyum simpul, yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya ketagihan.
•••
Suara musik yang sangat berisik, mampu membuat kedua pasangan pindah keruangan yang redup dan sunyi.
"By, kok kita pindah sih. Padahal disana ka rame," cerocos seorang wanita yang berpakaian minim, sangat minim.
"Berisik disana by, kita disini aja," ucap Pria berpenampilan acak-acakan, dengan memegang 1 botol minuman.
Mereka berdua berada di club malam, mereka termasuk _best couple_ di antara jamet-jamet yang lain, sepertinya mereka pertama kali berada disana.
"Mau ga by?" tanya pria itu.
"Udah by, cukup," tolak wanita itu.
"Ayo sayang, sekali lagi," rayu pria itu, yang mendapat anggukan dari wanita dihadapannya.
Brak
Dobrakan pintu membuat kedua insan terperonjak kaget, keduanya bingung dengan seseorang yang berdiri di ambang pintu itu.
"Bal, ada keributan didepan!" Teriak seorang pria dari ambang pintu.
Pria tadi adalah Ribal, dengan kekasihnya. Ribal memang sudah mempunyai kekasih baru, setelah putus dengan Aryn.
Ribal langsung pergi meninggalkan pria itu dengan kekasihnya, alangkah terkejutnya melihat keributan disana, seorang pria yang sedang ribut itu ayahnya sendiri.
Dengan cepat Ribal menghentikan pertikaian itu, darah yang mengalir diujung mulut ayahnya, dan bekas biru di muka teman clubnya itu.
"Ayah ngapain disini, sih?!" ucap Ribal dengan nada tinggi.
"Ngapain kamu ke club?" tanya Ayahnya Ribal dengan enteng.
"Ayah ngapain ke sini, Hah?!" tanya Ribal dengan nada yang semakin tinggi.
"Kamu berani sama Ayah?!"
"Ayah kayak gini itu sayang sama kamu, Bal!"
"Ayah boong! Ayah itu cuman ngurus harta, harta, dan harta. Harta terus yang Ayah pikirin!" ucap Ribal yang mendapat tamparan keras yang mendarat di pipi mulusnya itu.
"Ribal benci sama Ayah!" satu kata sebelum Ribal pergi dari hadapan semua orang. Kejadian yang sangat memalukan, pertama kali Ribal ke club, dan pertama kali ia mendapatkan hadiah seperti ini.
•••
"MAMAHHH!!!" Teriak Aryn, terbangun dari tidurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/238726202-288-k402261.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir
Spiritualité•A Story By: Imam Ghazali (kelompok 3 genre religi Teras Pena Squad) •genre: Religi •Blurb : Zaskia Aryne. Gadis cantik yang menderita mental illness yang terpaksa masuk ke pesantren di mana ia harus kehilangan kekasihnya. Aryn selalu dikuasai oleh...