•••
Dengan hentakan kaki yang begitu jelas, ia mendorong tubuh mungil gadis itu ke tembok, gadis itu hanya meringis kesakitan.
Plak
Pria itu seperti tak merasakan tamparan dari gadis di hadapannya. Ia tersenyum licik pada gadis itu.
Gadis itu melirik sekilas ke atas nakas, dilihatnya sebuah pisau buah, gadis itu berniat untuk mengambilnya dengan secepat kilat. Namun, kecepatan tangannya lebih gesit pria itu. Di lemparkan pisau buah itu ke sembarang arah.
"Lu mau pisau itu?"
"Main dulu sana gue,"
Ucap pria di hadapannya yang semakin tak masuk akal.
Gadis itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sangat dekat jarak antara dua insan yang sekarang berada dalam sebuah ruangan.
"JAUH DARI GUE!!!" teriak gadis itu dengan nada takut.
"Lu masih cinta kan sama gue?"
"Gue tau kok, lu masih cinta sama gue. Lu tergila-gila sama gue 'kan?"
Plakk
Lagi-lagi dan lagi, gadis itu menampar pipi mulus pria di hadapannya.
"Tampar aja gue, gue ga masalah kok, Ryn,"
"LU NGEJAUH DARI GUE, BAL!!"
Kedua insan itu adalah Aryn dan Ribal, sepasang mantan kekasih yang sangat serasi karena keduanya memiliki paras yang membuat orang lain terpesona melihat keduanya.
"BAL!!!"
"NGEJAUH DARI GUE BAL!!!"
Ribal semakin mendekatkan tubuhnya pada Aryn, Aryn terus saja menghindar, tak lupa Aryn terus saja memukul-mukul Ribal jika berani menyentuh tubuhnya.
"Gue tanya sama lu,"
"Lu masih cinta 'kan sama gue?"
"GUE CINTA SAMA LO!!"
"Nah ... makanya lu turutin kemauan gue!" tegas Ribal membuat Aryn semakin ketakutan dengan Ribal.
Tubuh Aryn gemetar, tubuh mungilnya masih dibaluti pakaian muslim dengan jilbab syar'i yang membuat dirinya terlihat semakin anggun untuk dilihat.
Ribal menarik jilbab Aryn, namun Aryn berhasil menahannya.
"Kenapa gamau dibuka hm?" ucap Ribal dengan tatapan menggoda.
"JANGAN SENTUH GUE!" teriak Aryn.
"Mau lepas sendiri?"
Aryn menangis, membuat Ribal menaikkan alisnya sebelah.
"Kenapa lu nangis?"
"Harusnya lu seneng dong, gue bakal dapetin lu seutuhnya, begitupun sebaliknya,"
"Lu masih sayang kan sama gue?"
Lagi-lagi Ribal menanyakan hal seperti itu. Sudah jelas Aryn masih tergila-gila dengannya, namun caranya saat ini sangatlah buruk, merugikan masa depan Aryn. Aryn memang bad, tapi dia tidak mau melakukan hal seperti itu. Dalam hati kecilnya ia tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa, apalagi sang Mama yang sudah berada di syurga.
Ribal menarik tangan Aryn dan memeluknya dengan cepat.
"Gue sayang sama lo, Ryn. Gue cinta sama lo, makanya gue lakuin seperti ini,"
Ucapan itu membuat Aryn semakin menangis dalam dekapan pelukan Ribal.
"Ta-tapi lu jahat, Bal. Gu-gue gamau lakuin ini,"
"Ga!"
"Lu harus mau!" tegas Ribal melepaskan pelukannya, dan memegang tangan Aryn sangat kuat, Aryn meringis kesakitan. Ia berusaha melepaskan tangannya dari Ribal, namun kekuatan Ribal lebih kuat darinya.
"LEPASIN GUE, BAL!!" teriak Aryn.
"Ga! Lu milik gue seutuhnya!" tegas Ribal.
Aryn menginjak kaki Ribal dengan sekuat tenaga membuat Ribal melepaskan genggaman tangannya. Dengan cepat Aryn berlari, namun Ribal tetaplah Ribal, seorang kapten gengster yang memiliki tenaga berkali-kali lipat dibandingkan Aryn.
Ribal berhasil menarik baju Aryn, lengan kanan baju Aryn sobek akibat tarikan itu.
BRAKK
Pintu ruangan itu terbuka sangat lebar, menampilkan ketiga sosok pria berbadan tegap di ambang pintu itu.
Aryn berniat untuk berlari menjauh dari Ribal, namun Ribal berhasil menariknya terlebih dahulu dan cengkraman tangan Ribal saat ini begitu kuat, membuat Aryn semakin meringis kesakitan.
"Lepasin dia!" ucap salah satu pria di ambang pintu.
"Lepaskan atau saya tembak!" ucap salah satu pria menggunakan seragam berwarna coklat yang terlihat sangat gagah itu mengeluarkan pistol dari sebelah kanan celananya. Dan, mengarahkannya pada Ribal.
Ribal hanya membalas tatapan ketiga pria itu dengan remeh, ia berjalan sedikit ke samping, ia tak melepaskan cengkramannya. Dengan cepat ia mengambil pisau buah yang sempat ia lempar tadi, dan mengarahkannya ke arah leher Aryn.
"Menjauh, atau gadis ini celaka?"
Aryn melotot tak percaya, dengan mudahnya pria yang sangat ia cintai itu membuat dirinya menderita.
Salah satu pria tadi berjalan mendekat ke arah Aryn.
"Lo maju, gua bunuh dia!" ucap Ribal enteng.
"Gi-gibran, gu-gue mohon, lo ngejauh ...," lirih Aryn sambil menangis sesenggukan.
Ketiga pria tadi adalah Gibran dan kedua polisi yang ia bawa.
Gibran sangat khawatir dan cemas dengan kondisi Aryn, dilihatnya dari manik wajahnya yang begitu panik.
"Lepaskan atau kami tembak!" ucap salah satu polisi yang berada di samping Gibran.
"Turunkan pisau itu, kami akan turunkan senjata kami," ucap salah satu polisi.
Ribal tak yakin dengan ucapan polisi itu, namun ia melihat keduanya menaruh pistol itu di bawah. Ia pun mengikutinya menaruh pisau itu di lantai. Dengan cepat polisi itu berlari ke arahnya. Namun, kedua polisi itu kalah cepat dengan Ribal yang mengambil kembali pisau tadi dan menusuknya ke arah perut Aryn.
"ARGHHH!!" Aryn berteriak histeris, merasakan nyeri di perutnya.
Ribal pun melarikan diri melalui jendela ruangan itu yang telah di tendangnya sampai pecah.
Kedua polisi tadi mengejar Ribal, dengan cepat Gibran menahan tubuh Aryn yang hampir terjatuh, ia menarik pisau itu dari perut Aryn. Darah segar itu mengalir dari perut Aryn membasahi balutan muslimnya dengan bercak merah.
"Mama ...,"
Satu kata yang terlontar dari mulut Aryn sebelum ia pingsan tak sadarkan diri.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir
روحانيات•A Story By: Imam Ghazali (kelompok 3 genre religi Teras Pena Squad) •genre: Religi •Blurb : Zaskia Aryne. Gadis cantik yang menderita mental illness yang terpaksa masuk ke pesantren di mana ia harus kehilangan kekasihnya. Aryn selalu dikuasai oleh...