Bab 4: Menabur Mawar

23 6 5
                                    

Mobil mendecit, berputar di tengah keramaian. Asap kecil terlihat dari ban depan bagian kanan. Samar sekali. Dengan cepat dua sedan di belakang menabraknya. Keras sekali, sampai-sampai mobil bercat abu-abu terpental dan jatuh tepat di atas sedan pertama. Sedan kedua berusaha menghindar, tetapi terlambat. Bagian kepalanya sudah lebih dulu menubruk. Suara dentuman terdengar mendebarkan.

Percikan api terlihat. Bensin menetes dari tangki mobil abu-abu yang sudah terbalik. Api menjalar naik, membakar bagian belakang mobil. Dalam sekejap sudah membesar. Dua mobil terbakar hebat. Suara ledakan susul-menyusul terdengar. Jago merah menyambar sedan kedua. Melahapnya habis.

Hingga mobil dipindahkan kotak hitam itu terus merekam. Bukan saja berisi kejadian, tetapi semua pihak dan pengendara turut termuat. Omar tidak salah, itu bukti nyata yang tidak terbantahkan.

Berbeda dengan polantas yang tengah berbangga diri, Kenzie justru menonton dengan perasaan bersalah. Ia menyaksikan bagian terparah dalam kehidupannya, kematian kedua orang tua. Hal paling dihindari oleh seorang anak. Ia tidak tahan, tetapi berpaling darinya sama saja dengan seorang pengecut yang lari dari medan perang. Kenzie menekan luapan perasaan. Ada emosi berapi-api di balik genggaman tangannya.

“Lihat! Persis kataku sebelumnya. Jejak roda dan asap tipis itu menandakan sesuatu. Oke sebentar, kau harus melihat bagian ini dengan teliti.” Omar berseru. Tangannya mengutak-atik laptop. “Nah, ini dia. Perhatikan baik-baik.”

Kenzie menatap layar lekat-lekat. Mengikuti instruksi Omar. Di dalam video, sebelum mobil oleng ada sesuatu yang menembus ban. Teramat cepat hingga sukar ditangkap. Namun, saat itu pula Omar menekan tombol jeda. Benda kecil yang melintas di udara terhenti. Kini, Kenzie menangkap siluetnya.

“Ini ... peluru?”

Kenzie tidak percaya dengan yang dilihatnya. Omar di sebelah mengangguk. Dua kejadian berturut-turut, seorang penembak jitu menjadi pembawa kematian. Pemuda berambut panjang itu semakin geram. Lain kali, ia tidak akan melepas si pembunuh dengan senyuman, melainkan dengan raut kengerian.

Sepanjang sisa malam, Omar menyelesaikan penjelasan. Semangatnya menggebu-gebu. Apalagi, ketika dengan enteng menyebut daftar tersangka. Napasnya memburu seolah si pembunuh benar ada di hadapan. Kenzie tentu sudah biasa dengan perilaku seperti itu. Sampai-sampai tepat pukul tiga lewat lima puluh pagi, Omar tertidur dengan mulut masih mengoceh lemah. Ajaib.
 
Hal penting yang membuat Omar sangat yakin dengan membuat daftar tersangka ialah pepatah, “Setiap pembunuh akan kembali ke tempat kejadian”. Ia memeriksa tiap orang yang mencurigakan. Entah gelagat, barang bawaan, atau pakaian. Hasilnya, ia menulis tiga orang dengan ciri berikut:

Orang pertama; seorang lelaki bertubuh jangkung. Memakai jaket kulit dan celana jin. Keluar dari sebuah gedung, lalu bergabung dengan kerumunan. Yang membuat dugaan Omar bertambah, lelaki tersebut melirik pada mobilnya. Tempat kotak hitam merekam.

Orang kedua; seorang wanita berpakaian glamor dan berkacamata hitam. Keluar dari mobil sport berwarna merah yang diparkir di belakang mobil pemadam. Entah untuk apa, ia mengeluarkan kamera poket dari tas kecil seraya mengikuti kerumunan. Omar bilang itu sangat mencurigakan.

Orang ketiga; lelaki paruh baya berpakaian lusuh. Badannya bungkuk. Keluar dari kelokan di samping sebuah gedung dengan menggendong tas besar lagi tinggi. Ia begitu santai mendekati kerumunan, hingga tak lama pergi dibonceng seseorang. Kali ini Omar menunjuk-nunjuk layar sambil berkata, “Tidak salah lagi. Penjahat selalu berpenampilan busuk agar tak dicurigai. Kira-kira, apa isi tasnya? Senapan? Tengok! Itu model motor yang sering dipakai penjahat!” Itu motor RX-King bersuara bising.

Kenzie adalah penyimak teliti, bukan tidak mungkin lebih mengerti dari Omar sendiri. Akan tetapi, ia tetap mendengarkan selama bukan dalam keadaan mendesak. Penjelasan Omar barusan, tak bisa dimungkiri bagus dan mendalam. Di samping itu, lepas kedatangan penyusup dan Omar, Kenzie tidak lagi mengantuk. Sementara, penghujung malam berhasil menebas kekebalan mata sang polantas, yang mengaku segar dan siap menjemput pagi tanpa tidur.

Jamur Busuk Negara [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang