Bab 15: Tipu Daya Sederhana

18 5 5
                                    


“Aku masih tidak mengerti kenapa kita bisa tertimbun pasir saat tidur?” gumam Omar. Sel lengang. Tiga belas menit lalu Komisaris Zaenal dan yang lain pergi, melangkah dengan sombong sambil menertawakan nasib dua tersangkanya.

“Jangan terlalu dipikirkan. kondisi kita kelelahan, memungkinkan itu semua. Hal-hal aneh sering terjadi tanpa sadar, bukan? Daripada memikirkan itu, aku lebih penasaran ada tidak polisi jujur di negara ini? Apa mereka sesuai dengan pandangan masyarakat, negatif dan tidak responsif?” balas Kenzie, menyelonjorkan kaki.

Omar terbatuk-batuk, merebahkan diri di atas kasur. “Jaga pemikiran kau, Kenzie. Aku seorang polisi. Jujur atau tidak? Kau tahu sendiri bagaimana tindakanku. Dalam sebuah kesatuan, pasti ada fraksi dengan kepentingan berbeda-beda. Polisi korup akan berkumpul dengan polisi korup lainnya, bahkan boleh jadi berkawan dekat dengan para pejabat tinggi yang sama korupnya. Segelintir perwira jujur terpaksa harus mengikuti perintah jika tidak ingin kena demosi. Bintara dan polisi tamtama sudah terlanjur susah mengubah citra. Pandangan masyarakat kepada penegak hukum sering didominasi kekecewaan, padahal beberapa dari kita berhasil berdiri tegak membela kebenaran."

“Polantas sepertiku adalah pusat hujatan masyarakat. Mereka selalu menganggap kami negatif, padahal, keberadaan razia adalah untuk menertibkan lalu lintas. Benar jika mereka berdalih pengguna lalu lintas memiliki kebebasan, tapi saat kecelakaan terjadi dan kemacetan tak bisa dihindari, siapa yang bakal repot-repot mengurusi? Ayolah, kenapa masyarakat selalu berakhir menyalahkan penegak hukum? Oknum tak bertanggung jawab dengan melakukan punglilah yang sudah mencoreng nama baik institusi kepolisian negara ini. Mereka seenak jidat melakukan razia di jalan-jalan tanpa kepentingan sesungguhnya. Oknum berseragam hidup makmur di tengah lembaga. Mereka penjahat kelas teri tidak punya muka!” Suara Omar menegas di akhir kalimat.

“Aku malu sekaligus berang melihat polisi, para penegak hukum, bertindak menuruti emosinya. Kenzie, ketika kericuhan terjadi seperti demo-demo mahasiswa itu, banyak sekali dari kalangan kami yang main hukum sendiri. Tidak, bahkan itu masuk dalam penyiksaan. Astaga, keberadaan kepolisian adalah menertibkan, bukan menghancurkan. Polisi seperti itulah yang sukses mencoreng nama baik institusi! Memperburuk citra yang sudah jelek.” Omar mendengkus. Baginya, itu sungguh mengecewakan.

Lampu sel berkedip-kedip tidak beraturan. Cahaya remang menggantung di langit-langit. Pembicaraan dua pemuda itu tidak mengundang selera penghuni sel lain, mereka tetap diam dalam kesibukan. Omar coba memejamkan mata, tetapi suara bisik-bisik Kenzie masih terdengar. Punggung terlukanya terasa sedikit perih.

“Aku mengerti penjelasan kau, Omar. Tapi tindakan Iptu Maya yang begitu penurut membuatku geram. Kau temannya, bukan? Apa sudah biasa seperti itu?”

“Maya, eh, maksudku Iptu Maya memang seperti itu. Kau tahulah jabatan dalam kepolisian itu amat penting. Sistem perintah disampaikan sesuai hierarki. Iptu Maya mengikuti AKPOL demi masuk perwira. Menjaganya itu utama, tapi mendapat promosi itu bagai prestasi. Aku yakin ia jujur dalam bertindak,” jelas Omar.

Kenzie menghela napas. Akibat terkubur pasir hampir seluruh badannya kotor, tak nyaman jika merebahkan diri. Ia pun memilih tetap bersandar pada dinding.

Apakah hari sudah menjemput malam? Entah. Dalam sel itu semua cahaya tampak sama. Dari keheningannya, kemungkinan besar sudah lewat waktu magrib. Seharian ini, dua pemuda itu bahkan lupa waktu makan. Hampir setiap saat dikejar dan berlari.

Jeruji besi ini tidak mungkin diterobos menggunakan tenaga. Gemboknya saja lapis tiga. Kenzie dan Omar terdiam, memikirkan taktik kabur, sibuk menerka-nerka skenario. Secara imajiner, rencana yang terpikirkan adalah mengelabui penjaga. Namun, mengingat ini adalah kompleks pasukan khusus itu mustahil.

Omar bangkit, lebih mendekat pada sel Kenzie. Berbisik, “Bagaimana rencana konyol kau kabur dari sini? Aku harap tidak menjerumuskan.”

“Kaupercaya padaku, bukan?” Kenzie balik bertanya. “Mikasa mengawasi kita dari luar. Entah sejak kapan, yang pasti hari ini aku melihat keberadaannya dalam dua kejadian. Kemungkinan besar ia akan menyelamatkan kita. Tunggu saja.”

Jamur Busuk Negara [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang