“Baiklah, waktuku menipis. Aku harus segera menemui Parviz dan Ismawan di plaza. Lakukan saja sesuai rencana. Aku akan berusaha mengabari lewat aplikasi aman yang kau ciptakan, Evans. Jangan bertindak gegabah sebelum ada pergerakan pasti. Amati saja Pak Menteri.” Guru Samas mengenakan helm serba gelap yang menutupi seluruh wajah. Mengangguk samar, lantas pergi.Empat sekawan berdiri di ambang pintu, mengantar kepergian Guru Samas. Hari menyambut pagi. Matahari kian meninggalkan garis horizon. Debur ombak mengalun dalam sunyi nestapa kehidupan. Evans menguap lebar, malam yang menegangkan telah terlewati. Namun, ini belum berakhir. Episode pertarungan masih berlanjut. Mengawasi target utama Parviz hari ini begitu penting dilakukan, sebagai bentuk meminimalisasi kekacauan.
Omar merenggangkan tangan, melemaskan kaki. Berjalan masuk kembali. Mungkin istirahat barang satu-dua menit tidak mengapa. Ia duduk di kursi kayu, matanya mulai sayu. Kenzie dan Evans menyusul masuk, duduk di hadapan komputer. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mikasa tidak mengikuti mereka, berbelok menuju dapur. Entah apa yang akan dilakukannya, boleh jadi memasak sarapan.
***
Tengkorak manusia utuh di atas meja itu berpendar oleh cahaya lilin di depannya. Bayangan hitam menyeramkan terwujud pada dinding belakang, tepat di bawah sabit berukuran besar. Bau sulfur begitu tajam, AKP Ferdy menutup hidung. Dengan suasana mendebarkan, ia mencoba berpikir keras. Apa maksud dan tujuan dari ruangan ini?
“Struktur perabot ruangan ini memang mengerikan, amat mirip dengan praktik-praktik sihir. Tulang menyilang, simbol mistar, jangka, dan mata satu yang dipercaya diambil dari dewa mistis kuno Mesir; mata Horus. Pak, aku baru saja mencari tahu semua ini,” Iptu Maya menyodorkan ponselnya, “berbagai artikel berkaitan telah kubaca, hasilnya luar biasa. Dari beberapa referensi, ruangan seperti ini dinamakan bilik perenungan. Tempat di mana anggota Mason merenungkan kefanaan hidupnya. Tengkorak itu, merefleksikan transmutasi akhir manusia melalui pembusukan. Sebuah peringatan bahwa kita akan menanggalkan cangkang fana ini suatu hari nanti. Secara makna, bukankah ini bagus sekali, Pak?”
AKP Ferdy mengerutkan kening. “Maya, aku pernah mendengar sedikit tentang organisasi ini. Apa tadi namanya? Ah, ya, Freemasonry. Banyak sekali teori miring mengenai mereka, mulai ingin mengusai dunia sampai dalang dari berbagai tragedi besar di seluruh belahan bumi. Ini berlebihan. Apakah kau tidak merasa aneh, Maya?”
Dua dokter forensik yang tengah memeriksa ruangan itu sebelum kedatangan AKP Ferdy muncul dari bawah meja. Wajah mereka seakan menggambarkan kepuasan sesaat. “Kami selesai mengecek seluruhnya, Bu. Ada banyak sidik jari di ruangan ini, beberapa berumur sangat tua. Yang jelas, siapa pun yang mendesain ruang bawah tanah ini, pastilah pekerja andal. Selain yang bisa dilihat, sebenarnya dinding di sekeliling kita dipenuhi simbol aneh. Kelembaban ruangan ini pun terjaga dalam suhu stabil.”
Para ahli forensik itu memberesi peralatannya. Dua kotak persegi empat ditaruh di lantai. Iptu Maya menyilangkan tangan, berpikir. Matanya menembus kekosongan. “Kalau begitu, cepat kalian cocokkan semua jenis sidik jari yang ditemukan. Jangan lupa cocokkan juga dengan sidik jari pada mayat dalam koper itu. Aku ingin hasilnya segera.”
Kedua orang itu mengangguk. “Baik, Bu. Secepatnya kami laporkan. Izin pamit.” Mereka segera berlari menaiki anak tangga, pergi meninggalkan ruang bawah tanah. Suara pintu ditutup terdengar keras. Semangat dua petugas forensik itu patut diacungi jempol.
“Maaf, Pak,” Iptu Maya memutar tubuh, menghadap AKP Ferdy, “bagiku semuanya tampak jelas, nyata, dan tak terbantahkan. Membaca riwayat perjalanan organisasi Vrijmetselarij di Hindia Belanda, tidak ragu lagi mereka bisa berada di mana saja, bisa menjadi siapa saja. Mungkin, dulu nama anggotanya terpublikasi. Dibaca banyak orang, diketahui berbagai kalangan. Mereka tak segan pada siapa saja, mengajak para elite pribumi untuk bergabung. Kini, apakah keberadaan mereka sudah nihil? Aku tidak percaya itu. Meski banyak teori konspirasi, hakikatnya literatur menceritakan mereka dengan gamblang. Ini bukti konkret.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamur Busuk Negara [Complete]
AksiSeorang pejabat dinyatakan hilang, Omar sebagai seorang polisi lalu lintas diberi wewenang untuk menyelediki posisi kendaraannya. Hingga pada suatu malam, ia dan seorang temannya, Kenzie, menemukan keberadaan mobil si pejabat. Mereka susah payah mem...