“Kenzie? Astaga, kenapa kau bersama pembunuh itu? Apa yang terjadi? Lengan kau berdarah!” Dalam posisi berbaring, Omar merespons kemunculan Kenzie. Setidaknya, ia bersyukur Kenzie kembali.
“Pelan-pelan, Omar,” jawab Kenzie, seraya menyeringai kesakitan. “Aku akan menjelaskannya. Izinkan kami masuk. Bahuku terkena tembakan. Oh, ya, ia bukan seperti yang kita kira.”
Evans mengangguk. “Masuklah, kawan. Aku mengerti, jangan banyak bicara dulu. Bawa orang aneh itu bersama kau, mari.” Ia membuka jalan.
Kenzie melangkah pelan, satu lengannya masih memegangi bahu. Darah terus menetes dari balik lengan jaket. Mikasa tidak tinggal diam, maju membantu. Senyumnya terbit. “Jangan sungkan, aku merasa bersalah meninggalkan kau di Gedong Setan itu. Aduh, apalagi kondisi kau mengenaskan seperti ini,” gurau wanita itu.
Mereka berdua tertawa renyah. Mikasa kini memakai kaus oblong berlengan panjang, dibalut celana kain semata kaki. Entah pakaian milik siapa. Rambutnya dikucir rapi. Wajah oval bermata sipit itu memancarkan kecantikan natural. Kenzie betah lama-lama memandanginya.
Di belakang, Omar menepuk-nepuk pakaian. Ia menatap lelaki jangkung yang tak jauh darinya. Menebak-nebak siapa ia sebenarnya. Dari balik helm, ia tidak mendapati ciri apa pun. Beruntungnya, lelaki tersebut segera melepas pelindung kepalanya.
Sungguh, Omar tidak menyangka lelaki jangkung ini adalah asisten Kenzie di pelatihan, Guru Samas. Wajahnya terungkap. Tegas dan penuh wibawa. Tentu saja karena usia guru sembilan tahun di atas Omar. Hidung mancungnya benar-benar maskulin.
“Bukankah kau mitra Parviz? Kenapa datang ke mari bersama Kenzie? Astaga, aku benar-benar bingung dengan situasi ini. Akankah kau menjelaskannya dengan mudah, tidak berbelit-belit? Kau bukan anggota Vrijmetselarij?” Kebiasaan Omar mengutarakan semua pertanyaannya. Ia mulai melangkah masuk. Guru Samas mengikuti di belakang.
“Briptu, semua ini memang membingungkan. Untuk permulaan, kuberitahu kau jika aku bukan anggota Vrijmetselarij. Justru keterlibatanku demi keamanan nasional. Hak-hak yang dilanggar harus segera ditebus. Aku melihat harapan dalam perlawanan kalian.” Guru Samas menjawab seadanya. Logat Melayu benar-benar hilang dari aksen bicaranya.
“Begitu. Jangan panggil aku dengan jabatan, cukup nama saja. Kini aku buronan, bukan lagi penegak hukum.”
Guru Samas mendengar saja. Mereka sampai di ruang kerja Evans. Kenzie tampak dibaringkan di atas meja tanpa mengenakan baju. Darah menggenang di sekelilingnya. Mikasa berdiri memegang penjepit bedah dari logam. Kotak P3K terbuka di dekatnya. Dengan ketelitian yang cermat, ia berusaha mengeluarkan butir kecil dari timah yang menancap di bahu Kenzie.
“Wah, kau bermain-main lagi dengan nyawa orang, Mikasa. Mendadak beralih profesi jadi dokter bedah rupanya wanita blasteran kita ini. Hati-hati, aku tahu kau mampu. Lakukan dengan cepat.” Omar setengah tertawa mengatakan itu. Sejak kecil, Mikasa memang tertarik dengan ilmu medis. Sering melakukan pertolongan pertama pada kawan-kawannya apabila terjadi suatu musibah. Secara garis besar, tangan wanita itu cukup terlatih.
Evans menimpali. “Jujur, aku khawatir. Ini tidak main-main. Kalau kau tidak mampu, serahkan saja pada Guru Samas. Ia memiliki pengalaman lebih dibanding kau.”
Guru Samas tidak menanggapi, hanya menyaksikan dari kejauhan. Justru Kenzie yang membuka suara. “Diam kalian berdua! Gurauan itu tidak membantu kondisiku sama sekali. Lakukan apa pun dan diamlah.” Ia mendengkus kesal.
Omar dan Evans terbahak.
***
“Aku seorang agen BIN. Hampir genap satu tahun menyusup pada organisasi rahasia Vrijmetselarij. Kemunculan kembali organisasi ini membuat kami khawatir, karena tidak ada publikasi apa pun tentang itu. Mereka berkumpul dan melakukan kegiatan secara rahasia. Demi keamanan nasional, aku memata-matai seluruh kegiatan. Aku tahu kalian mencoba mencari informasi pribadiku. Ketahuilah, tidak semua yang kalian baca itu benar,” ungkap Guru Samas kepada empat sekawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamur Busuk Negara [Complete]
AcciónSeorang pejabat dinyatakan hilang, Omar sebagai seorang polisi lalu lintas diberi wewenang untuk menyelediki posisi kendaraannya. Hingga pada suatu malam, ia dan seorang temannya, Kenzie, menemukan keberadaan mobil si pejabat. Mereka susah payah mem...