Kosan Bu Sulgi, bangunan tempat tumbuhnya berbagai memori bagi setiap manusia yang tinggal di dalamnya. Mungkinkah perasaan dapat muncul karena mereka terbiasa bersama?
❝ Katanya, cinta datang karena terbiasa. ❞
[ ㅡ 𝐟𝐭. 𝐭𝐱𝐭𝐳𝐲 𝐥𝐨𝐤𝐚𝐥! 𝐚𝐮...
"Dada gue nyesek banget rasanya," ucap Yena disusul isakannya.
Surya yang daritadi mendengarkan cerita sahabat kecilnya hanya bisa memperhatikan. Sejujurnya, ia tak bisa menenangkan perempuan yang menangis. Terakhir kali mencoba menenangkan perempuan yang menangis, yang terjadi malah ia membuat tangisan orang itu makin menjadi.
Saat itu, ia masih berada di tingkat kelas dua SMP. Setelah pulang sekolah, ada seorang siswi dari kelas sebelah yang menyuruhnya datang ke tempat parkir sekolah mereka. Surya pun datang tanpa perasaan curiga.
Ternyata, tujuan siswi itu mengajak Surya bertemu di tempat parkir sekolah adalah untuk menyatakan perasaannya. Surya yang saat itu kebingungan dan merasa canggung menolaknya dengan halus. Alhasil, siswi itu menangis dan merasa malu.
"Maaf, ya. Tapi belum saatnya kita buat terusin perasaan lo ke suatu hubungan. Mungkin pas udah gede, lo bakal nemu yang lebih baik daripada gue. Gue ngerasa bangga lo berani jujur ke gue, jadi jangan malu. Semangat belajarnya, ya! Kita masih temenan dan jangan pernah malu nyapa gue. Makasih banyak udah suka sama gue, gue terima lo sebagai sahabat gue, kok." Kira-kira, itulah kata-kata yang diucapkan Surya untuk menolak siswi itu.
"Nggak nyesel gue suka sama lo, Ya. Lo baik banget. Makasih udah bikin gue nggak malu hari ini." Surya tersenyum kepada siswi itu. "Sama-sama. Ayo pulang, udah mau sore."
"Gue lagi cerita kok kaliannya diem aja, sih," dumel Yena yang masih terisak.
"Abisnya gue nggak tau mau ngomong apa," ucap Surya jujur.
"Gue nyerah aja kali, ya? Terus gue terima perasaannya Jeno?"
"Heh! Masa lo nyerah gitu aja, sih!" kesal Lia yang daritadi turut mendengarkan curhatan Yena. "Yakin lo mau sama si Jeno?"
"Daripada perasaan gue cuma sepihak,"
"Katanya dia bukan tipe lo, gimana, sih?" Lia menggaruk kepalanya frustasi.
"Mending belajar aja, bentar lagi UN, loh! Udah nggak usah mikirin Bang Juna. Jodoh juga nggak akan kemana, Na," ucap Lia.
"Nah, betul, tuh!"
"Huwaa, makasih banyak udah nemenin gue cerita! Walaupun kalian itu sahabat gue yang paling ngeselin, tapi juga yang paling berguna!" Yena langsung memeluk Lia yang ada di sampingnya. "Nggak mau ikutan peluk?"