Kosan Bu Sulgi, bangunan tempat tumbuhnya berbagai memori bagi setiap manusia yang tinggal di dalamnya. Mungkinkah perasaan dapat muncul karena mereka terbiasa bersama?
❝ Katanya, cinta datang karena terbiasa. ❞
[ ㅡ 𝐟𝐭. 𝐭𝐱𝐭𝐳𝐲 𝐥𝐨𝐤𝐚𝐥! 𝐚𝐮...
"Li, ini apa?" Tiba-tiba saja perasaan Yena menjadi tidak enak.
Perlahan tangan Yena meraih amplop putih itu dan membukanya. Rupanya, itu adalah kartu undangan pernikahan dengan tulisan J& S yang cukup besar di bagian depan undangannya.
"Loh, ini undangan siapa? Siapa yang mau nikah?"
Dibukanya undangan itu dengan perasaan yang tidak enak. Ia mengamati surat undangan di tangannya dengan seksama.
Maha Suci Allah SWT yang telah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Ya Allah, perkenankan kami menikahkan putra putri kami :
Shintya Wulandari (Putri kedua Bpk. Prof. Dr. Haryo Prameswo dan Ibu Dr. Sonya Danianti)
dengan
Arjuna Dirganta (Putra ketiga Alm. Bpk. Drs. Tara Ardiansyah dan Almh. Ibu Rina Larasati M. Pd.)
Untuk sunnah Rasul-Mu dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah. Maka dengan ridho-Mu, izinkanlah kami
Yena mengedipkan matanya beberapa kali dan menepis pikiran buruknya sebelum membaca undangan itu sekali lagi.
Arjuna Dirganta (Putra ketiga Alm. Bpk. Drs. Tara Ardiansyah dan Almh. Ibu Rina Larasati M. Pd.)
"Bang Juna ... mau nikah?"
Surya dan Lia saling berpandangan lagi sebelum akhirnya mereka berdua mengangguk bersamaan. "Iya, Na. Bang Juna mau nikah bulan ini."
Bagaikan dihantam badai, hatinya tiba-tiba terasa sesak. Tubuhnya terasa lemah namun tangannya menggenggam undangan itu dengan sangat erat.
"Gue sama Lia awalnya juga nggak tau, Yen. Yang tau cuma Bima sama keluarganya, karena mereka yang ngikut lamaran Bang Juna dua bulan yang lalu." Suara Surya terdengar berat menjelaskan hal tersebut kepada Yena, "lo gapapa, Na?"
Yena menunduk, namun tatapan matanya terlihat kosong menatap undangan putih di tangannya. Satu bulir air mata lolos begitu saja dari matanya tanpa ia sadari.
Lia yang melihat hal itu langsung mengenggam tangan sahabatnya. Yena yang merasakan genggaman tangan Lia langsung menarik perempuan mungul itu ke dalam pelukannya dan melepaskan semua air mata yang sudah ia tahan dua tahun lamanya.