Rasa itu (2)

11 0 3
                                    

Rara begitu mengagumi sosok Dicky.
Entahlah mungkin ini disebut rasa suka itu.
Dicky begitu sopan dan lemah lembut perlakuannya pada Rara.
Mungkin hal yang biasa bagi Dicky berlaku baik pada setiap cewek. Tapi tidak sebaliknya pada Rara, dia merasa terlalu geer akan hal itu.

Rara tak berani untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan pada sosok Dicky.
Ia biarkan mengalir saja, walaupun Dicky hanya menganggapnya sebatas teman,adek kelas. That is it.

Hingga, waktu itu terjadi.

Rara duduk lesehan di depan ruang mading, di sampingnya sudah duduk Dicky sambil menulis di binder Rara.

"Selesai de" Dicky menyerahkan binder pada Rara dengan senyum lebar, dan Rara batu tau kalo cowok itu mempunyai lesung pipi yang tersembunyi di balik kulitnya yang putih.

Rara memperhatikan dan membaca seksama tulisan Dicky.
Tulisan anak mading memang selalu astetik pikir Rara.

Di ruang mading.

"Itu Dicky kayaknya dekat terus sama Rara" Febri terkekeh menatap wajah Dio yang sedari tadi menekuk.

"Hooh, suka kali ,dia" sahut Wulan melirik ke arah Dio yang mulai merasa risih.

"Oh iya,loe kapan mau berangkat nya?" Febri bertanya ke Dio.

"Minggu depan, ini sudah selesai ngurus kepindahan sama sekolah batu gue disana" Dio menjelaskan.

"Dicky barengan sama loe berangkat nya?"

"Iya kayaknya" Dio menjawab sekenanya

Tak berapa lama, masuklah Rara dan Dicky ke ruang mading.

"Nah kebetulan sudah kumpul, gue mau pengumuman resmi nih" ujar Dio beranjak dari kursi dan duduk lesehan di lantai ruangan.

"Tunggu Eka dulu. Dia ada urusan sama paskibra" Dicky berkata.

Dio melirik ke arah Rara, yang sedari tadi hanya menunduk. Entahlah kenapa.

5 menit kemudian, muncul sosok Eka, cewek berambut sebahu yang ngos-ngosan dengan masih memakai baju paskibra.

"Tuh anaknya baru nongol" Febri menggeser duduknya mendekati Rara. Disambut senyuman oleh Rara.

Dicky mendekati Eka. Dan duduk disebelahnya, dengan mengusap rambut Eka yang kena pasir, mungkin pasir saat dilapangan.
Eka tersenyum lebar.

Sementara di sisi lain, nampak Rara cemberut dengan bibir ditekuk.

"Oke, gue mau pamitan sama kalian ya, maafkan kalo selama jadi ketua Mading ngelakuin hal yang ngga berkenan di loe semua. Dan loe semua tau, kalo minggu depan gue berangkat ke luar kota, pindah" Dio berkata dengan mata berkaca-kaca.

Rara cukup kaget, karena hanya dua sendiri yang ngga tau kalo Dio bakalan pindah ke luar kota. Padahal beberapa akhir ini, dia selalu menampakkan muka yang ngga enak sama Dio.

Karena peristiwa tempo lalu yang begitu menyinggungnya.

Ada sedikit rasa penyesalan kenapa sikapnya begitu pada Dio.

"Ya, bukan cuma gue yang pindah. Dicky pun juga. Karena suatu hal,kita berangkat barengan satu kota, tapi beda wilayah" Dio melanjutkan kalimatnya.

Dan Rara pun sangat begitu terkejut. Ada sesuatu di balik matanya yang begitu terasa panas dan akan terluap.
Dia menahannya sedemikian rupa. Hingga tampak sekali cewek itu menahannya dengan berusaha menundukkan kepala. Tapi tetap saja air itu mengalir begitu saja, pelan tapi pasti.

Hal itu menarik perhatian seisi ruangan. Terutama Dio dan Dicky.
Dan yang lain pun juga larut dalam kesedihan yang juga di rasakan Rara.

😭😭😭💔💔💔

"De, loe masih marah ya sama kakak, dari kejadian dulu itu?" Dio memandang Rara yang duduk tak jauh darinya.

"Marah kenapa ka, ngga ada kok. Kejadian apa ya" jawab Rara untuk berusaha tak mau mengingat hal itu lagi.

"Ngga usah bohong deh sama kakak" sungut Dio

Rara diam dalam bisu. Dia berusaha melupakan hal itu, karena dia ingin meninggalkan hal yang berkesan untuk Dio selama ini menjadi kakak kelasnya. Tapi cowok itu malah mengungkitnya lagi.

"Sudah deh ka, ngga usah bahas itu" Rara menarik napas dalam lalu menghembuskan napasnya pelan.

"Asal tau aja de. Kamu itu mirip banget sama cewek kakak di kota X" Dio mulai bercerita.

Rara mendengarkan seksama, walaupun mukanya tak beralih dari memandang ujung roknya.

"Dulu waktu kakak pindah kesini. Kita itu janji ngga akan ke lain satu sama lain. Sampai kakak ketemu Rara"

Suasana seakan hening sesaat.

Rara penasaran mau tau kelanjutan curhatan Dio. Tapi bel masuk kelas berbunyi 3 kali. Itu tandanya semua siswa tanpa pengecualian masuk kelas.

"De, udah masukan. Nanti dilanjut lagi" Dio tersenyumlah manis pada Rara yang beranjak dengan tidak ikhlas.

Rara berlalu ke kelas.
Dio pun menyentuh ujung matanya dengan perasaan campur aduk.

---

Satu Minggu telah berlalu. Hingga saat ini, Dio tak ada mau melanjutkan ceritanya tempo hari dulu.
Rara pun enggan rasanya mau bertanya lebih dalam pada cowok itu.
Tapi cerita yang menggantung dan belum selesai itu membuat batin Rara penasaran.

Sampai hari itu, dimana pengumuman lomba mading, Rara tak ikut serta mendatangi tempat acara lomba. Hanya pengurus inti saja.
Dan Rara menunggu di ruang mading dengan perasaan campur aduk. Deg-degan karena nunggu hasil pengumuman dan juga apakah Dio akan melanjutkan ceritanya.

Selang 5 menit, mereka datang. Dio, Dicky dan Febri membawa piala. Tertulis juara 2.
Rara begitu antusias melihat piala itu, hingga tak sadar kalo Dio memandangnya dengan begitu hangat.

Semua antusias berfoto dengan piala kemenangan itu, meskipun bukan yang pertama, tapi itu sangat memuaskan.

Dio mendekat perlahan ke arah Rara yang masih membelai piala penuh haru.

"Kamu sangat mirip de, sampai-sampai kakak rasanya pengen beralih hati" kata Dio dengan mata berkaca-kaca dan cowok itu menundukkan kepalanya sejenak sebelum dia menatap Rara dengan lembut.

Deg... Rara merasakan debaran jantungnya yang ngga biasa. Bahkan mungkin debaran ini tak terjadi saat dia merasa mengagumi sosok Dicky. Ya sosok Dicky yang dia anggap orang yang dia sukai.

Rara cukup frustasi dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Tak bisa memahami perasaannya sendiri.

Tiba-tiba saja sesuatu yang hangat membasahi pipinya.
Rara tak mau kalo dia dilihat seperti ini. Dengan tergesa-gesa dia beranjak pergi dari situ. Tanpa sepatah katapun. Dengan di tatap penuh keheranan oleh yang lainnya.

Dio menenggelamkan mukanya di antara kedua tekukan kakinya dengan rasa yang bercampur aduk.

💔💔💔

*Terjawab sudah ya😊😊. Perasaan siapa dan ke siapa rasa itu...
Hati paling terdalam mana tau ya kan😊😊.

Masih berlanjut kisah klasiknya dengan berbagai kesan yang membekas.😊😊.

Terimakasih yang sudah part yang lumayan panjang ini ya🤗🤗
Maaf kalo ada yang typo 😆😆..

See next story 🏫🏫🏫

RD281020 1.16 BPP

Putih AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang