TTM

10 0 0
                                    

KELAS X-6

"Anak-anak, tugas geografi hari ini, ibu mau kalian berkelompok mengukur garis lintang bujur suatu bangunan"

Rara masih diam terpaku. Ia masih mengingat kata-kata dari Ana,Ria, dan Lia. Kalau semenjak ia duduk sebangku dengan Rahmat, ia seakan ngga mau ngumpul-ngumpul lagi bareng mereka.

Kenapa Rara sebangku dengan Rahmat, bukannya sebelum ia duduk sama Ana.
Itu karena wali kelasnya prihatin dengan nilai Rahmat yang merosot dan darimana timbul ide beliau untuk Rara mengajari si cowok tengil tapi lumayan cakep lah ya😅.
Dan alhasil, Rara sebangku dengan Rahmat.

Dan itu juga membuat Rara dan 3 sohibnya merenggang jarang ngumpul.
Ana, meskipun jarang ngumpul tapi tetap tak ada niat menjauhinya.
Tapi berbeda dengan Ria dan Lia, mereka berdua cukup terlihat marah dan jengkel dengan Rara.
Jadinya, Rara merasa serba salah.

"Ra, loe ngelamun ya. Ntar sore kita ke kampus nyokap gue, kan kita bisa ngukur tuh karena bangunannya di lantai 3" Rahmat membuyarkan lamunan Rara.

"Ehh... maksudnya?" Rara bingung

"Kita sekelompok kan, sama Lola dan Sela" Rahmat memutuskan.

Rara hanya diam terbengong.
Perlahan ia mengangguk ragu tanda setuju, tapi ada sedikit kejanggalan di hatinya.

"Ra, kita sekelompok yukk, bareng Ria dan Lia" tiba-tiba Ana menghampiri duduk Rara.

"Oh ngga bisa. Rara udah sekelompok sama gue" sahut Rahmat seraya berdiri

"Ngga papa, loe sama Rara masuk kelompok kita" Ana masih tak beranjak dari depan Rara

"Mana bisa coy,gue sekelompok sama Lola dan Sela"

Pudar senyum Ana dari wajahnya. Tak seberapa lama Lia segera menggamit lengan Ana.

"Biar aja Na, kita bertiga aja" kata Lia dengan wajah kecewa dan marah. Tanpa menoleh ke arah Rara, cewek hitam manis itu merengut ke arah Rahmat.

Rahmat hanya ketawa lebar, seakan ia tak mau tahu situasi hati cewek di sebelahnya itu.

Rahmat menoleh tersenyum pada Rara. Rara tersenyum kecut. Badannya merosot pasrah. Dengan suasana hati yang serba salah dan ngga enak.
---
Bel istirahat bunyi.

Rara segera beranjak dari duduknya menghampiri tempat duduk Ria dan Lia yang berada di belakang.

"Hai..." Rara basa-basi.

Ria menoleh dengan senyum paksa. Lia pun tersenyum kecut saat Rara berdiri di depannya.

"Hai Ra.." Lia menyahut mengalihkan pandangannya ke buku di depannya.

Rara merasa canggung.
Sikap Ria dan Lia seperti itu, cukup mengganggu pikirannya.
Padahal dulu mereka cukup akrab dan tanpa canggung bercanda atau sekedar ngobrol ngalor ngidul.
Sekarang sungguh berbeda suasananya.

"Kelompok loe rencananya dimana, ngukur?" Lia memulai obrolan, walaupun di hatinya ia merasa malas untuk mengobrol dengan Rara 😔😔.

"Itu katanya ,di kampus nyokap Rahmat" Rara menjawab dengan terbata.

Ria sedari tadi hanya diam tak berkata mengulum senyumnya dengan terpaksa ke arah Rara.
Rara berpaling ke arah lain dengan sedikit kesal.

"Oh iya Ra..." kalimat Lia terputus saat Rahmat datang menghampiri Rara.

Rara menoleh sesaat ke arah datang Rahmat.

"Loe gue tungguin juga di koperasi, ngga datang-datang" celetuk Rahmat menghitam pelan kening Rara.

"Gue sengaja..." Rara menjawab.

Rahmat cemberut memandang Rara. Dan membelai kepala Rara dengan senyun lebar menampakkan lesung pipinya yang bulat.

Entah kenapa muka Rara berubah pink kemerahan. Tak mau terlihat oleh Rahmat, Rara berpaling ke Lia

"Kenapa tadi Lia?"

"Ngga jadi Ra"

"Tuh kan Lia gitu.." Rara memelas berusaha mencairkan suasana dan mengalihkan perhatiannya dari Rahmat.

"Lupa gue Ra" Lia berpaling ke buku yang di pegangnya.

Rara menoleh ke arah Rahmat.
Rahmat segera menggamit lengan Rara untuk beranjak dari situ.

"Ehh,gue mau di culik kemana..."

Rara ketawa lebar dan sesaat menoleh ke Ria. Ia melihat wajah Ria dengan cemberut dan seolah tak suka saat Rahmat menggamit lengan Rara.

Jleb...

*Bersambung...

RD051120 7.05 BPP

Putih AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang