KOO JUNHOE

2.8K 127 13
                                    

Pagi hari ini tidak secerah kemarin untuk Koo Junhoe, ia berlari terburu-buru mengejar busnya yang hampir melaju meninggalkan dirinya. Satu tarikan nafas lagi dan, HOP! dia berhasil menjejakkan kakinya di bus yang memang memiliki rute ke arah kampusnya.

Mahasiswa tingkat akhir yang hanya tinggal menunggu waktu sidang. Dan hari ini ia ke kampus hanya untuk memenuhi janji temu dengan teman-temannya. Tidak ada yang lain. Bagaimanapun ia merasa hectic dengan berlembar-lembar skripsi, kampus merupakan tempat kedua ternyaman, setelah tempat kerjanya.

"Kerja enggak hari ini?" tanya Yunhyoeng, teman sekampus dan setingkatnya. Bedanya adalah, Yunhyoeng masih harus melewati beberapa revisi.

"Kerja, lagi giliran shift siang, makanya enggak bisa lama sama lo, sama anak-anak juga, enggak apa-apa ya?" Yunhyoeng mengangguk menanggapi, karena memang tentu saja pekerjaan tetap hal yang nomor satu untuk June, mengingat dari situlah ia bisa membiayai sekolahnya sampai bangku kuliah, bahkan hampir selesai seperti sekarang.

Beberapa jam berlalu, dan akhirnya tiba pada waktu June harus berangkat memenuhi jadwal kerjanya. Ia bekerja di sebuah toko retail yang menyediakan peralatan rumah tangga. Dengan system shift yang sebenarnya memang cocok untuk dirinya yang bekerja sambil kuliah seperti sekarang.

"Jun, nanti sebelum masuk floor kamu diminta ngadep boss dulu." kata teman setokonya, Jinhwan.

Kening June berkerut, "tumben, ada apaan, kak?" tanyanya.

"Suka bolos kali, kamu." jawab Jinhwan acuh tak acuh.

"Weh sembarangan, ayo coba cek absenku! Masih sering telat kakak dari pada aku!" kata June tidak terima, hanya disambut kekehan kecil dari Jinhwan.

Akhirnya mau tak mau diikuti juga instruksi Jinhwan menemui boss mereka di ruangannya.

Dengan seragam lengkap yang merupakan kemeja bergaris, celana jeans hitam, sepatu kets berwarna putih dan apron coklat tua, June mengetuk ruangan boss nya.

"Selamat siang, pak."

Bapak Hanbin selaku Store Leader di toko ini mendongakkan kepalanya ke arah June dan memintanya masuk.

Hanbin lalu membuka suara terlebih dahulu perihal June yang dipanggil ke ruangannya, "Jun, saya bentar lagi bakalan dimutasi ke retail yang lain, maka dari itu saya pengen kamu gantiin beberapa tugas kepala toko sebelum akhirnya ada yang gantiin saya, ya."

June menganggukkan kepalanya, tidak masalah, dia pikir, sekalian belajar mana tau ia mendapat kesempatan untuk naik jabatan, toh sebentar lagi dia lulus, jadi anggap saja ini sebagai batu loncatan sekaligus rezekinya untuk lebih siap jikalau memang ada kesempatan.

"Dan, satu lagi, tapi sebentar orangnya masih ke toilet, nanti aku kenalin ke kamu. Orang ini yang akan menggantikan Head of Sales yang lama, doanya sih, semoga setelah dipegang beliau retail kita akan growth dan capai omset, bahkan mungkin lebih dari bulan-bulan sebelumnya." kalimat Hanbin terpotong ketika seseorang memasuki ruangannya.

"Ah ini dia. Jun, perkenalkan, ini Kim Jiwon, kamu bisa panggil dia pak Bobby, beliau yang akan menjadi Head of Sales disini." kalimat Hanbin berikutnya sudah tidak terdengar lagi karena sosok yang dihadapan June sekarang.

Tidak terlalu tampan, namun auranya itu. Aura yang sangat mendominasi. Entahlah, tapi leher June seketika kering dan agak susah menelan.

Bobby, sosok yang ditatap dari tadi oleh June pun seperti tidak ingin melewatkan barang sedetikpun untuk memandangi seorang remaja (?) dibilang remaja juga bukan, mengingat sosok June yang malah lebih tinggi darinya. Namun wajahnya yang sedikit menggemaskan itu seperti menutupi tubuhnya yang memang agak bongsor.

"Hai, saya Bobby. Siapa tadi? June?"

"Koo Junhoe, panggil saja June, pak." jawab June dengan suara sedikit tergagap.

Kenapa sih aku?

"Mulai hari ini saya akan serah terima sama pak Bobby ya, Jun. Sementara ini kalau beliau memerlukan sesuatu pasti akan aku arahkan untuk contact kamu." Hanbin lalu mengambil ponselnya, dan mengetik sebentar disana.

Tring!

Tring!

June dan Bobby menyadari ponsel mereka berbunyi lalu langsung membuka isinya.

"Biar lebih gampang untuk komunikasi, saya kasih nomor ponsel kalian masing-masing. Saya enggak pernah rombak toko ini habis-habisan, ini yang pertama kali. Semoga team dengan formasi baru bisa lebih solid dari yang sebelumnya." Hanbin menyodorkan tangannya ke hadapan Bobby, dan disambut dengan jabatan kuat menandakan dia akan berusaha keras untuk toko ini.

"Hmmm, maaf memotong, pak Hanbin. Tapi apakah sudah selesai? Saya mau clossingan shift pagi agar mereka bisa istirahat."

Hanbin tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "silahkan, Jun. Terima kasih sekali lagi."

June lalu bersiap keluar, namun sebelum itu ia menganggukkan kepalanya sopan, dan tak lupa untuk mencuri pandang sekali lagi ke arah atasannya yang baru.

Kim Jiwon... Bobby...

Kepalanya penuh sekali dengan wajah pria yang baru dikenalnya tadi. Meraba sedikit dada kirinya, dirasakannya berdebar, tanpa dia tau kenapa.

Sedangkan Bobby masih mengawasi tubuh June sebelum akhirnya sosok itu hilang dari pandangannya.

"Jangan memandangi nya seperti itu, Bob."

Kalimat Hanbin membuatnya sedikit terhenyak, kepalanya ia tolehkan ke sumber suara, "itu karyawan yang lo bilang teladan?"

Hanbin mengiyakan dengan gestur kepalanya, "mahasiswa tingkat akhir. Ia sudah bekerja disini kurang lebih tiga setengah tahun. Hampir tidak pernah bolos kecuali terakhir sekitar dua bulan lalu itu pun karena typhus, dia pingsan disini setelah mengalami demam yang cukup tinggi." kalimatnya tadi menyiratkan kebanggaan bahwa ternyata ia bisa juga menciptakan karyawan penuh loyalitas seperti June.

"Berdedikasi tinggi sekali ya?"

"Dia hampir selalu pulang overtime, padahal gue enggak pernah minta. Alasannya karena di rumah enggak ada siapa-siapa." sambung Hanbin lagi.

"Maksudnya?"

"Tinggal sendiri."

"Keluarganya di luar kota?"

Hanbin menggeleng, "enggak, tapi memang dia hidup sendiri. Enggak ada orang tua, enggak ada saudara."

Bobby terdiam, lalu menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

"Lo tertarik?"

"Tertarik?" Bobby memandangi sahabatnya yang ia kenal dekat semenjak menjadi budak korporasi di perusahaan tempat mereka bernaung selama kurang lebih lima tahun ini. "Maksudnya?"

"Lo tertarik sama June?"

Ia hanya mengedikkan bahunya sedikit. Karena memang jujur dia belum tahu. Namun tidak perlu dipungkiri olehnya bahwa wajah manis seperti bayi tadi sepertinya akan mampu membuatnya betah untuk hanya sekedar memandanginya seharian.

***

Koo Junhoe25 tahunLaki-laki hangat dan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Koo Junhoe
25 tahun
Laki-laki hangat dan lembut.
Penuh perhatian dan bisa membuat orang jatuh cinta kepadanya dengan sangat mudah.

FILL ME  - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang