Mina memberikan helm kepada pemiliknya, setelah mereka sampai di depan rumah besar bergaya modern. Beda sekali dengan rumah Chaeyoung.
Mina memandang sepatunya saat Chaeyoung sedang menggantungkan helm yang tadi di pakai olehnya.
"Jangan lupa kasih bintangnya mbak" ucap Chaeyoung membuat Mina terkekeh. Bisa juga pria kaku itu bercanda.
Hembusan angin di bulan November terasa menusuk hingga ketulang. Mina memang masih mengenakan jaket Chaeyoung, namun tubuhnya bergetar saat merasakan angin dingin menerpa tubuhnya.
"Yaudah, kamu masuk" titah Chaeyoung dengan senyuman manis di bagikan pada gadis tersebut.
Mina bergantian melihat jaket dan wajah Chaeyoung.
"Pake aja dulu" ujar Chaeyoung yang mengerti dengan tatapan itu. Mina mengangguk dengan tubuh yang mulai menggigil.
"Masuk, udah menggigil gitu" Chaeyoung tertawa kecil, gadis yang berada di hadapannya ini tak kunjung masuk ke kediamannya.
Kini Mina yang diam seribu bahasa, tidak seperti saat mereka berada di rumah Chaeyoung. Lambaian tangan kecil di berikan sebelum Mina melangkah pergi.
"Mina" nafas Mina seolah berhenti saat Chaeyoung menyerukan namanya. Dengan cepat Mina menoleh. Mina menatap bingung saat melihat si pria yang sedang merogoh saku celananya.
"Boleh minta wa atau nomor hp biar kita bisa berkomunikasi. " kalimat Chaeyoung seperti mengirim ribuan kupu-kupu ke perut Mina. Wajah gadis itu kini bersemu, langkah kaki kecil mulai di gerakan mendekati pria yang sedang menyodorkan ponselnya.
Sejenak Mina terdiam, rasanya ia ingin menggoda Chaeyoung.
"Instagram atau twitter boleh? Kita dm an aja" Walaupun ia tahu jawabannya, sebab sebelumnya Mina memang sudah mencari akun bernama Chaeyoung dan benar saja kata Nayeon, ia bukan pengguna jejaring sosial.
"Aku engga pake gituan" Tangan Chaeyoung gemetaran , Mina tersenyum melihat itu tapi iapun merasakan hal yang sama. Tangannya yang lentik mengetikan beberapa digit angka di ponsel Chaeyoung tentunya dengan tangan bergetar membuat Chaeyoung tersenyum simpul.
"Yaudah, aku masuk dulu ya" kini Mina mulai pamit setelah mengembalikan ponsel kepada pemiliknya.
Sebenernya ia ingin berlama-lama tapi sepertinya hawa dingin tidak mengijinkan ia berdiri lebih lama di depan rumah.
Mina berlari kecil di antar senyuman Chaeyoung.
Pria itu mulai men-starter vespa maticnya lalu pergi menancap gas dan meninggalkan Mina yang sedang tersenyum dan menyenderkan tubuhnya di balik pintu.
"Kemana aja Neng? Jam segini baru pulang?" Tanya ayah Mina yang sedang duduk di sofa besar, bersama sang istri
"Kepo wleee" balas Mina mendekati kedua orangtuanya.
"Jangan malem-malem ah kalo pulang, mamah khawatir" Mina lalu memeluk ibunya. Hati Mina sedang berbunga-bunga dan ibunya harus tahu itu.
"Abis ngdate ini! Bohong ya? Katanya main ke rumah temen" goda ayahnya
"Ih masa bohong! Dosa tau?! Lagian kan tadi yang nelpon papah itu Pak Jinyoung" ayah Mina tersenyum nakal.
Ia percaya pada anaknya, sebab guru TU yang juga kerabat ayahnya itu menelpon tadi. Namun ia hanya suka menggoda anak gadisnya.
"Pah, tau Bambam Adiyaksa ga? Mahasiswa ITB tahun 98, temen Pak Jinyoung" pertanyaan Mina jelas membuat ayahnya tertawa.
Sejenak Mina terdiam, mana mungkin ayahnya tahu mahasiswa pada tahun 98. Ayahnya kuliah dan bekerja di Amerika, mereka pindahpun setelah Mina lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maverick
Fanfiction(COMPLETED) Inspired by Ada Apa Dengan Cinta. "When you know why you like someone, it's a crush. When you have no reason or explanation, it's love." Ketika kau mencintai seseorang, tidak akan ada kata yang bisa menjabarkan tentang apa yang kau rasak...