Terlihat seorang pemuda tampan sedang mem-bully seorang gadis cantik di koridor sekolah yang berada di dekat toilet.
"Dasar lu cewe aneh," ketus pemuda itu.
"Terus menurut lo? Lo gak aneh gitu?" sahut gadis itu tak mau kalah.
"Lu tukang tidur di kelas!"
"Lu tukang berak di sekolah!"
"Itu kan panggilan alam, Alex!"
"Tapi tetep, lu tukang berak, Arvid!"
Pemuda itu bernama Arvid gustavo dan gadis itu bernama Alexandra Magdalene yang sering di panggil Alex.
Keduanya saling mendorong sampai terpeleset dan terjatuh dengan posisi saling bertumpuk.
Alex terjatuh tepat di atas Arvid. Wajah mereka pun saling berdekatan, hampir saja bibir keduanya bertemu.
Sejenak keduanya saling menatap.
"Woy! Ngapain lu berdua disini?" tegur Akse, teman kelas keduanya.
Serentak keduanya pun langsung berdiri.
"Lu sih, rese!" bentak Alex.
"Lu yang rese!" sahut Arvid tak mau kalah.
"Udah-udah, pada berisik beut." Akse melerai percekcokan keduanya.
"Emang kampret tuh, si Arvid," ucap Alex sambil duduk di bangkunya dengan kesal.
"Ngapa lagi si lu, Lex?" tanya Dara teman sebangkunya.
"Pasti lu ribut ama si Arvid?" tebak Aira, teman sekelasnya juga.
"Emang yang suka bikin masalah sama gue siapa, selain dia?" beo Alex.
Jam pelajaran pun kembali dimulai. Guru memberi tugas pada murid setelah guru selesai memberi materi. Guru itu pergi dan meniggalkan tugas untuk mereka dan harus dikumpulkan sebelum istirahat kedua dimulai.
Semua murid kesulitan mengerjakan tugas itu, termasuk Arvid. Di kelas itu hanya Alexlah yang senang dengan bahasa inggris dan paling pandai. Para siswi saling mengintip jawaban dari Alex dan para siswa juga mengintai jawabannya.
"Sini buku lo," ucap Arvid sambil merampas buku Alex yang sedang ditulis olehnya.
"Iiiih, lu tuh emang ngeselin ya!" bentak Alex dengan wajah sangat kesal.
"Gue nyontek," lirih Arvid sambil menulis di bukunya.
"Pea lu, nyontek bilang-bilang," timpal Dara.
"Gue gak sudi." Alex merampas bukunya kembali.
"Pelit amat lu, Lex," pekik Arvid manyun.
"Pake otak lu, Kampret," cerca Alex sambil mengetuk-ngetuk kepala Arvid dengan pulpennya.
"Argh, sakit bego," rengek Arvid sambil memegang kepalanya.
"Lu boleh nyontek, tapi ada syaratnya," usul Alex dengan wajah jailnya.
"Apa?"
"Lu harus gendong gue sambil ngelilingin sekolah,"
"Ah, ogah gue!" tolaknya dengat suara keras.
"Yaudah, lo yang butuh bukan gue." Alex kembali duduk.
"Okay-okay, naik lu!" titah Arvid sambil menurunkan badannya.
Alex naik ke punggungnya, lalu Arvid mulai berjalan mengelilingi sekolah.
Setelah selesai mengelilingi sekolah. Keduanya kembali masuk ke kelas.
"Dah, mana buku lo?" tagih Arvid, sambil menurunkan Alex dengan napas yang ngos-ngosan.
Alex memberikan bukunya.
Ring ring ring!
Bel tanda istirahat berbunyi, menghentikan Arvid yang baru saja akan menulis.
"AAAAAAAAAH!" teriaknya sambil memegang kepalanya.
"Hahaha! Rasain lo," ejek Alex seraya mengambil bukunya dari tangan Arvid.
"Woy, Ede kumpulin tugasnya sekarang!" teriak Alex pada Ede, sang ketua kelas.
"Woy! Entar dulu dong, gue belum ngerjain satu soal pun," pekik Arvid seraya menatap teman kelasnya yang sedang ribut mengumpulkan bukunya.
"Itu sih derita lo, ha ha ha," ejek Alex, lalu ketawa di depan wajah Arvid yang tampan.
Ede pun mengumpulkan buku mereka. Selesai atau tidak, tetap harus dikumpulkan dan diberikan kepada guru tersebut.
Peraturan di sekolah ini pun sangat ketat. Mengingat sekolah ini ternama dan dipandang baik oleh manyarakat setempat.
"Lu ngerjain gue ya?" tanya Arvid dengan penuh emosi.
"Apaan sih lu," decit Alex sambil memundurkan badannya.
"Gara-gara lo, gue jadi gak ngerjain tugas!"
"BODO AMAT!" teriak Alex sambil berlari keluar.
"Aduh gimana dong gue?" tanya Arvid pada Ede.
"Gue gak bisa apa-apa," sahut Ede tanang.
"Udah gak usah dipikirin, mending makan, yuk!" ajak Akse menenangkan Arvid.
"Sialan tuh cewe," gumam Arvid sambil berjalan bersama Akse.
Ternyata Alex juga pergi ke kantin.
Arvid langsung berlari mengejar Alex dan menyandung kakinya.
"Ah!" Alex jatuh tersungkur.
"Goblok lu!" bentak Dara sambil menatap wajah Arvid, lalu membantu Alex berdiri.
Kali ini Alex tidak menggubris. Dia merasa bersalah karena membiarkan Arvid melewati tugasnya. Karena ia tahu, bahwa ketika seorang murid tidak mengerjakan tugas, maka ia akan dihukum.
Benar saja. Ketika Arvid hendak makan, guru memanggil Arvid ke ruangannya. Guru menghukum Arvid untuk berdiri horman di depan bendera depan sekolah.
Arvid pun menerima hukuman itu dengan rasa laparnya.
Terlihat dari jauh, Alex memperhatikan Arvid dengan rasa iba. Dia tahu bahwa Arvid belum makan sejak pagi. wajah Arvid terlihat pucat, dengan pipi tirus dan bibir tipisnya yang warna pink-nya memudar.
Alex menghampiri Arvid dengan semangkok makanan yang dia bawa.
"Nih!" Alex menyuapi Arvid yang tengah hormat pada bendera dan memegang sebuah senjata. Karena itu hukumannya.
Sejenak Arvid memandang Alex. Karena dia lapar, dia pun menerima suapan itu.
Alex menyuapinya sampai makanan itu habis, lalu Alex memberikan minum.
Kenapa tidak Arvid saja yang menyuapi dirinya? Arvid tidak boleh melepaskan hormatnya ataupun senjatanya.
Pelajaran kembali dimulai. Masa hukuman Arvid pun selesai. Mereka belajar kembali.
***
Gas, gas, vote dung. Masa baca aja.
Aku sedih loh, kalo gak di vote, hiiii.
Mataku sakit tau, liat layar hp terus.
Makanya kasih aku kebahagiaan kecil, dengan kasih bintang.
Makasih yang udah kasih bintang,
Luv luv luv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (✔)
Teen FictionSiswa kece di sekolah ternama ini, bernama Arvid. Dia memang tampan dan gagah. makanya, selalu bersikap seenaknya, kepada siapapun yang ingin ia jailli. Siswi yang suka bergaul dengan siapapun, menjadi bahan jailan dia. Siswi ini bernama Alexandra...