24. Peluk Papa Aja.

210 15 0
                                    




Keesokan harinya, terlihat semua murid tengah sibuk menyiapkan acara perpisahan sekolah.

Terlihat Alex duduk di kelas bersama Clara dan Dara.

"Dar, lo kuliah di mana?"

"Gue di sini aja, kalo lo?" Dara bertanya kembali pada Alex.

"Emmh, gue bingung?" Alex tersenyum, menyembunyikan kekhawatirannya.

"Dam, lo kuliah di mana?" tanya Dara, yang kini sudah menerima Clara.

"Gue kuliah di sini kok," Jawabnya dengan senyum.

Di sisi lain, terlihat Arvid sangat bahagia karena, ia telah mendapatkan gadis yang benar-benar ia sayangi.

"Lo berdua mau makan apa? Hari ini gue bayarin," Ucap Arvid senang.

"Wedededeh, tumben lo. Ada apa?" goda Raka.

"Gak ada," sahutnya datarnya.

"Alaah, bohong lo," desak Akse.

"Seriusan. Eh, bye the way, kalian mau kuliah di mana?"

"Gue di Bandung," jawab Akse.

"Kalo lo?" tanya Arvid pada Raka.

"Kayanya gue di sini aja deh. Cewe-cewenya cantik," Jawab Raka, sambil menaikan kedua alisnya.

"Kampret lo," semprot Arvid.

Ring ring ring.

Bell berbunyi terus menerus.

"Ada apaan sih?"

"Berisik banget!"

"Mau ngapain lagi sih, tuh guru!"

"Kayanya mau ditampol nih guru."

"Sialan, kuping gue pengang."

Begitulah kira-kira, ucapan yang keluar dari semua murid.

"Semua berkumpul di aula sekolah." Sang guru memberikan pengumuman.

Mereka semua memenuhi aula sekolah. Setelah semuanya berkumpul, mulailah guru memberikan pengumuman.

Akhir dari pengumuman itu adalah, "bulan depan kita akan mengadakan pesta perpisahan sekolah. Kalian harus nemapilkan bakat masing-masing."

Dan,

Bubar.

Mereka kembali ke kelas, guna membahas tentang hal apa yang akan mereka pertontonkan.

"Jadi, kalian maunya apa?" tanya Ede.

Ede memperingkati ketua kelas 3 tahun berturut-turut, karena tidak ada yang mau menggantikan posisinya.

"Terserah lo deh," balas Arvid.

"Loh, kok terserah gue? Kalian mikir dong."

Hening beberapa menit.

"Woy! Diem-diem bae! Ngopi apa ngopi!" teriak Akse, memecah keheningan.

"Anjir lo!"

"Kaget, Nyet."

"Kampret!"

"Hahahah"

"Kunyuk, lo emang," cerca Arvid, sambil menoyor kepalanya, dan Akse hanya ngengeh.

"Ngapa jadi bercanda sih? Gak ada yang perduli apa, sama perpisahan ini?" tanya Aira.

"Aku sih, yes. Gak tau, Man Anang?" cocot Raka, menirukan adegan yang ada di TV.

"Serius, Bambang," kesal Ede.

Benci Dan Cinta (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang