4. Berdarah

416 32 0
                                    


Selang beberapa menit Alex terbangun dari pingsannya.

Alex langsung berdiri dan menonjok Arvid. Dia menendangnya sampai terjatuh dan kembali menonjoknya, berkali-kali tanpa ampun.

Tenaga Alex sangat kuat juga, sampai Arvid terkapar di lantai. Teman yang lain berusaha melerainya kembali.

Alex menendang Arvid yang sudah tergeletak di lantai. Dia menendang perutnya sampai memuncratkan darah dari mulutnya.

Tanpa ampun, Alex tetap menendangnya, bahkan Alex memukulnya dengan kursi yang ada di dekatnya, untuk serangan terakhir.

Arvid pun pingsan bersamaan dengan Alex. Dia kembali pingsan karena kelelahan.

Keduanya dibawa ke UKS. Terlihat keduanya sangat berantakan. Apalagi Arvid, banyak darah yang keluar dari badannya.

Keduanya diintrogasi oleh guru saat keduanya telah sadar.  Setelah proses introgasi usai, keduanya diizinkan pulang lebih awal dan tugas bahasa inggris  boleh dikerjakan dirumah.

Keesokan harinya Alex datang ke sekolah. Dia terlihat baik-baik saja. Namun tidak dengan Arvid yang dirawat di rumahnya oleh dokter spesialis keluarganya.

Si sudut sekolah.

Terlihat Alex sedang meletakkan kepala sampai dadanya dan menyanggahnya dengan lengannya, alias tidur.

"Woy!" Darissa tiba-tiba datang dan menggebrak meja Alex.

Serentak Alex pun kaget dan terbangun dari tidurnya, lalu duduk biasa.

"Kunyuk, kaget gua," lirih Alex.

"Lu tuh jahat banget jadi cewe. Salah pacar gue apa, sampe lo bikin pacar gue babak belur?" tanya Darissa sambil meneteskan air mata.

"Ya, sorry, gue becanda," jawabnya datar.

"Bercanda? Lo pikir dengan keluarnya darah dari pacar gue, itu bercanda? Sinting lo!"

Alex hanya diam sambil memperodi ucapan Darissa yang manja.

"Udah ah, laper gua." Alex berdiri dan pergi meninggalkan Darissa yang berada di depannya.

Samapi di kantin, teman sekelasnya pada takut melihat Alex dan menjauhinya.

"Ngapa lu?" tanya Alex kepada mereka yang hendak akan duduk di bangku lain.

Alex duduk sambil makan dan mengangkat kakinya ke atas kursi.

"E-enggak," sahut salah satu.

"Duduk sini, temenin gua makan," titah Alex pada mereka dan mereka menurutinya, lalu mereka makan di meja yang sama.

"Gua gak suka ditakutin sama kalian, emangnya gua setan?" ujar Alex pada mereka.

"Al, gimana kita gak ngeri deket lo, setiap lo sama Arvid, pasti becandanya beneran, gua takut main sama lo, pas becandanya kaya gitu," ungkap Ede.

"Oh, tapi kalo kalian jauhin gue, gua bakalan lebih ganas," timpal Alex, menunjukan smirk-nya.

"Terus mau lo apa sih?" tanya siswa di sampingnya.

"Gue mau kalian jadi temen gue." Alex berdiri lalu berbalik badan, merogoh saku bajunya dan mengambil selembar uang merah, lalu melemparkan uang itu ke belakang, yakni ke mereka.

"Bayarin makanan gue, sisanya ambil aja."

Mereka senang karena dibayarin dan takut juga temenan sama orang sadis nan kocak kaya Alex.

Alex kembali ke kelas. Tak lama datang guru. Pelajaran pun dimulai.

Pulang sekolah Alex pergi ke rumah Arvid bersama sahabatnya, yakni Dara.

Benci Dan Cinta (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang