Pagi yang cerah mengawali kehidupan yang penuh semangat.
Di perlihatkan seorang gadis cantik yang senang mencari perhatian dan selalu mencari-cari celah dalam menggapai cinta Arvid. Dia bernama Dracella Kember.
Dracella selalu diantar oleh supirnya.
Terlihat Dracella turun dari mobilnya dengan elegan bak fashen show. Sifatnya yang sombong dan sok cantik, membuat Arvid tak suka padanya.
Kelas Dracella berada di samping kelas Arvid. Setiap jam istirahat tiba, Dracella selalu datang dan menggodanya.
Dracella memiliki dua orang sahabat bernama Alma dan Anna.
Ketika Dracella sedang duduk di depan kelasnya. Lewatlah Alex di depannya.
"Ada cewe aneh nih," ketus Dracella dengan matanya yang melirik ke arah Alex.
Alex tak menggubris. Dia tetap melanjutkan langkahnya.
"Dih sombong amat," cerca Anna.
"Kita jailin aja kuy," saran Alma.
"Gak usah, kan dia suka dijailin ama si Arvid," ujar Dracella.
"Bener juga ya, ha hah!"
Mereka masuk kelas dan pelajaran dimulai.
Hari ini di sekolah sedang mengadakan praktek memasak. Murid dibagi menjadi 4 kelompok, 2 putra dan 2 putri.
Praktek memasak dilakukan di kelas mereka. Terlihat semuanya saling mengerjakan tugas masing-masing.
Ketika Alex sedang menggoreng sayuran, datanglah Arvid.
"Emh! Kayanya kurang garem nih," kata Arvid sambil menaburkan garam ke sayuran Alex.
"Kampret lu! Makanan gue jadi asin, Bangsat!" bentak Alex sambil memukul kepala Arvid dengan sodet.
"Ah sakit, Oneng!"
"Terus sayur gue gimana?" Alex berdiri lemas karena sayurnya kini menjadi asin.
"Astagfirullah, Arvid. Kamu itu berdosa banget," tegur Dara, dengan alis yang bertemu.
"Masak lageeeeee!" teriak Arvid sambil berlari.
Tak lama Arvid pergi, datanglah pacarnya bernama Darissa yang beda kelas. Dia hendak akan menghancurkan kelompok Alex juga.
"Woy! Sama tololnya lo ya, kaya pacar lo!" teriak Aira teman sekelompok Alex, yang melihat Darissa menaruh sesuatu di makanan kelompoknya.
Alex menghampiri Darissa. Tak sadar bahwa Alex sedang memegang pisau, ia menodongkan pisau itu bermaksud menakutinya.
"Lu sekali lagi ganggu gue, awas lu," ancam Alex sambil menodongkan pisau ke leher Darissa.
Darissa yang ketakutan, ia menghampiri Arvid.
"Sayang, barusan aku mau disakitin ama si Kentut," rengek Darissa manja.
"Kurang ajar tuh anak!" Ia berdiri lalu menghampiri Alex.
"Sini lu!" Ia menyeret Alex ke koridor dekat toilet.
"Lu apain pacar gue, hah?" tanya Arvid sambil menodongkan pisau itu ke bahu Alex.
"Bukan gue yang salah, cewe lo naro sesuatu di makanan gue, apa salahnya gue bela diri," belanya dengan wajah menantang.
"Alah lu!" Karena terbawa emosi, Arvid tak sadar bahwa ia telah menusuk bahu Alex dengan pisau yang dibawanya.
Alex mengaduh kesakitan. Namun si Goblok Arvid malah meninggalkannya di koridor itu, karena ketakutan dengan apa yang telah ia lakukan baru saja.
"Ah, jahat lu, Vid." Alex memegang bahunya dan terduduk lemas.
Arvid berlari ke kelas. Ia duduk dan termenung. Sikapnya menjadi tergesa-gesa.
"Lu ngapa, Vid?" tanya Akse.
"Ah, eu---gak apa-apa." Arvid bangun dan membantu teman yang lain menyiapkan makanan.
Alex yang terdiam di koridor, ditemukan oleh Ami yang hendak akan ke toilet.
"Ya ampun, Alex lu kenapa?" tanya Ami kaget dan membantu Alex berdiri.
"Gue gak apa-apa," sahut Alex dan berjalan kembali ke kelas, dengan gontay.
Saat Alex masuk ke kelas. Semua mata tertuju padanya. Akse curiga, pasti yang melakukan itu Arvid. Namun, kenapa Arvid sekejam itu? benak Akse bertanya-tanya.
Alex mengambil kunci loker di dalam tasnya, yang ia simpan di atas meja. Dengan wajah biasa, ia kembali berjalan ke luar, usai mengambil baju gantinya. Ia mengganti baju di ruang ganti putri.
"Lo gak apa-apa?" tanya Arvid yang tiba-tiba berdiri di pintu exit, dan mengagetkan Alex.
"Ah!" Alex kaget seraya memegang dadanya.
"Gue gak Apa-apa," sambungnya dingin.
"Kalo lu mau bales, silahkan," ujar Arvid sambil menyodorkan pisau yang menusuknya tadi.
Alex tak memperdulikannya. Dia berbalik hendak akan meninggalkan Arvid. Namun, dia berjalan satu langkah dan kembali berbalik ke arah Arvid. Dia merampas pisau itu dan menancapkannya ke bahu kanannya dengan sangat cepat.
"Impas," bisik Alex dan berlalu dari hadapan Arvid.
Arvid meraung kesakitan. Awalnya Alex tak perduli akan raungan itu, karena sebelumnya dia juga meninggilkannya yang tengah kesakitan.
Tapi anehnya, Alex kembali dan membantu melepaskan pisau yang menancap itu. Lalu dia mengobati luka Arvid.
"Kenapa lo bantuin gue, gue kan tadi ninggalin lo gitu aja?" tanya Arvid heran.
"Gue gak kayak lo, pengecut," cerca Alex dengan suara ngegas di akhir ucapannya, sambil mengobati luka Arvid.
Mereka duduk sangat dekat. Bahkan tidak ada jarak di antaranya.
Alex yang menunduk mengobati Arvid dan Arvid juga menunduk merasakan sakit itu.
"Aaarrrggghh!" teriak Arvid sambil menatap langit.
Namun, bukan langit yang ia tatap, melainkan wajah manis Alex. Wajah mereka pun sejajar.
Sejenak mereka saling menatap.
"Gila nih cewe, cakep banget!" batin Arvid menjerit.
"Ya, dia emang cakep sih, tapi sayang, dia goblok!" batin Alex menjerit juga.
"Ehem-ehem, ada yang PDKT nih," tegur Darissa yang datang tiba-tiba, membuat wajah mereka bubar.
"Oh, lo dateng. Obatin noh cowo lu," suruh Alex sambil berdiri dan meninggalkan mereka.
Darissa yang bucin pun langsung menolong Arvid dengan gaya manjanya.
***
Gas, gas, vote dung. Masa baca aja.
Aku sedih loh, kalo gak di vote, hiiii.
Mataku sakit tau, liat layar hp terus.
Makanya kasih aku kebahagiaan kecil, dengan kasih bintang.
Makasih yang udah kasih bintang,
Luv luv luv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (✔)
Teen FictionSiswa kece di sekolah ternama ini, bernama Arvid. Dia memang tampan dan gagah. makanya, selalu bersikap seenaknya, kepada siapapun yang ingin ia jailli. Siswi yang suka bergaul dengan siapapun, menjadi bahan jailan dia. Siswi ini bernama Alexandra...