Setelah masa hukuman berakhir.
Ring ring ring.
Bel tanda sekolah berakhir berbunyi.
"Dar, sorry banget, gue hari ini gak bisa antar lo pulang, gue ada urusan," kata Alex, sambil berjalan bersama Dara menuju luar.
"Yah, gue pulang sama siapa dong?" tanya Dara, sambil manyum.
"Sorry banget, Dar, gue harus ke RS sekarang," ujarnya lagi.
"Yodah, lo bareng gue aja," ajak Akse yang tiba-tiba berada di samping Dara.
"Loh?" Dara melongo.
"Udah, gak usah melongo." Akse menarik Dara diikuti dengan Alex yang berlari ke mobilnya.
Arvid memperhatikan Alex dari jauh.
"Kenapa si Alex? Ngapain dia ke RS? Apa dia sakit?" gumamnya dalam hati.
Arvid mengikuti ke mana dia pergi.
Tak lama sampailah Alex di RSUD.
Ia berlari dan mancari di mana ruangan tempat mamanya dirawat.
"Mama?" Alex berlari, lalu memeluk mamanya dan menangis.
"Mama gak apa-apa sayang, udah ah jangan nangis, kamu kan udah gede," lirih mama, sambil mengelus-elus rambut panjang Alex.
Alex menyimpan tasnya di samping meja kecil yang terdapat di ruangan itu.
Terlihat dari luar ruangan, ada seorang pria mengintip ke dalam.
"Eh, kamu kenapa di luar? Masuk aja, gak usah sungkan. Kamu temannya Alex, kan?" tanya papanya, mengagetkan Arvid.
Papa Alex menarik tangan Arvid ke dalam ruangan. Terlihat di dalam Alex sedang berbaring bersama mamanya di bed kecil itu. Sangat jelas terlihat bahwa Alex anak manja.
Arvid tersenyum melihat Alex yang memeluk manja mamanya.
"Sayang, ini ada temenmu," ucap papa membuat Alex berbalik badan.
"Kok lo ada di sini?" Alex kaget melihat Arvid ada di ruangan yang sama. Alex tertunduk malu dan beranjak dari bed.
"Papa, kok ada dia?" bisik Alex pada papanya.
"Heheh, dia tadi nungguin kamu di luar, papa kasian, makanya papa ajak ke dalem aja," sahut papa.
"Oh, jadi dia ngintilin gue," batin Alex, sambil tersenyum tipis.
"Sayang, kamu kan hari ini ada les?" ingat mama, membuyarkan hayalan Alex.
"Oh iya, Ma, Al lupa," sahut Alex, sambil meraih tasnya lalu menggendongnya.
"Kamu hati-hati ya, jangan keluar malem, gak baik." Nasehat mama sebelum Alex pergi.
"Iya, Ma, ummmuah. Dah papa." Alex mencium mama dan melambai pada papanya lalu pergi menyeret Arvid.
Di luar ruangan.
"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Alex, sambil meremas lengan Arvid yang membuat Arvid tercengir menahan sakit.
"A-aw, sakit, Oneng." Arvid mengaduh lalu melepaskan remasan Alex.
"Gua penasaran aja sama lo, Manja," cetus Arvid dengan mendekatkan wajahnya pada Alex dan mundur kembali.
"Ih, rese lo!" pekik Alex, sambil pergi meninggalkannya.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, murid kelas 12 IPA 1, belajar di lab bersama guru labnya. Setelah teori selesai, mereka prektek.
Sedang asik praktek, selalu saja Arvid menganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Dan Cinta (✔)
JugendliteraturSiswa kece di sekolah ternama ini, bernama Arvid. Dia memang tampan dan gagah. makanya, selalu bersikap seenaknya, kepada siapapun yang ingin ia jailli. Siswi yang suka bergaul dengan siapapun, menjadi bahan jailan dia. Siswi ini bernama Alexandra...