Bau harum masakan tercium begitu pekat dari arah dapur. Shotaro meletakkan sendok sayur itu di atas papan yang biasanya di gunakan untuk alas memotong. Secarik senyum bangga itu menghiasi bibirnya. Dirinya tidak tahu apakah Sungchan akan menyukai masakan ini, tetapi tonjiru merupakan makanan favoritnya sejak kecil. Apalagi di masa musim hujan, semangkuk tonjiru selalu dihidangkan sang ibu untuk Shotaro. Ah.. Shotaro jadi rindu.
"Kau sudah bangun?"
Shotaro menyambut Sungchan yang baru bangun dari tidurnya dengan senyum lebar. Si Jung itu hanya berdeham, bahkan tidak mampu membuka matanya. Terlalu mengantuk mungkin. Resepsi kemarin berjalan sampai tengah malam, dan keduanya baru sampai di unit sekitar pukul dua malam. Sial untuk Sungchan, karena ia harus terbangun pagi di pukul tujuh ini, dan keuntungan untuk Shotaro karena tidak perlu bersusah payah membangunkan pemuda tinggi itu.
"Mandilah terlebih dahulu, setelah itu kita akan sarapan."
Shotaro mentitah Sungchan yang langsung dibalas anggukan oleh yang lebih tinggi. Pemuda itu melipir ke kamar mandi lantai bawah untuk mandi dan mengganti bajunya dengan seragam sekolah. Sembari menunggu Sungchan, Shotaro mempersiapkan sarapan mereka berdua. Tonjiru dan tamago buatannya tersedia apik di atas meja makan.
"Wah, apa ini sarapan mewah?"
Sungchan kembali dari kamar mandi. Kemudian mendaratkan pantatnya di kursi meja makan dengan nyaman. Ia menghirup bau sedap yang menguar dari masakan Pamannya ini. Oh, Sungchan tahu yang kuning pucat itu! Bukankah itu telur tebal yang digulung lalu dipotong menjadi menyerupai persegi panjang? Tetapi yang bentuknya seperti sup itu--Sungchan tidak tahu.
"Tidak. Aku hanya memasak sebisaku. Semoga kau suka," tukas Shotaro sambil mengambil sendok. "Itadaki-- Ah, maksudku, selamat makan!"
Sungchan terkekeh. "Tidak apa-apa, Uncle. Aku mengerti sedikit bahasa Jepang." Tangannya menjepit satu tamago menggunakan sumpit, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Di tengah-tengah kunyahan, dahi Sungchan mengerut. "Bukannya tamago itu manis? Mengapa ini rasanya asin dan gurih?"
"Kata siapa tamago itu manis?"
"Tamago memang manis, Uncle."
"Jadi aku yang salah? Biar kutanya, yang orang Jepang itu kau atau aku?" Shotaro meletakkan sumpitnya dengan sedikit tidak santai. Kemudian menatap pria tinggi di depannya ini dengan kilatan persaingan di matanya.
"Ayolah. Ini masih pagi, tidak perlu berdebat tentang hal yang tidak berguna." Sungchan masih tenang dalam menghadapi mood Pamannya yang seperti rollercoaster itu. Sup yang tadi membuat Sungchan ragu itu nyatanya enak juga, akhirnya juga ia memakan sup itu dengan khidmat---melupakan tamago asin yang membuatnya merasa agak aneh. "Sup apa ini?"
"Oh, itu tonjiru! Apa rasanya enak?"
See? Mata itu berubah menjadi binaran dan membentuk lengkungan bulan sabit yang indah. Sungchan mendengus, kemana mata yang menunjukkan kilatan dengan alis yang menukik tajam itu?
"Well, itu memang enak. Tetapi visualnya agak aneh." Jangan judge Sungchan! Karena itu fakta. Tonjiru di restoran Jepang manapun---sekalipun Sungchan belum pernah melihat tonjiru sebelumnya--- mungkin visualnya tidak seburuk yang dimasak Shotaro ini.
"Tutup mulutmu. Aku sudah bekerja keras." Senyum itu luntur, membuat Sungchan merasa sedikit bersalah.
"Visual bukan segalanya, benar? Lagipula rasanya begitu enak. Tidak perlu berkecil hati." Sungchan kembali memakan sup itu, mengunyahnya dengan ekspresi se-nikmat mungkin. Ya.. Walaupun itu terlihat menjijikkan di mata Shotaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Uncle❞ [sungtaro]✔
Fanfic[ C O M P L E T E ] ❝I know that is wrong. But I love you, Hyung❞ ❝Ini salah❞ ━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━ Baru saja Shotaro menginjakkan kakinya di daratan Seoul, tapi hidupnya sungguh langsung berubah drastis! ━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━ °sungtaro area °b...