❝Change❞

5.1K 789 131
                                    

Bagaimana ya? Dibilang salah Sungchan, tidak. Dibilang salah Shotaro, tidak juga. Lantas bagaimana bisa Sungchan mengalami mimpi basah dengan Shotaro sebagai objek fantasinya? Kehadiran Lee Taeyong di hatinya sudah cukup untuk menentang perasaannya terhadap Shotaro.

Anak itu berubah. Sungchan selalu berusaha menghindari Shotaro di setiap kesempatan. Bahkan saat si pemuda Jepang ingin menemaninya mengerjakan tugas di ruang tengah, Sungchan malah beralasan ingin ke toilet dan tidak pernah kembali lagi, meninggalkan Shotaro dengan buku-buku tebalnya di ruang tengah.

Shotaro jengah dan jengkel. Tentu, siapa yang tidak akan jengkel jika ia tiba-tiba dijauhi oleh seseorang yang ia kenal? Apalagi jika ia tidak tahu apa-apa tentang kesalahannya. Namun terbesit sedikit rasa takut dalam benak Shotaro. Apa dirinya memiliki kesalahan terhadap pemuda bermarga Jung itu?

Maka dari itu, Shotaro bertekad akan membicarakannya dengan Sungchan setelah ini.

Suara langkah kaki dari sepatu pantofel yang beradu dengan lantai marmer itu membuyarkan lamunan Shotaro. Kepala kecil itu melongok dari dinding pembatas antara dapur dengan ruang tengah, melihat sang pemilik unit apartemen yang baru pulang dari kantor perusahaan milik Ayahnya. Dapat dilihat pemuda berjas itu tampak kelelahan dengan tas yang menyerupai koper itu ia bawa di tangan kanannya. Menuruti insting, Shotaro berjalan mendekati Sungchan yang kini duduk bersender pada sofa sambil memejamkan mata. Ia berdiri tepat di belakangnya.

"Kau lelah?"

Tanya Shotaro lembut. Kedua tangan kecilnya merambat ke kepala Sungchan, memijit pelipisnya pelan dan penuh kehati-hatian. Yang diperlakukan seperti itu hanya menganggukkan kepalanya lesu. Masa bodoh dengan rasa malu, pijitan Shotaro mampu membuat rasa lelah dan penatnya menguap seketika.

"Uncle? Can I get your hug?"

Sungchan memegang tangan kanan Shotaro yang berada di pelipisnya, lalu menariknya memutari sofa hingga pemuda itu berada berdiri tepat di hadapannya. Shotaro yang tidak tahu harus berbuat apa hanya mampu terdiam, membuat Sungchan berdecak kesal.

Sungchan menarik tangannya lagi, membuat Shotaro tersandung kaki Sungchan, lalu terjatuh di atas pemuda tinggi itu. Sungchan langsung melingkarkan lengannya ke pinggang ramping milik Shotaro, menelusupkan wajah lelahnya ke perpotongan leher Pamannya yang berbau seperti bayi itu. "Biarkan seperti ini. Sebentar saja."

Shotaro menyamankan duduknya di pangkuan Sungchan. Tangannya bergerak mengelus rambut Sungchan dengan lembut, kemudian membisikkan kalimat-kalimat penenang. "Kau yang terbaik. Kau sudah berusaha. I proud of you."

Shotaro memang tidak tahu ada masalah apa. Namun kata-kata seperti itu sering diucapkan Ayahnya jika ia sedang berada dalam kegagalan.

Dapat Shotaro rasakan gelengan pada lehernya---membuat sedikit sensasi rasa geli dari surai yang mengenai lehernya. "Tidak, Uncle. Daddy bilang ingin mengadakan pertemuan dengan para petinggi perusahaan, lalu memintaku untuk datang menggantikan sekretarisnya. Nyatanya? Ia hanya ingin mengancamku untuk segera pulang ke rumah. Jika tidak, semua saham yang ia tanam di perusahaanku akan dicabut kembali. Aku tidak peduli dengan perusahaan yang mati-matian kubangun sejak awal SMA itu. Aku hanya khawatir dengan para pekerjaku."

Shotaro terus mendengarkan penuturan pemuda yang sedang memeluknya ini. "Lalu, kenapa tidak pulang saja? Daddy-mu dan Taeyong Hyung pasti sangat merindukanmu."

"Bagaimana bisa aku tinggal disana? Melihat segala interaksi antara Daddy dan Mommy?"

"Kenapa tidak?" Shotaro mendadak heran. Interaksi antar suami istri bukankah wajar? Mereka sudah mengikat janji pernikahan di hadapan altar. Lalu apa masalahnya?

❝Uncle❞ [sungtaro]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang