part 28

1K 99 23
                                    

Sudah berapa lama, ya? Kayaknya sudah pada lupa karena, ya sama ceritanya, wkwkwkk. Maafkan aku, ya..

Happy reading, jangan lupa komentnya.

Beberapa hari berlalu Jimin tak lagi berusaha menemui Seya. Setelah berpikir dan menimbang akan keputusannya, Jimin pun menemui pengacara untuk mengurus perceraiannya dengan Seonyi. Lagipula ayahnya juga ingin ia segera menikah lagi.

Hari ini latihan untuk comeback lagu baru mereka sedang digelar. Telepon terus berdering tak menghentikan langkah kaki Jimin bergerak menyempurnakan latihannya. Sejam berlalu baru mereka berhenti. Jimin mengambil telepon yang tergeletak di atas meja.

"Yeobseo." Jimin menyapa sang ayah setelah melakukan panggilan ulang.

"...."

"Ya, Appa, atur saja acaranya. Aku punya waktu free tiga hari sebelum comeback. Sepertinya tak masalah jika acara pertunangannya berlangsung hari itu."

Jungkook yang sedang mengobrol dengan Hoseok menajamkan pendengaran menguping perbincangan Jimin di telepon. Ia mengeraskan rahang, tangannya mengepal emosi.

"Baik, Appa. Aku akan berkencan dengannya sebelum acara pertunangan itu. Atau lewati saja pertunangannya dan kami bisa langsung menikah."

"Sialan kau, Jimin-sii!" jerit Jungkook tiba-tiba, berlari menerjang pria itu hingga terjungkal.

Semua orang terkesiap. Menahan Jungkook yang mengamuk dengan wajah berapi-api. Jimin kebingungan tak mengerti apa yang terjadi.

"Bajingan kau! Bagaimana kau bisa memikirkan pernikahan saat istrimu sedang butuh dukungan moril! Manusia biadab, aku harus menghajarmu! Bagaimana bisa kau bahagia saat Seonyi terpasung karena sakit jiwa."

"A-apa ... a-pa maksudmu?" Jimin menerjang Jungkook, menarik kerah baju pria berotot itu. "Apa maksudmu, Jungkook. Katakan padaku!" Suaranya bergetar. Pikirannya tiba-tiba kalut.

Jungkook membuang muka. Mendorong Jimin dari tubuhnya. Member dan beberapa staff yang ada di sana hanya terpaku melihat pertengkaran mereka berdua.

"Setahuku Seonyi ada dalam perawatan Jaehan. Aku tak tahu apa dan bagaimana itu bisa terjadi, itulah kenapa Seya meninggalkanku. Aku salah berpikir Seya selingkuh dengan dokter kejiwaan itu. Rupanya Seya datang ke sana setiap hari hanya untuk merawat istrimu," tutur Jungkook sambil menyeka keringat yang menetes di wajahnya. "Dan aku telah sangat bodoh menandatangani surat perceraian karena menganggapnya lebih mencintai Jaehan. Karena itulah aku pernah mengatakan jangan bertindak gegabah, jangan sampai kau melakukan kesalahan sepertiku."

"Tapi ... kenapa kau baru memberitahuku sekarang?"

Jungkook menundukkan wajah? Menggenggam botol air mineral dengan perasaan kalut. "Itu karena Seya memintaku untuk tak memberitahumu. Dia sangat membencimu karena membuat sahabatnya berakhir seperti itu."

Jimin tak berkata apa-apa lagi. Meraih jaketnya dan langsung pergi tanpa kata meninggalkan latihannya. "Seonyi ... jadi kau benar-benar masih hidup?" gumamnya menyetir mobil dengan perasaan kacau.

Antara percaya dan tidak Jimin terus melajukan kendaraan sambil sesekali menyeka air mata yang menetes jatuh. Tiga puluh menit perjalanan, kini mobilnya sudah masuk pelataran parkir rumah sakit.

"Aku ingin bertemu dengan Seonyi, Park Seonyi," ucapnya pada petugas yang menanyakan perihal kedatangannya ke sana.

"Maaf Anda tunggu sebentar, saya akan minta izin pada dokter Jaehan mengenai hal ini."

"Apa keadaan Seonyi parah sampai aku tak bisa menemuinya?"

"Itu juga bukan kewenangan saya untuk menjawab."

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang