delapan belas

960 102 23
                                    

Happy reading. Jangan lupa koment dan bintangnya ya... Makasi.
.
.
.
.
.

Rasa penasaran pada wanita berambut pirang sebahu itu, membuat Jimin memutuskan kembali ke daerah itu. Ini sudah hari ke tiga ia datang ke tempat yang sama, di minimarket dekat pantai San Fransisco.

Memanfaatkan waktu senggangnya di tengah jadwal yang begitu padat, Jimin masih terus berharap bisa menemukan wanita itu. Dalam hati ia begitu yakin jika wanita yang dilihatnya adalah Seonyi.

Sementara itu di tempat yang berbeda, tak jauh dari tempat Jimin duduk dan mengawasi sekitarnya dengan penyamaran lengkap, Xaely baru saja melambaikan tangan pada rekan kerjanya karena sift kerja mereka sudah berakhir.

Seperti biasa Xaely akan melewati pantai San Fransisco sebelum menuju kedai Fred untuk membeli pizza. Ia sudah menyeberang jalan dan melangkahkan kaki menyentuh pasir pantai ketika mengingat bahwa hari ini jadwalnya berbelanja di minimarket.

Ada beberapa bahan makanan yang habis, maka tanpa pikir panjang Xaely pun memutar arah menuju minimarket langganannya.

Beberapa meter lagi ia sampai di minimarket itu, ketika langkahnya tiba-tiba terhenti saat suara seseorang menyapa inderanya.

"Nona, tunggu." Xaely mematung. Suara itu begitu familiar, suara yang sangat ia rindukan. Sekaligus juga suara yang paling ingin ia hindari.

Xaely memutar badan. Tubuh gadis itu terseret mundur ketika menatap seorang pria tengah berbicara pada seorang wanita berambut pendek sebahu seperti dirinya.

"Ji--Jimin ...."

"Mungkinkah Jimin sedang ...." Xaely terjebak dengan pikirannya sendiri. Namun, segera membalik bandan dan bersembunyi di antara gang kecil ketika pria bermarga Park itu menoleh ke arahnya.

Jimin terpaku, menatap gamang pada tempat kosong di arah pandangnya. Ia merasa Seonyi baru saja ada di sana memperhatikannya. Perlahan Jimin mendekati tempat itu.

Entah sudah berapa banyak wanita berambut pendek yang dihentikannya untuk memastikan kalau di antara wanita-wanita itu salah satunya adalah Seonyinya.

Jimin mematung di tempat Xaely berdiri. Rasa sesak kembali meremas hatinya. "Seonyi, aku tahu itu kau ... aku bisa merasakannya," guman pria itu penuh kesedihan.

"Seonyi ... jangan sembunyikan dirimu lagi ... aku mohon," ratapnya membuat xaely atau Seonyi yang tengah menyamar, yang bersembunyi tak jauh dari sana merasa hatinya tersayat-sayat.

Jika saja, jika saja Jimin melakukan ini sebelum pria-pria jahanam itu menggaulinya mungkin sekarang ia akan berlari dan menjatuhkan dirinya dalam pelukan Jimin. Mengatakan padanya kalau sekarang ia tengah mengandung.

Seonyi tanpa sadar menyentuh perut ratanya, lalu mengepalkan tangan dan mengigit keras, agar suara isakannya tak sampai keluar. Ia tak ingin menangis juga tak ingin kembali pada Jimin. Atau pada siapa pun orang-orang dari masa lalunya.

Sudah diputuskannya bahwa ia tak akan pernah kembali. Seonyi sudah mati. Sekarang ia adalah Xaely, seorang warga Amerika yatim piatu dan tidak punya siapa pun selain calon bayi yang sedang berkembang di dalam rahimnya.

Xaely refleks menempelkan dirinya di dinding gang ketika Jimin memandang ke arahnya. Sedikit panasaran Jimin pun melangkah mendekat.

"Hyung, ayo kita kembali. Manager Sejin dan Namjoon Hyung sudah menelepon sejak tadi. Kita harus segera bersiap-siap." Langkah Jimin terhenti. Jungkook menahan pundaknya hingga otomatis Jimin menoleh pada pria bergigi kelinci itu.

Kesempatan itu pun dimanfaatkan Xaely untuk  melangkah mundur makin menjauh dari tempat persembunyiannya. Ia menjauh dari Jimin menyusuri gang kecil itu.

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang