enam

1.3K 102 10
                                    

Happy reading. Siapkan iman kalian untuk tidak mengumpat.
.
.
.
.
.

"Bangun..., Baby." Jimin mencium kening Seonyi "Calon mantu masa jam segini belum bangun?"

"Hah! Oh My God. Kenapa baru membangunkanku sekarang, Jim? Kau membuatku malu pada ibumu." Seonyi kelimpungan. Ia tersentak kaget saat mendengar kata-kata Jimin hingga kemudian langsung beranjak dari tempat tidur tanpa menenangkan dirinya lebih dulu. Mengabaikan tubuhnya yang telanjang ia terus berlari menuju kamar mandi.

"Aw!! Iisshh... ah..." desisnya sambil meringis. Seonyi mengusap-usap keningnya yang membentur kusen pintu. Sementara Jimin bukannya membantu ia malah terkekeh memperhatikan wanita itu yang berjalan tergesa dalam keadaan setengah sadar. Tak berapa lama kemudian terdengar suara kucuran air shower dari dalam sana, yang menandakan kalau Seonyi sedang membasuh tubuhnya.

Jimin merubah posisi tidurnya lalu tangannya terulur untuk mengambil jam tangan yang bertengger di atas meja lampu hias dan menyembunyikannya di bawah bantal. Tujuannya hanya satu ia tak ingin Seonyi menyadari kalau ini masih dini hari. Sejahat itulah Jimin pada wanita itu.

Ya, ini masih terlalu pagi untuk semua orang terjaga dan pergi ke dapur tapi Jimin malah membangunkan Seonyi yang sangat kelelahan karena semalam harus bergumul dengannya dalam waktu yang panjang. Tubuh Seonyi yang seolah menjadi candu baginya membuatnya tak bisa berhenti untuk terus menghantam wanita itu membiarkan gairah asmaranya membara hingga mencapai klimaksnya berulang kali. Segila itulah Jimin pada semua yang dimiliki Seonyi. Karena itu pula Jimin tak pernah berniat menyentuh wanita manapun lagi. Bahkan salah satu idol yang sering berkencan dengannya pun ia abaikan hingga membuat wanita itu kesal setengah mati. Sepertinya Jimin memang benar-benar brengsek, tapi sayangnya tak ada yang tahu karena tertutupi oleh sifat malaikat yang selalu ia tunjukan dengan penuh ketulusan.

Kembali lagi pada Seonyi yang sudah selesai mandi. Ia tampak kelimpungan di dalam sana karena lupa membawa pakaian ganti. Kesadarannya sudah terkumpul semua bahkan ia merasa jauh lebih segar setelah membersihkan dirinya dari cairan lengket yang ia dapat dari percintaannya yang liar dengan si marga Park.

"Jimin...! Kau masih di sana, 'kan?" panggilnya sambil mendongakkan sedikit kepalanya ke luar pintu.

"Wae?" tanya Jimin sembari membalik badan hingga ia bisa melihat Seonyi yang tersenyum aneh. Wanita itu terlihat sangat canggung juga malu-malu dengan rona merah di kedua pipinya. Maka terkutuklah Park Jimin yang mulai memanas saat melihat pemandangan itu. Pikirannya mulai bergerak liar membayangkan keadaan Seonyi yang terjebak di dalam kamar mandi tanpa busana.

"Jim..." suara wanita itu mulai merajuk, ia menunjukkan aegyo termanisnya agar Jimin mau membantunya "Bisakah kau ambilkan pakaian ganti untukku, please?" dasar Seonyi, tak bisakah ia berhenti bertingkah lucu di depan Park Jimin. Cukup biarkan saja si marga Park itu yang terkenal lucu dan imut. Jangan mengambil identitasnya atau ia akan dihabisi detik itu juga.

"Jimin!" teriak Seonyi sambil menghentak dan mendecakkan lidahnya "Aku kedinginan, ambilkan bajuku, tolong." kesalnya sambil merajuk manja.

"Jika kau kedinginan maka bukan baju yang kau butuhkan." Jimin turun dari ranjang. Rupanya ia sudah memakai celana boxernya. Padahal tadi saat Seonyi meninggalkannya ia masih polos tanpa busana sama sekali. Merasa keadaan sedikit berbahaya maka Seonyi segera menutup pintu kamar mandi membuat Jimin kesal.

"Seonyi, buka pintunya biarkan aku menghangatkanmu." rayu pemuda itu sambil mengetuk pintu dengan pelan.

"Ambilkan aku baju, Jimin. Aku harus membantu ibumu. Kan kau sendiri yang bilang agar aku berusaha menarik simpati seluruh keluargamu, jadi biarkan aku melakukannya."

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang