tujuh belas

927 104 36
                                    

Happy reading. Jangan lupakan vote dan koment barbarnya ya 😊😊😊
.
.
.
.
.
.

"Xaely, tolong kau bawa makanan ini ke meja nomer tiga."

"Iya ...," sahut wanita itu riang. Membawa sepiring pasta carbonara dan segelas coktail di atas nampan.

Sapuan angin pantai San Fransiso menyapa rambut pirang sebahunya. Dengan cekatan ia menghidangkan makanan itu di atas meja sembari melempar senyum hangat yang membuat pelanggannya terkesima.

"Kau orang Asia, ya?" tanya salah satu pelanggan berambut pirang panjang yang tergerai. Wajah tirus dan hidung mancung dengan mata amber yang berbinar membuatnya terlihat sangat cantik.

"Iya, saya dari Korea Selatan," jawab gadis itu ramah.

"Wah, benarkah?" sambut teman si gadis pirang yang memang sudah lebih dulu ada di sana dan tengah memakan pasta aglio ollio dengan ditemani sebotol bir besar.

"Iya, Nona. Sepertinya kalian sangat terkesan ketika menyebut nama Korea Selatan." Xaely terpaksa berdiri di sana sambil memeluk nampan kosong karena pelanggan itu mengajaknya mengobrol.

"Tentu saja, kami salah satu fans dari boygroup terkenal di sana. Kami Army," seru gadis berkaca mata teman si pirang tadi dengan sangat antusias.

"Dan kau tahu, idol kami itu akan datang minggu depan, itu membuat kami sesak nafas." Si gadis pirang itu pun tak kalah antusias. Mata ambernya makin berbinar indah.

Xaely si gadis pelayan pun tersenyum. "Senang sekali kalian menyukai idol asal negara kami, tapi sayang sekali aku yang berasal dari Korea malah tak tahu apa-apa. Maklum sudah lama tinggal di sini."

Dua gadis di depan Xaely masih ingin bercerita, tapi sayang harus terputus karena senior Xaely memanggilnya. Wanita itu pun undur diri dari sana.

Xaely kembali disibukkan dengan tugasnya melayani para pelanggan restaurant. Hingga jadwal kerja berganti barulah ia bisa pulang.

Seperti biasa sebelum menuju kontrakan kecilnya, Xaely akan jalan-jalan menyusuri pantai San Fransisco. Memandang keindahan pantai diiringi matahari yang perlahan hilang di ufuk barat membuat Xaely selalu merasa bahagia.

Sejenak ia melihat sepasang suami istri yang tengah jalan-jalan sambil bercengkrama. Perut wanita itu tampak begitu besar, sepertinya waktu kelahiran bayinya sudah sangat dekat.

Tanpa sadar Xaely meraba perutnya yang masih rata, lalu tersenyum begitu manis. Binar matanya menunjukkan ia cukup bahagia.

Xaely terus melangkah kemudian berhenti di salah satu toko makanan keliling. Seperti biasa Xaely akan memesan makan malamnya di sana.

"Hai Xaely," sapa pemilik kedai sembari menata meja setelah membuka beberapa bagian mobilnya dan menyulapnya menjadi kedai. Sepertinya malam itu Xaely jadi pelanggan pertama.

"Hai Fred," sahut Xaely lalu berdiri di tempat pemesanan makanan. Itu adalah kedai makanan jalanan. Harganya cukup terjangkau untuk orang-orang yang hanya memiliki sedikit uang seperti Xaely.

"Seperti biasa," ucap Xaely. Selain pizza, kedai mobil itu juga menjual hotdog, burger dan friedchiken. Namun, di antara itu semua Xaely paling suka pizzanya. Sebenarnya bukan paling suka, tapi pizza itulah yang termurah, jadi ia hanya memesan itu.

"Makan di sini, Xaely?" tanya Fred sambil mendekati Xaely dengan serbet bertengger di bahunya.

"Berikan dia pizza special biar bayinya cepat besar," ujar Fred pada pekerjanya.

"Eh, jangan Fred. Aku tak bisa makan banyak," bohong Xaely. Fred pun terkekeh mengacak rambut Xaely gemas.

"Ibu hamil butuh banyak nutrisi, sudah kau diam saja. Makan yang banyak, ya." Pria berkulit putih itu pun berlalu dari sana meninggalkan Xaely untuk menyambut pelanggan yang baru datang. Mereka berjumlah tiga orang.

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang