sebelas

1K 111 21
                                    

Happy reading. Jangan lupakan koment konyol dan barbar kalian. Jimin menyukainya.😊

Maksudku aku menyukainya. Mari kita saling menyukai/ plak!
.
.
.
.
.
.

Seonyi mengeratkan genggamannya pada kamera digital yang tergantung di leher. Mengingat pesan yang ia terima, kembali membuatnya terguncang, tanpa sadar menyentuh dada.

Bagaimana dia bisa tahu Jimin selalu bertindak tidak adil padanya? Dia bahkan tahu kalau pagi tadi Seonyi belum sarapan. Ini gila, bahkan semakin gila. Satu-satunya harapan Seonyi hanya Jimin. Namun, nampaknya Jimin tetap saja menganggapnya sebagai mainan.

Mau marah, tapi pada siapa? Salahnya sendiri yang menjadi terlalu murahan hanya karena dibutakan cinta. Haruskah ia memeras Jimin sekarang? Tidak, ia tak berani melakukannya. Sekali lagi ia tak bisa menghancurkan pria yang dicintainya itu.

Suara gemuruh dan tepuk tangan membuyarkan lamunan Seonyi. Rombongan Bangtan turun dari mobil, fans berdesakan mencoba melihat dari dekat. Berteriak histeris memanggil nama-nama mereka mencona mengambil simpati mereka.

Seonyi mengangkat kameranya, membidik orang yang sama sejak hampir dua tahun lalu. Pria itu menoleh dan tersenyum melambaikan tangan.

Hati Seonyi terpana sekali lagi, meski sudah berulang kali dikecewakan, nyatanya Seonyi tetap memuja pria bermarga Park itu. Dadanya bergemuruh ketika tangan pria itu melambai diiringi senyum manisnya tertangkap kamera.

Entah kenapa kini Seonyi malah menurunkan kameranya. Menatap Jimin dengan ekspresi tak terbaca. Apakah Jimin menyadarinya atau tidak, yang pasti pria itu terus melangkah menjauh. Namun, sekali waktu ia memutar arah mencari keberadaan Seonyi.

Bangtan telah masuk ke dalam venue acara musik tahunan itu. Seonyi duduk di antara penggemar dengan perasaan campur aduk. Sesaat ia mengetik pesan menggunakan ponsel yang berbeda, tangannya gemetar. Ingin segera menekan tombol send, ketika suara musik membuyarkan konsentrasinya.

Segera Seonyi memasukan ponsel ke saku celana. Namun, tanpa ia sadari tangannya telah menekan send secara tak sengaja. Seonyi pun memfokuskan pandangannya pada tujuh orang pria yang kini tengah berdiri di atas panggung.

Sepertinya Seonyi melewatkan pembacaan nominasinya tadi, hingga ia tak tahu penghargaan apa yang dimenangkan ketujuh pria tampan bak pangeran itu.

Namjoon bicara dengan karismanya seperti biasa. Disusul yang lainnya dengan candaan yang terlontar seadanya. Ya, begitulah mereka. Selalu ramah dan humble meski sudah jauh melampaui para sepuh mereka.

Setelah beberapa menit mereka kembali duduk ke tempatnya. Jimin merogoh ponsel di saku celana. Tadi ponsel itu sempat bergetar ketika mereka sedang ada di atas. Jimin mengerutkan dahi membaca pesan yang tertulis di sana. Nomernya asing, tak tercatat dimemori teleponnya.

Jimin menoleh ke arah penonton mencari keberadaan Seonyi. Kembali ia mengerutkan dahinya, Seonyi terlihat berbeda. Biasanya wanita itu tak pernah lepas dengan kameranya yang selalu mengarah pada Bangtan.

Namun sekarang, Seonyi menunduk seakan memperhatikan sesuatu di layar ponselnya dengan sangat serius. Sejenak kemudian kepalanya mendongak, langsung menoleh ke arah Jimin. Kedua pasang mata mereka tanpa sengaja bertemu.

Ada ketakutan di mata wanita itu membuat Jimin merasakan sengatan yang luar biasa di dalam dadanya. "Mungkinkah Seonyi mendapat pesan yang sama?"

Pikiran Jimin jadi kacau, hingga tanpa sadar ia berdiri. Taehyung melihat ke arahnya. "Ada apa?" tanya pria itu. Jimin menoleh lalu menggeleng.

"Minta air." Ia menyamarkan kesalahannya. Yoongi yang duduk di sebelah Taehyung dan Hoseok pun menyerahkan air ketika mendengar ucapan Jimin.

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang