dua puluh dua

926 91 7
                                    

Happy reading.

Maaf belum direvisi, hati-hati typo bertebaran.
.
.
.
.
.

Dua bulan berlalu sejak upacara pernikahan Jimin dan Seonyi gelar. Mereka baru bisa berbulan madu hari ini. Semua disebabkan oleh jadwal Jimin yang terlampau padat.

Seperti permintaan Seonyi, mereka pun hanya menghabiskan masa bulan madu yang hanya dua minggu itu di pulau Jeju. Alasannya karena takut pada kondisi kehamilan Seonyi yang tampaknya sedikit rentan.

Tak seperti kebanyakan pasangan pengantin baru lainnya, Jimin dan Seonyi menjalani masa bulan madunya hanya dengan berjalan-jalan di pantai. Menikmati sunset hingga matahari terbenam kemudian kembali ke hotel.

Mereka akan bercinta jika Seonyi benar-benar berada dalam kondisi yang baik. Jimin sangat takut jika hasratnya malah mencelakai Seonyi dan calon bayi mereka.

"Masih betah di luar?" Jimin datang dari dalam kamar, menyerahkan segelas susu hamil pada istrinya.

Sebelum menanggapi susu itu, Seonyi merapikan manter yang tersampir di punggungnya. "Terima kasih," ucapnya lalu meneguk susu hangat itu perlahan hingga tandas.

Jimin mengambil alih gelas yang kosong, meletakkannya di atas meja lalu menarik Seonyi dalam pelukannya. Berdua mereka menatap bintang sembari menikmati semilir angin yang berhembus menyapa keduanya.

Sesekali Seonyi menguap sembari memejamkan matanya dalam pelukan Jimin. Pria itu pun membiarkannya saja.

Ada hal yang tak Jimim mengerti. Setelah ia menemukan Seonyi. Gadis itu sedikit berubah. Kadang ketika Jimin ingin memulai untuk bercinta Seonyi terlihat seperti ketakutan.

Tetapi, Seonyi tak pernah mau menceritakan masalahnya dan terlalu memaksakan diri untuk menikmati permainan itu.

Seonyi selalu berkilah mengatakan bahwa itu mungkin efek traumanya karena masih belum percaya bahwa Jimin benar-benar sudah menikahinya. Ia masih ketakutan bahwa Jimin akan pergi meninggalkannya.

Jimin pun menerima semua alasan itu tanpa banyal bertanya dan mencari tahu kebenarannya. Sudah diputuskannya untuk mempercayai Seonyi sepenuhnya.

Ia akan selalu setia menunggu Seonyi kembali seperti dulu. Selalu setia menunggu Seonyi untuk terbuka dengannya. Terutama tentang yang terjadi selama wanita itu menghilang.

Tak berapa lama napas Seonyi terdengar berhembus ringan dan teratur. Jimin melihat istrinya sudah tertidur dalam keadaan berliri.

Dengan sangat hati-hati Jimin mengangkat tubuh Seonyi, untuk dibawanya ke tempat tidur.

"Aku merindukan dirimu yang dulu, Seonyi. Seorang wanita yang selalu ceria dan tersenyum." Jimin mengusap pipi Seonyi yang tampak lebih cubby karena kehamilannya.

Jimin pun menyingkap selimut dan merebahkan diri di samping Seonyi. Menarik tubuh Seonyi dalam dekapannya sembari mengelus lembut punggung istrinya.

"Maafkan aku, Seonyi. Maaf jika sikapku di masa lalu membuatmu trauma seperti ini. Aku ingin kau segera sembuh, Seonyi. Berhenti berpikir yang macam-macam agar kehamilanmu tak terganggu," tutur Jimin, sambil tetap menjaga istrinya untuk tertidur dengan tenang.

Hingga beberapa menit kemudian Jimin pun turut terlelap dalam tidurnya.

***

Seonyi terbangun lebih awal dari Jimin. Dilihatnya suaminya itu masih terlelap dengan rambut acak-acakan. Seonyi mengulurkan tangan untuk merapikan rambut Jimin. Wanita itu tersenyum saat melihat Jimin menggeliat karena perbuatannya.

Please Don't Leave, My MasternimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang