24

169 32 6
                                    

Dua hari sebelum keberangkatannya menuju Taereung, Seulgi memutuskan untuk menginap di rumah. Ia ingin meminta restu dan doa Ayahnya.

"Appa, bagaimana kabarmu?" Tanya Seulgi menghampiri Ayahnya yang sedang duduk membaca koran sembari meminum teh.

"Aku baik-baik saja." Jawab Appa Kang tidak peduli. Seulgi kesal lagi-lagi Ayahnya tak peduli dengannya.

"Appa, apa apa kau masih tidak peduli denganku? Sebegitu bencinya kah dirimu denganku? Appa! Aku melakukan ini karena keinginanku, tidak seperti kakak yang melakukan panahan karena tuntutanmu. Aku ingin kau juga bisa melihatku. Menyemangatiku. Aku selalu berusaha setiap pertandingan dan memenangkannya. Berharap kau akan bangga dan memujiku. Bukankah ini yang kau mau? Tapi Aku tidak pernah mendapatkan itu darimu. Kau bahkan tidak peduli denganku Appa! Apa Aku ini bukan anakmu? Kau hanya bangga pada kakak!" Seulgi terisak dan berlari menuju kamarnya.
Sampai titik ini pula, Ayahnya tak pernah berbicara pada Seulgi semenjak kejadian kakaknya itu.

Kenapa hal ini terjadi padaku? Kenapa setiap orang yang Aku sayangi berakhir tak peduli denganku?
Benar saja, hanya memanah yang tidak pernah mengkhianatiku.

Seulgi sangat frustasi saat ini. Ia membutuhkan seseorang yang dapat mendukungnya. Selama ini orang-orang hanya sibuk dengan dirinya masing-masing tanpa memikirkan Seulgi yang kesepian semenjak kematian Ibunya.

Toktoktok
Seseorang mengetuk pintu kamar Seulgi dari luar.

"Seul?" Suara itu adalah suara Ayah Seulgi.
Appa Kang pun masuk menemui Seulgi yang bersembunyi dibalik selimut.

"Mianhaeyo." Ucap Appa Kang membuat Seulgi keluar dari persembunyiannya.

"Selama ini Aku tida peduli denganmu nak. Appa masih trauma dengan kejadian kakakmu. Saat itu Appa sangat sakit hati dan membuat penyakit jantungku kambuh. Appa tidak ingin lagi mendengar kata panahan. Namun kau bersikeras untuk menjadi seorang atlit panahan. Appa sangat tidak suka dengan keputusanmu Seulgi-ah." Appa Kang memeluk anak gadisnya.

"Appa tidak tahu kalau selama ini kau menahannya sendirian. Maafkan Appa. Mulai hari ini Appa akan mendukungmu nak."

"Appa jinjja?" Seulgi memeluk Appanya dan menangis tersedu-sedu.

"Sejujurnya Appa sangat ingin mendukungmu sejak lama. Tapi Appa sudah tua dan sangat gengsi.
Oh ya, Kakakmu itu pekan lalu datang kesini setelah pergi bertahun-tahun. Benar-benar tidak tahu malu. Hampir saja jantung Appa kambuh."

"Hah? Oppa? Apa yang ia lakukan kemari? Tapi Appa baik-baik saja kan?" Tanya Seulgi terkejut.

"Awalnya Appa tidak bisa menerima kehadirannya. Namun ia bersikeras membicarakan suatu hal padaku. Ia datang menjelaskan padaku tentang dirimu. Ia memintaku agar bisa membuka diriku padamu nak Seulgi. Agar Aku bisa mendukung karirmu. Ia juga sudah meminta maaf padaku. Aku senang kedua anakku tumbuh dengan baik walau Aku tak merawat kalian dengan benar."

"Appa... Jangan merasa bersalah. Aku senang sekali saat ini. Aku sangat mencintaimu Appa."

Hubungan Seulgi dengan Ayahnya pun kembali membaik, begitu juga dengan Minhyuk yang telah diterima kembali oleh Ayahnya.

***

Minhyuk datang menjemput Seulgi di rumah Ayahnya. Hari ini Seulgi akan berangkat dan mengikuti seleksi di Taereung. Ia akan bertemu dengan Wendy dan Jimin disana.

Archery Fairy Kang Seulgi (re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang