Bagian 3: Tahun Ajaran Baru

95 11 5
                                    

Berdasarkan keputusan terbaru, SMKS Harapan Bumi menaikkan level pendidikannya sehingga tidak akan menerima siswa/siswi lulusan SMP untuk tahun ajaran ini. Karena itu juga, secara bertahap sekolah ini 'disulap' menjadi Politeknik Harapan Bhumi yang akan menerima siswa/siswi lulusan SMA/SMK sederajat yang kemudian akan dikenal sebagai mahasiswa. Mendengar keputusan terbaru, El yang awalnya ingin meneruskan pendidikan di Politeknik Imigrasi segera mengurungkan niatnya dan akan melanjutkan pendidikan di Polhabhum ini alias sekolah lamanya.

Pembangunan demi pembangunan dilaksanakan secara bertahap seperti penambahan gedung asrama, gedung laboratorium, juga perluasan lahan praktik. Beriringan dengan hal itu, Polbangtan ini perlahan menerima mahasiswa/mahasiswi baru dengan kuota yang terbatas. Para mahasiswa/mahasiswi baru ini dapat dikatakan senior namun juga junior. Mereka angkatan pertama yang merasakan fasilitas tersebut, namun secara usia mereka lebih dewasa.

"Hari ini ada agenda pengenalan ekstrakurikuler di kampusku. Kamu ada agenda apa Raa?"

"Sudah bilang 'kampusku' aja nih. Ya palingan di SMA ku cuman MPLS biasa lah. Kan LDKS yang bareng tentara pertengahan semester kalau sekolahku. Beda sama kamu yang dari awal sampai akhir sama om loreng kan?" jawab Araa sambil mengikat tali sepatunya.

"Kami memang dibiasakan manggil kampus dari pada sekolah Raa," jawab El dengan lirikkan tajam pada Araa. Araa mengangguk dan segera berdiri untuk berpamitan pada Rusdi dan Maryam. El menyusul Araa yang sudah lebih dulu memiliki SIM untuk mengantarkannya terlebih dahulu.

"Eits, ini uang jajan kalian satu bulan. Ingat, tanggal 28 kembalikan lagi sama Papa biar diisi dan dicek catatan pengeluarannya," ucap Rusdi sambil memberikan masing-masing dari mereka satu buah kartu ATM dengan warna yang berbeda. El dan Araa memberikan hormat dan berpamitan untuk menuju sekolah sesegera mungkin.

El yang sudah sampai segera memasang seragam almamaternya dan melakukan briefing kepada rekan-rekannya untuk melakukan demonstrasi ekstrakurikuler PKS dan Taekwondo. Dengan bergantinya sistem pendidikan di kampus ini, kemungkinan besar organisasi PKS akan menjadi Polisi Mahasiswa dan Taekwondo akan menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa untuk menambah nilai saja. Tidak menjadi beladiri wajib seperti yang telah dijalani selama puluhan tahun.

El yang menjadi amoeba pada pagi ini sangat cepat merasakan kelelahan karena aktif pada dua ekstrakurikuler yang menguras energi. Di PKS sebagai ketua, di Taekwondo sebagai penyandang sabuk hijau polos, dan tidak lupa sebagai seksi keagamaan islam di OSIS periode lalu. Setelah lelah membelah diri, El mengistirahatkan dirinya sejenak di kantin sebelum bersiap menerima pelajaran matematika yang sangat menyenangkan.

"El, jangan makan pedas! El, jangan ikut beladiri! Bla bla bla. Aku masih ingat segala pantanganmu, Muchammad Fairel!" gumam El dengan nada mengejek saat menatap ayam geprek didepannya dengan sebotol minuman bersoda. Kebetulan, dia masih mengenakan pakaian Taekwondo lengkap dengan sabuk yang tergeletak di atas meja.

Ingin sekali rasanya mengetahui keadaan Fairel saat ini, tapi seakan tidak ada akses untuk seorang Radela Elakshi melakukan hal itu. El hanya makan sambil termenung dan menunggu kabar dari rekan sekelasnya jika guru sudah masuk ataupun menuju ke kelas. Tak disangka, setelah dia selesai makan pun tidak ada kabar jika guru akan masuk. Ada apa?

Paketu Hakeem : Buwaketu, anda dipanggil oleh bapak Fathurrahman yang

pakai h untuk mendapatkan tugas dan kisi-kisi ujian

Ibu L aja : Wahai Paketu, anda sedang ada urusan apa sehingga melimpahkan tugas tersebut kepada saya?

Paketu Hakeem : Dari pada Buwaketu menghabiskan masa jabatan dengan sia-sia,

lebih baik saya melimpahkan tugas terhormat ini kepada anda.

Ibu L aja : Paketu tidak berguna!!!

Paketu Hakeem : Udah cepet sana. Ntar share aja di grup ya. Gua mau tidur.

Ibu L aja : Iya pak Hakeem huruf e nya dua!

Sesuai perintah, El mendatangi ruang guru dan menerima tugas beserta materi sebagai kisi-kisi untuk ujian sekolah mendatang. Setelah melaksanakan tugasnya, El dan beberapa rekannya memutuskan untuk memanggil guru yang bersedia mengisi jam kosong tersbeut dan akan mendapatkan percepatan jam pulang. Tentunya beberapa rekan yang memilih tidur di kelas mendapatkan ceramahan pedas dari guru yang mengajar.

"Mengapa anda tidak membangunkan saya jika ada guru yang bersedia mengisi?"

"Lah? Beneran tidur?" tanya El balik.

"Tuhan, berikan hidayah kepada ibu wakil ketua kelas yang akan habis masa jabatannya karena seringkali tidak peka, tidak mengerti, dan tidak connect saat diberikan suatu pertanda. Aamiin," bisik Hakeem seakan berpuisi dihadapan El dengan wajah serius.

"Aamiin," balas El dengan wajahheran dan berbalik ke arah guru yang mengajar.
--
Halo readers setiaku dari nama By8425 sampai menjadi nama panggungku. Terimakasih sudah setia membaca kisah dari Elakshi ini, mohon maaf membuat kalian menunggu terlalu lama. Semoga kisah Elakshi tetap berkenan di hati kalian yaa. Jangan lupa memberikan vote dan share cerita Elakshi ke teman-teman kalian. Kita lanjut ceritanya besok yaa!

Komandan Penakluk Hati season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang