Bagian 10: Berubah

42 6 0
                                    

"El!" tegur seorang pria berseragam abu-abu dipinggir jalan saat hujan deras.

El menepi dan mendatangi sosok itu, tentu dia mengusap wajahnya dahulu baru bisa melihat sosok yang memanggilnya dengan jelas. Finn Cannavaro ada dihadapannya dengan tangan berlipat di depan dadanya juga wajah yang marah. El hanya terkekeh dan tahu jika dirinya akan segera dimarahi sang abang.

"Bagus banget ya sekarang sudah berani-berani gak nurut. Siapa yang ngajarin?"

El melirik kanan dan kirinya seakan mencari sosok yang bisa disalahkan. Sayangnya, El tidak bisa menemukan itu dan menunjuk dirinya sendiri dengan wajah yang tak bersalah. Finn mengusap wajahnya kesal dan gemas dengan adiknya ini. Sejak kapan El menjadi menjengkelkan?

"Abang ini gak selalu ada disamping kamu loh! Kalau sakit gimana?"

"Ish, abang. Hujan gak bikin sakit kok! Masa rahmat Tuhan bikin sakit?" jawba El.

"Tapi-"

"Shuut!" potong El sambil menempatkan jari telunjuknya di hadapan Finn.

"El, ayo cepat! Nanti ketahuan ibu asrama!" teriak rekannya berlari ke kampus.

El memberikan jempolnya dan mengisyaratkan akan menyusul. Finn sempat teralihkan fokusnya dan kembali menatap El dengan serius. El menjelaskan jika hukuman ibu asrama akan membuatnya sakit dan dia harus bergegas kembali ke kampus. Belum Finn membuka mulutnya, El berlari menyusul rekannya dengan meneriakkan nanti saja marah-marahnya.

"Awas kalau sakit!" teriak Finn dibalas acungan jempol dari El.

"Sudah jadian?" tanya Bhaskara yang ternyata ikut makan bersama Finn. Finn menggeleng dan masih menatap bayangan El yang tersamarkan oleh hujan. Bhaskara mengerutkan keningnya heran, belum dapat sudah perhatian seperti ini?

"Namanya juga wanita, masih perlu pengorbanan sedikit lagi."

"Perjodohanmu?" tanya Bhaskara singkat. Finn menyeruput kopinya dan menatap tajam rekannya semenjak pendidikan. Bhaskara memberikan kode untuk menjawab pertanyaan yang dia lontarkan tadi. Finn menegakkan badannya dan menatap kosong piring makanannya.

"Aku laki-laki, aku anak tunggal. Aku yang berhak menentukan siapa maituaku, bukan orang tuaku. Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk El, aku mau El yang jadi Bhayangkariku. Bukan wanita hasil perjodohan itu."

Sesampainya di lingkungan kampus, El segera mengganti pakaiannya dengan pakaian jersey karena tahu akan melaksanakan bina jasmani sore ini. Tak sampai 10 menit, El menerima telepon dari rekannya yang rupanya sudah berada di mess ibu asrama. Tentu saja, El dan rekan-rekannya akan mendapat hukuman karena memanfaatkan kondisi hujan sehingga melakukan main-main berkedok mandi hujan.

"Asem! 5 menit!" jawab El panik segera mencari hijabnya dan berlari ke mess ibu asrama.

Sampai di mess, El melihat rekan-rekannya sudah dihukum berlari keliling lapangan dikala hujan dan pastinya mendapatkan hukuman lain. El menelan air liurnya ketika mendengar namanya dipanggil oleh ibu asrama.

"Radela! Kamu ikut mereka lari keliling dan push up! Ibu mau tugas luar," ucap sang ibunda ratu asrama. El hanya bisa menjawab 'Siap!' dan segera melaksanakan hukuman. Setelah melihat mobil ibu asrama pergi meninggalkan kampus, tentu para mahasiswa/I yang dihukum justru melanjutkan agenda bermain air mereka.

El menyadari ada seorang laki-laki yang menatapnya dengan tajam dari luar lingkungan kampus dengan payung hitam. Tidak lama setelah itu juga, satpam berteriak membubarkan mereka yang tidak melaksanakan hukuman. Para mahasiswa/i berlarian menuju asrama masing-masing untuk mengamankan diri. El terpaksa mengganti pakaiannya lagi dan lagi sebelum dia dapat bersantai sejenak.

Baru saja meletakkan tubuhnya dikasur, nada dering ponselnya berbunyi dan membuatnya kesal pada siapapun yang menelponnya saat ini. Ternyata Finn menelponnya saat ini, dia tidak berani kesal dan memarahi Finn. Jelas, karena Finn tangan kanan Rusdi Hadinata.

"Enak kan dapat hukuman dari ibu asrama? Udah sakit?" tanya Finn dengan wajah datar.

"Hah? Tau dari mana?" tanya El balik terkejut dengan kabar yang sampai pada Finn.

"Senang sekarang? Puas? Aku lihat makin senang kamu dapat hukuman sama kawan-kawanmu. Gimana? Udah sakit belum?" tanya Finn masih kesal dan wajahnya sangat serius pada video call kali ini. El diam dan memikirkan bagaimana kabar hukuman ini bisa sampai pada Finn.

"Oh! Abang yang berdiri di luar itu?!" tanya El curiga.

"Menurutmu?"

"Loh, abang juga hujan-hujanan dong? Kok aku doang yang salah? Harusnya abang gak hujan-hujanan dong kalau mau marahin aku? Nanti kalau abang sakit siapa yang urus? Kalau nanti gabisa tugas siapa yang salah?" sudut El balik tak mau kalah. Finn tercengan dan semakin tersulut emosi. Siapa yang mengajari El membantah?

"Heh? Kok nyalahin abang? Kamu-"

TIIIT!!! Video Call dimatikan sepihak oleh El yang tidak mau mendengarkan ocehan lanjutan dari Finn. Sayangnya, El tidak mengetahui jika itu adalah puncak amarah seorang Finn Cannavaro. Bahkan Bhaskara yang masih bersama Finn sangat terkejut dengan jawaban dari seorang Elakshi.

"Finn, itu serius Elakshi? Radela Elakshi?"

"Argh! Sejak kapan dia membantah gini? Astaga, salah ya aku?" amuk Finn kesal dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Finn merasa gelisah dengan perubahan sikap El yang menyebalkan ini. Dia ada salah apa?

--

Halo readers setiaku dari nama By8425 sampai menjadi nama panggungku. Terimakasih sudah setia membaca kisah dari Elakshi ini, mohon maaf membuat kalian menunggu terlalu lama. Semoga kisah Elakshi tetap berkenan di hati kalian yaa. Jangan lupa memberikan vote dan share cerita Elakshi ke teman-teman kalian. Kita lanjut ceritanya besok yaa!

Komandan Penakluk Hati season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang