Bagian 9: Lucu

52 3 0
                                    

"Gimana tadi ngelatih juniornya? Ada yang kena omelanmu?" tanya Finn via telepon.

"Ish! Ada aja loh yang datang terlambat, malah ada yang gak fokus. Jadi mereka aku suruh jalan jongkok keliling lapangan. Tapi aku sudah gak mood lagi, jadinya cuman game aja," jelas El sambil menyiapkan seragam untuk esok hari. Finn terkekeh mendengan ocehan EL yang ternyata juga bisa kesal karena juniornya.

"Gak kamu suruh sikap tobat kan?"

"Ih, ini semi militer ya om Finn!" celetuk El kesal dengan sang abang.

"Belum tidur juga?" tanya Finn lagi dan lagi.

"Dibilang aku masih setrika baju, mana laporan juga belum selesai. Kalau cape nemenin aku, matiin aja teleponnya. Masih lama aku tidurnya," jelas El sambil mengarahkan kamera ponselnya pada setumpuk pekerjaannya. Finn menolak saran El dan tetap keras ingin menemani sang adik mengerjakan pekerjaan asrama.

El dan Finn berbincang sepanjang malam melalui video call malam ini. Ada saatnya Finn memberikan guyonan, motivasi, hingga keluhannya mengenai tugasnya hari ini. El hanya bisa mengiyakan karena sedang fokus mengerjakan laporan-laporan yang menyebalkan. Ada beberapa momen Finn menangkap kode jika El benar-benar kelelahan dan memerlukan istirahat.

"Istirahat lah El, kasihan badanmu. Laporannya kapan dikumpulnya?"

"Masih satu minggu lagi, tapi banyak data yang belum lengkap."

"Tidur ya, sekali ini nurut sama abang. Kalau abang disana, pasti sudah abang bantu laporanmu. Tidur ya, kalau kamu sakit malah gak tenang abang tugasnya. Nurut yam" bujuk Finn dengan suara lembut nan tegas khas dirinya. El mengiyakan dan berpamitan untuk tidur sambil mengalihkan mode video call menjadi telepon biasa.

"Halo?" tes Finn memastikan El sudah tertidur diseberang sana. Tidak terdengar suara EL sama sekali, tapi faktanya El belum terkelap dan tersenyum kecil menahan tawanya. Rupanya, Finn belum tidur dan terdengar mengambil sebuah barang. Saat memainkan barang itu, barulah terdengar jika barang yang dia pegang ialah sebuah gitar entah milik siapa.

"Sudah tidur pacarmu?" tanya seorang laki-laki.

"Pacar? Calon Bhayangkari dia. Nyonya Cannavaro," balas Finn dengan percaya diri dan masih asik memetik gitarnya. El hanya tersenyum kecil mendengar sebutan itua, persis ucapan Fairel beberapa tahun yang lalu. Hanya saja Fairel menyatakan jika El adalah calon ibu Jalasenastri yang akan dia ajak pengajuan jika dirinya menjadi anggota. Faktanya, sekarang mereka berdua tidak menjalin komunikasi sama sekali.

--

"Siang ini tampilkan yang terbaik. Singkirkan masalah pribadi masing-masing, jangan egois. Kalian satu tim, satu salah semua salah. Paham?" tegas El sebelum junior-juniornya menaiki bus untuk berangkat ke tempat perlombaan. Seluruh anggota mengenakan kostum polos tanpa atribut tambahan khas perlombaan. Selesai berganti baju, mereka kembali menghadap El dan memberikan hormat kepada El yang sepanjang ini ikut serta melatih mereka.

"PKS! Berikan salam kepada pelatihmua!" teriak sang danton.

"Terimakasih kami ucapkan, kepadamu pelatih idaman!" nyanyi anggota PKS sambil berlari menuju bus yang akan mengantar mereka ke arena pertandingan. Pelatih utama mengucapkan terimakasih pada El dan menyusul ke dalam bus untuk menyaksikan pertandingan akhir. El melambaikan tangannya dan melepas paara juniornya untuk unjuk kebisaan dalam arena sementara dia harus kembali ke kelasnya.

"Kala itu, ada yang menghubunginya seusai lomba. Aku tau, dan aku tidak berhak menaruh perasaan lebih pada momen itu," batin El mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat Fairel masih seorang seniornya. El segera mengambil ranselnya untuk berbaris menuju laboratorium praktek yang ada di kawasan milik Yayasan Harapan Bhumi. Tidak jauh, hanya 15 menit jika ditempuh berjalan kaki.

"Maju, jalan!" teriak seorang pemimpin barisan.

Seperti biasa, 10 meter peri dari kampus, barisan masih sangat rapi. Sesudah itu, barisan terpecah dan membuat kelompok sendiri-sendiri sebelum 10 meter tiba ke laboratorium. Beberapa ada yang ingin merasakan jajanan sekolah lain, beberapa juga ada yang ingin mengulur waktu sebelum praktikum serius selama dua jam kemudian.

"Elakshi!" teriak seorang pria paruh baya.

El yang merasa namanya dipanggil segera menghampiri pria yang mengenakan pakaian dinas Polisi itu. El salim dan terkejut jika Rusdi ternyata sedang mendapatkan waktu luang di dekat sekolah masa lalunya. Benar, sekolah Rusdi dan Maryam terdahulu cukup dekat dengan kampus El saat ini.

"Lagi nostalgia yaa?" goda El iseng pada sang Papa.

"Bisaan ya sekarang. Rekeningmu kosong?"

"Masih ada kok, tenang. Kan dapat honor ngelatih," ucap El sembari memperlihatkan beberapa lembar uang berwarna biru pada sang Papa. Rusdi terkekeh melihat El yang selalu bisa melihat peluang pekerjaan. Rusdi memberikan sebungkus gorengan kepada El sebagai bekal untuk istirahat di laboratorium nanti. Tentu saja El menerima dengan senang hati dan segera menyusul rekan-rekannya yang hampir meninggalkannya.

"Bokap lu anggota El?" tanya seorang rekannya.

"Iya, bokap sambung. Kenapa?" tanya El balik.

"Sambung? Tiri maksud lu?"

El mengangguk dan menanyakan kembali alasan rekannya menanyakan hal itu. Sialnya, rekannya itu justru menanyakan keberadaan ayah kandungnya. El diam dan menghela nafas panjang. Dia berpikir keras untuk mengingat kabar terbaru sang abi yang kini tak tahu ada dimana.

"Sama istri barunya, mungkin," jawab El ragu.

Rekannya meminta maaf karena sudahlancang menanyakan hal ini. El mengelak dan meminta rekannya bersikap santaikarena wajar jika renak-rekan barunya mempertanyakan keluarga El. Selainberprestasi, sayangnya El terlalu menyimpan banyak pertanyaann mengenaikehidupan pribadinya.

--

Halo readers setiaku dari nama By8425 sampai menjadi nama panggungku. Terimakasih sudah setia membaca kisah dari Elakshi ini, mohon maaf membuat kalian menunggu terlalu lama. Semoga kisah Elakshi tetap berkenan di hati kalian yaa. Jangan lupa memberikan vote dan share cerita Elakshi ke teman-teman kalian. Kita lanjut ceritanya besok yaa!

Komandan Penakluk Hati season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang