Dia, Tsukishima Kei

2.2K 265 44
                                    


  Gadis itu tiba di depan pintu gerbang sekolahnya. Langkahnya terhenti, ia memandang bangunan berwarna putih sedikit usang itu sejenak. "Akan kulakukan yang terbaik untuk hari ini." ia bergumam kecil. 

  Disaat yang bersamaan, ia merasakan ada sesosok orang yang sengaja menabraknya dari belakang. Gadis itu segera menoleh, ingin melihat siapa biang masalahnya. Dahinya tiba-tiba berkerut begitu melihat sosok dengan tubuh tinggi menjalar itu tersenyum miring kepadanya. 

  "Wah, ada ketua OSIS kita disini." 

  Ucapan itu lebih terdengar seperti ledekan. Gadis itu mendengus kesal. "Berisik, Kei." Ia berbalik badan, lalu berjalan meninggalkan sosok bernama Kei itu.

  Dia adalah Tsukishima Kei, anak tim voli putra Karasuno yang terkenal dengan tubuhnya yang tinggi. Anak laki-laki itu juga terkenal sebagai anak yang pintar, tak berbeda jauh dengan [Name]. Namun yang sangat disayangkan adalah, anak laki-laki itu memiliki kelakuan yang menjengkelkan. Tak jarang orang mengenal dia dengan sebutan 'Salty Boy'. Walaupun demikian, [Name] dan Kei berteman baik sejak lama.

  "Apa yang kau lakukan dengan berdiri seperti orang bodoh disana?" tanya lelaki itu. Pandangannya menatap lurus kedepan. "Hanya merenung sejenak." Terdengar decihan dari pemilik tubuh tinggi itu. 

  "Kebanyakan gaya."

  Satu pukulan ringan mendarat di lengan laki-laki itu. Gadis itu bersungut kesal. "Ada baiknya aku segera masuk ke dalam kelas. Berada disini denganmu membuat darahku naik pitam!" Gadis dengan tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu mempercepat langkah, meninggalkan sosok tinggi yang menatapnya punggung kecilnya menghilang dari pandangan.


°°°


  Bel berdering, menghamburkan para siswa untuk segera menuju ke kelasnya masing-masing. [Name] sudah duduk mantap di bangkunya sejak tadi. Nafasnya menderu kencang, kedua netra [eye color] nya bergulir kesana-kemari. Bibirnya komat-kamit sejak tadi, upaya memantapkan materi yang ia pelajari semalam kedalam kepalanya. 

  Suasana kelas sudah menjadi tenang. Tak lama kemudian, Sensei melangkah masuk dari ambang pintu, sembari menjinjing sebuah map cokelat di tangan kirinya. Semuanya tahu apa gerangan yang dibawanya masuk kedalam kelas. Seketika membuat saluran pencernaan mengaduk-aduk santapan pagi ini.

  "Apa kalian semua siap?" Sensei menatap seisi ruangan yang sejak tadi telah memperhatikannya.

  Pertanyaan tersebut sebenarnya hanya sebuah formalitas saja. Tanpa menunggu respon dari para siswa, lembar soal tersebut telah berbaring diatas meja. [Name], gadis yang paling unggul di kelas inipun menghelas nafas begitu melihat daftar soal. Karena ia tahu, bahwa mata pelajaran satu ini adalah musuh terbesarnya selama bersekolah. Pelajaran matematika.

  Satu jam lebih berlalu, kondisi kelas masih sama tenangnya seperti disaat Sensei datang memasuki kelas. Tak terkecuali gadis itu, [Name]. Pensilnya menari-nari diatas lembar jawaban sejak tadi, sama sekali tidak berhenti. Tiap gesekan pensil dan kertas itu, detak jantungnya tidak bosan berdegup kencang. 

  Ia mengangkat lembar kertas itu sejajar dengan wajahnya. Lalu ia mengangguk mantap. Tangan kanannya meletakkan pensil yang digunakannya sejak tadi diatas meja. Setelah itu, barulah ia bisa bersandar di kursi. 

  "Akhirnya selesai juga!"

  Tak lama setelah ia selesai dengan kerumitan soal itu, bel pun berdering. Bunyi bising itu sukses membuat helaan nafas serentak dari seisi kelas. Sensei yang telah bangkit dari kursinya sudah bising menyuruh para siswanya agar segera meletakkan lembar soal dan jawabannya diatas meja. Beberapa siswa masih berlagak tidak mendengar, tangannya masih cekatan menuliskan segala macam angka-- atau mungkin lebih tepatnya jawaban yang ia baru temukan di menit-menit terakhir. 

𝗗𝗮𝗶𝗷𝗼𝘂𝗯𝘂 | 𝗧𝘀𝘂𝗸𝗶𝘀𝗵𝗶𝗺𝗮 𝗞𝗲𝗶 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang