SEBELAS

26 4 0
                                    

Drrtt ... drrtt ... drrtt ....

"Halo, Ma! Assalamu'alaikum," sembari menutupi telinganya, Azkia mengangkat ponsel. Suaranya beradu dengan gemuruh air hujan yang cukup lebat sore ini.

"Wa'alaikumussalam. Kamu kemana, Kia?" jawab Fathimah dari balik ponsel.

"Maaf, Ma, tadi Kia gak bilang kalau mau keluar. Soalnya ini dadakan juga, Ma. Kia lupa balikin bukunya temen, padahal dia mau pakai."

"Sekarang kamu dimana?"

"Di halte, Ma. Lagi nunggu angkutan umum lewat, tapi sampai sekarang belum ada."

"Ya udah, Mama minta Mas Rizki jemput kamu, ya, Nak? Hari udah mau maghrib, mau minta Papamu, dia juga belum pulang ini."

"Eh, gak usah, Ma. Nanti malah ngerepotin Mas Rizki. Udah, Kia nunggu aja. Insya Allah, bentar lagi ada angkutan yang lewat, kok."

"Pokoknya, Mama mau minta suruh Rizki jemput kamu. Kamu jangan ke mana-mana, tunggu di situ! Oke?"

"Iya, deh, Ma."

"Mama tutup dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," jujur Azkia merasa tak enak hati selalu merepotkan Rizki, walaupun ia adalah saudaranya, namun tetap saja rasanya Azkia menjadi beban. Kalau saja Andre, Kakaknya, ada di sini pasti dia yang akan selalu mengantar-jemputnya ke manapun dia mau.

Bahkan Azkia merasa sekarang, kedua orang-tuanya memberikan jarak antara dirinya dengan sang Kakak. Tak ingin membuat asumsi buruk, Azkia mengerjapkan matanya. Barangkali, itu hanya perasaannya saja. Toh, Andre memang sedang sangat sibuk dengan Kuliahnya yang sudah memasuki semester akhir.

******

Ryan masih mengemudikan mobilnya di bawah air hujan, yang kini turun semakin lebat saja. Jalanan sudah tak terlalu ramai, hujan yang mengguyur membuat kebanyakan orang memilih untuk berteduh sebentar, sekedar meminum secangkir kopi hangat. Namun Ryan tetap memilih untuk melanjutkan perjalanannya menuju Kantor. Toh, jaraknya sudah tidak terlalu jauh lagi.

Tetapi, tanpa siapapun bisa menduga. Mobil Ryan kini harus beradu dengan sebuah mobil yang ia sendiri melihatnya dengan kurang jelas. Terasa seperti de javu. Namun bedanya, kali ini ia yang membanting setirnya. Dengan kecepatan yang masih penuh, ia dengan mendadak menekan rem. Dan apa boleh buat, Ryan menabrak sebuah pohon di hadapannya dengan kencang.

Mungkin lukanya tidak terlalu parah, tetapi karena kaget, kondisi Ryan saat ini tidak sadarkan diri. Banyak orang yang membantunya, dengan senang hati mereka menerjang derasnya hujan. Walau pandangannya kini gelap, namun ia merasakan tubuhnya ringan. Beberapa orang telah mengangkatnya keluar dari mobil.

Sedangkan di sisi lain, korban lainnya menabrak pagar pinggir jalan. Entah bagaimana caranya, mobilnya sampai terbalik dan mulai mengeluarkan asap. Adapun orang yang menghubungi Polisi setempat, dan ada juga yang menekad membantu korban lainnya itu. Syukurlah, mereka belum terlambat menolongnya. Gerakan yang sigap, membuat mereka mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Namun entahlah, semoga saja ia selamat. Melihat kondisinya yang lebih parah dibandingkan Ryan.

Tanpa menunggu lebih banyak waktu yang terbuang, mereka membawa kedua korban ke Rumah Sakit untuk ditangani lebih lanjut. Mereka pun dikawal oleh beberapa Polisi yang akan menyelidiki kasus penyebab tabrakan dua kendaraan ini.

******

Sampai saat ini, tidak ada satupun angkutan yang lewat di depan halte yang Azkia tempati. Azkia menggigil kedinginan, tubuhnya yang sedang tidak sehat sejak tadi pagi terlihat lemah. Wajahnya memucat. Kepalanya pusing, dan kini dunia tempatnya berpijak terasa berputar. Azkia tetap mencoba mempertahankan dirinya, namun kelihatannya ia tak cukup kuat. Azkia jatuh pingsan.

Tepat sebelum ia jatuh, tangan seseorang menahan tubuhnya. Ia menggendongnya, lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Azkia ditidurkan di bangku belakang, lalu seorang itu mulai menjalankan mobilnya. Segera membawanya pergi.

Di rumah, Fathimah begitu khawatir. Hujan semakin deras, berulang kali ia menghubungi Rizki, namun tidak ada jawaban. Sedangkan suaminya, hanya berusaha menenangkannya tadi sewaktu Fathimah meneleponnya. Bahkan Azkia kini, juga tidak mengangkat teleponnya. Ia benar-benar merasa khawatir.

"Astagfirullah, Nak! Kamu kenapa gak angkat telepon Mama?" gerutu Fathimah pada dirinya sendiri sembari memegang erat ponselnya dengan kedua tangannya.

Tin ... tin ....

Suara klakson mobil dari luar rumah membuat Fathimah langsung meraih payung yang sudah ia sediakan. Ia pun dengan sigap membuka pintu gerbang, dan setelahnya mobilpun masuk ke pekarangan rumah.

Samar-samar terlihat bayangan seorang laki-laki. Laki-laki yang sedang berusaha ia jauhkan dari putrinya.

Ckrek!

Nampak seorang laki-laki keluar dari mobil. Tanpa memandang sedikitpun ke arah Fathimah, ia langsung mengangkat Azkia dan membawanya masuk ke dalam rumah. Fathimahpun mengikuti di sampingnya sambil memayunginya. Ia adalah Andre. Anak angkatnya.

Andre langsung menuju ke kamar Azkia, menidurkannya di sana. "Ma, Kia pingsan tadi di halte. Aku lihat dia sendirian, rencananya mau aku antar pulang, tapi waktu aku sampai dia malah mau pingsan." Jelas Andre dalam kondisi basah kuyup.

Fathimah hampir menitikkan air matanya, entah karena rasa apa. Tangannya bergetar, ia ingin mengangkatnya lalu membelai lembut kepala Andre. Namun dia urungkan. Fathimah sedikit membuang pandangnya. "Kamu bersih-bersih dulu, nanti kamu masuk angin, Ndre."

Andre hanya mengangguk, tanda mengiyakan. Lalu setelahnya pergi. Dada Fathimah, kini terasa sesak. Sakit sekali. Memandang mata anak itupun, rasanya Fathimah tak sanggup. Namun ia juga sudah menyayangi Andre, jauh sebelum ia tahu tentang sebuah kebenarannya.

********

Hijrah Cinta [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang